Kamis, 06 April 2017

PERMATA INDAH ASMAAUL HUSNAA ( 86 ) DZUL JALAALI WAL IKRAAM ( MAHA MEMILIKI KELUHURAN DAN KEMULIAAN)

DZUL JALAALI WAL IKRAAM 


( MAHA MEMILIKI KELUHURAN DAN KEMULIAAN)


Kata Dzul Jalali wal Ikraam hanya disebutkan sekali dalam al-Quran, yakni Q.S. ar-Rahman (55): 27. Dalam ayat ini ditegaskan bahwa satu-satunya zat yang kekal dan abadi adalah Allah yang memiliki kebesaran dan kemuliaan. Pada ayat sebelumnya (Q.S. ar-Rahman (55): 26) disebutkan bahwa semua makhluk akan binasa. Ini menegaskan hanya Allah lah yang kekal dan abadi. Dalam ayat ini juga terdapat hubungan paradoksal antara yang abadi dan yang temporal. Yang abadi hanya punya Allah, termasuk al-Jalal (kebesaran) dan al-Ikram (kemuliaan). Sedang yang temporal dan binasa adalah milik makhluk-Nya. Sifat al-Jalal pada Allah juga bisa diartikan bahwa Allah adalah Pemberi kebesaran kepada hamba-hamba-Nya, seperti kekayaan, tanah yang luas dan subur, kemewahan, dan berbagai benda-benda material. Sedangkan sifat al-Ikram pada Allah juga bisa diartikan bahwa Allah lah Pemberi sekaligus Sumber segala kemuliaan yang ada pada hamba-hamba-Nya, seperti jabatan, kesuksesan, popularitas, dan segala kebahagiaan yang diraih dan dirasakan hamba-hamba-Nya.

Allah swt memiliki keluhuran yang meniadakan adanya kebutuhan, ketergantungan, kelemahan, kehinaan, kehancuran, dan segala sesuatu yang dipandang cacat. Allah swt lah yang memiliki keluhuran dalam setiap eksistensi zat dan sifat-Nya. Dialah yang mempunyai sifat-sifat  Jalal(keluhuran). Dan sifat Jalal itu ialah Al-Ghaniy, Al-Malik, Al-Quddus, Al-Alim, Al-Qadir, dan lain-lain. Yang mengumpulkan semua sifat ini adalah Al-Jalil yang mutlak, yaitu Allah SWT. Sebab, semua keelokan, kesempurnaan, dan kebaikan yang ada di alam ini semua berasal dari cahaya Dzat-Nya dan bekas-bekas sifat-Nya. Tidak ada maujud yang memiliki kesempurnaan secara mutlak kecuali Allah. Karena itulah, orang yang mengenal-Nya dan yang memandang keelokan-Nya mendapatkan perasaan senang, lezat, dan gembira, yang menjadi sebab mereka berhak mendapatkan surga. Jika Dia telah pasti sebagai Dzat yang Jaliil dan Jamiil, maka semua yang indah itu tentu dicintai dan dirindukan oleh mereka yang memahami keindahannya.

Dia adalah Dzat yang tidak ada yang besar dan tidak ada yang sempurna kecuali bagi-Nya. Dan tidak ada kemuliaan atau yang dimuliakan kecuali berasal dari-Nya. Sifat Jalal itu adalah untuk-Nya dalam Dzat-Nya, sedangkan sifat Karamah itu merupakan anugerah-Nya kepada makhluk-Nya. Macam-macam kemuliaan yang diberiikan-Nya kepada makhluk-Nya itu hampir tidak terbatas dan tidak berakhir, seperti yang ditunjukkan dengan firman-Nya:“Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.” (QS. 17; Al-Isra’: 70).  Sifat-sifat kemuliaan yang diberikan Allah kepada manusia itu banyak ragamnya. Yang terpenting adalah akal, pendengaran, penglihatan, hati dan sebagainya.

Kemuliaan manusia itu  ditetapkan oleh Allah dengan menundukkan isi langit dan bumi ini untuk kepentingan manusia seperti yang difirmankan-Nya dalam surat 14; Ibrahiim ayat 32-34 yang artinya:”Allah-lah yang telah menciptakan langit dan bumi dan menurunkan air hujan dari langit, kemudian Dia mengeluarkan dengan air hujan itu berbagai buah-buahan menjadi rezki untukmu, dan Dia telah menundukkan bahtera bagimu supaya bahtera itu berlayar di lautan dengan kehendak-Nya, dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu sungai-sungai. Dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu matahari dan bulan yang terus menerus beredar (dalam orbitnya); dan telah menundukkan bagimu malam dan siang. Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dari segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung ni`mat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (ni`mat Allah).

Disebutkan dalam sebuah riwayat sahih dari Rasulullah SAW, bahawa baginda bersabda; "Biasakanlah melafazkan Ya Dzal Jalali Wal Ikram ( Wahai Tuhan yang memiliki Keagungan dan Kemuliaan)."  Hadis ini menganjurkan agar kita membiasakan dan memperbanyak mengucap lafaz tersebut karena  lafaz "Ya Dzal Jalali Wal Ikram" merupakan nama yang paling agung bagi Allah, Tuhan semesta alam. Maka sudah sepatutnya bagi seorang hamba untuk menyeru, memanggil dan berdoa kepada Allah dengan lafaz itu agar diberi kemudahan, kemenangan dan kebahagiaan.


Ismul A’zham merupakan Nama Allah yang paling agung diantara 98 nama Allah lainnya. Namun manusia  tidak pernah mengetahui mana yang dimaksud dengan Ismul A’zham dan hanya Allah yang mengetahui. Padahal jika berdoa dengan memuji dengan nama-Nya ini, maka doa pasti akan terkabul. Ada yang mengatakan bahwa Ismul A’zham adalah ‘Ya Allah’, yang lainnya mengatakan bahwa Ismul A’zham adalah ‘Ya Rahman Ya Rahiim’, yang lainnya menyebutkan bahwa Ismul A’zham adalah ‘Ya Hayyu Ya Qayyum’, ada ulama yang berpendapat bahwa Ismul A’zham adalah ‘Ya Malikal Mulki’, ada juga yang mengatakan bahwa Ismul A’zham adalah ‘Ya Dzal Jalali wal Ikram’. 

Hikmah dirahasiakannya Ismul A’zham ini adalah agar kita berdo’a dengan menyebut semua nama-nama-Nya yang indah dalam Asmaul husna dengan hati yang ikhlas dan khusyu’ tentunya agar Ismul A’zham ikut terbaca.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar