Kamis, 10 Desember 2015

PERMATA INDAH ASMAAUL HUSNAA (14) AL-MUSHAWWIR ( YANG MAHA MEMBENTUK RUPA )


AL-MUSHAWWIR 


( YANG MAHA MEMBENTUK RUPA )


Kata al-Mushawwir merupakan proses akhir dari al-Khaaliq dan al-Baari’. Dalam kata al-Mushawwir terkandung makna penghalusan dan keindahan dalam bentuk dan rupa yang diciptakan-Nya. Dengan demikian, al-Mushawwir merupakaan penciptaan lebih lanjut yang di dalamnya telah terjadi kreasi-kreasi yang lebih baik dan indah daripada yang ada pada al-Khaaliq maupun al-Baari'. Kata al-Mushawwir disebutkan dalam Q.S. al-Hasyr (59): 24 yang berada paling akhir setelah kata al-Khāliq dan al-Bāri'. Ini menunjukkan bahwa proses penciptaan Allah dimulai dari al-Khaaliq, lalu al-Baari', dan berakhir pada al-Mushawwir.

Al-Mushawwir berarti membentuk rupa dan substansi bagi sesuatu, sehingga berbeda dengan yang lainnya. Allah maha Membentuk rupa bagi semua ciptaan-Nya. Manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan dan segala yang ada di alam ini diberi bentuk rupa yang terbaik oleh Allah. Dan manusia adalah makhluk yang diberi bentuk rupa yang paling baik.

Perhatikanlah bentuk dan wajah manusia, tidak ada yang sama, bahkan manusia yang kembar sekalipun pasti ada perbedaannya, termasuk sidik jari manusia tidak ada yang sama antara yang satu dengan yang lainnya. Maha suci Allah sebaik-baik Pencipta dan Pembentuk rupa.
Semua ciptaan Allah yang amat banyak itu, mempunyai perbedaan bentuk, warna, rasa dan aroma sehingga nyata sekali perbedaan antara yang satu dengan yang lainnya. Dia yang menyusun segala bentuk ciptaan-Nya dengan sebaik-baiknya, bagaikan seorang ahli dekorasi untuk memperindah tampilan bangunan, tidak ada yang mampu menjadi dekorator yang paling indah selain Dia. Dia ciptakan segala bentuk yang unik tanpa ada contoh terlebih dahulu dan Dia menciptakan atau membentuk berbeda semua mahkluknya, sehingga tidak ada yang sama.

Al-Mushawwir bermakna Yang  menciptakan segala bentuk atau rupa. Yang menentukan bentuk langit dan bumi, bentuk manusia, bentuk binatang dan lain-lainnya. Semua bentuk yang diciptakan Allah itu indah, sehingga kita tak bosan memandangnya. Lain sekali dengan bentuk-bentuk yang dibikin oleh manusia yang umumnya hanya meniru bentuk dan warna yang sudah ada, sebab itulah pada mulanya menarik, tetapi lama-lama membosankan.


Al-Khaliq (Pencipta), al-Bari `(Pembuat), al-Musawwir (Membentuk rupa) adalah tiga dari nama Allah yang disebutkan bersama-sama dalam Surat Al-Hasyr ayat 24. Ketika tiga nama disebutkan secara bersamaan, masing-masing menyampaikan makna tertentu. Di sini, atribut penciptaan secara khusus mengacu ketentuan Allah dari apa Dia menciptakan, sehingga yang lebih dulu. Nama al-Bari‘ (pembuat) mengacu pada tindakan kreatif mewujudkan apa yang Allah kehendaki untuk menciptakan. Akhirnya nama al-Musawwir (Membentuk itu) mengacu memberikan setiap hal dibuat bentuk khususnya. 



Senin, 26 Oktober 2015

PERMATA INDAH ASMAAUL HUSNAA (13) AL-BAARI’ ( YANG MAHA MENGADAKAN )


AL-BAARI’ 

( YANG MAHA MENGADAKAN )

Nama Allah Al-Baari’ artinya adalah yang menciptakan makhluk tanpa meniru, lafaz ini lebih dikhususkan pada penciptaan makhluk-makhluk hidup, lafaz ini jarang sekali dipakai pada penciptaan selain makhluk hidup. Al-Baari’ mengandung makna Yang merencanakan segala sesuatu sebelum menciptakannya.

Kata al-Baari' menunjuk pada proses penciptaan lebih lanjut dari kegiatan al-Khaaliq yang meliputi pengukuran tertentu sehingga tercipta harmoni dan sinergi. Jika al-Khaaliq merujuk pada penciptaan dari sesuatu yang belum terbentuk, maka al-Baari' merupakan penciptaan lebih lanjut yang di dalamnya terdapat kreasi-kreasi baru, meskipun belum sampai pada taraf yang telah sempurna. Dan Kata al-Mushawwir merupakan proses akhir dari al-Khaaliq dan al-Baari’. Dalam kata al-Mushawwir terkandung makna penghalusan dan keindahan dalam bentuk dan rupa yang diciptakan-Nya. Dengan demikian, al-Mushawwir merupakaan penciptaan lebih lanjut yang di dalamnya telah terjadi kreasi-kreasi yang lebih baik dan indah daripada yang ada pada al-Khaaliq maupun al-Baari’.
Sedangkan al-Badii’ adalah Pencipta segala sesuatu yang baru. Maksudnya adalah bahwa sebelumnya tidak pernah ada suatu penciptaan yang mendahului penciptaan-Nya. Sebagian ahli tafsir berpendapat bahwa al-Badi’ adalah Pencipta lebih lanjut dari al-Khaliq. Dengan demikian, jika al-Khaliq berarti penciptaan Allah dalam bentuk awal, maka al-Badi’ merupakan penciptaan-Nya lebih lanjut dengan berbagai perhiasan dan pernik-pernik yang bisa memanjakan dan membuat para hamba-Nya merasa senang, gembira, dan bahagia. 

Allah SWT menciptakan atau mengadakan apa yang Dia inginkan dan rencanakan menuju ke alam nyata. Dan tidak semua orang yang merencanakan sesuatu bisa mewujudkannya selain Allah SWT.

Al-Baari’  adalah yang menciptakan segala sesuatu sesuai dengan fungsi penciptaannya. Dia menciptakan manusia untuk menguji mereka, yang menetapkan sesuatu sesuai dengan ketetapan-Nya, yang menyelamatkan makhlukNya, yang membedakan satu jenis dengan jenis lainnya, dan membentuk setiap makhluk sesuai dengan penciptaannya. Dia yang menciptatakan langit dan bumi berasal dari satu kesatuan yang bersatu padu dalam bentuk gas, kemudian karena adanya kepadatan masa yang tinggi maka terjadilah ledakan yang maha dahsyat. Hal ini menyebabkan massa yang ada teruraimenjadi bagian-balian yang paling elementer yakni proton dan elektron, bagian-bagian inilah yang selanjutnyasangat berperan dalam pembentukan zat-zat kimia yang lain. Allah berfirman dalam Q.S. 21; al-Anbiya' ayat 30 yang artinya: "Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?".

Proses sejarah penciptaan itu terus berjalan dalam enam priode / masa penciptaan langit dan bumi. kemudia kecepatan gerak kelompok-kelompok gas itu berkurang sebagai akibat dari berkurangnya daya tarik menarik diantara masing-masing kelompok. Susunannyapun berangsur-angsur turun, sehingga terjadilah kondensasi (perobahan dari tingkat gas ke tingkat cair), yang didahului oleh bumi. Terjadinya bumi yang sederhana baru kemudian disusul oleh penyempurnaan benda-benda langit. Walaupun keduanya terdapat perbedaan waktu namun pada prinsipnya prosesnya sama sama saja, karena antara keduanya hukum yang mengikat yakni hukum alam yang diciptakan oleh Allah SWT. Alah berfirman dalam Q.S. 65; ath-Thalaaq ayat 12  yang artinya: "Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. Perintah Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan sesungguhnya Allah, ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu."


Kekuasaan Allah  maha hebat, Ilmu dan kemampuan-Nya maha luas dalam merencanakan penciptaan langit dan bumi beserta isinya. Semuanya tertata rapi dan seimbang. Makhluk makhluk hidup yang diciptakannya saling tergantung satu sama lain. Diciptakan-Nya matahari sebagai sumber cahaya dan energi, diturunkannya hujan secara teratur sebagai sumber kehidupan manusia, binatang ternak dan tumbuh-tumbuhan. Diciptakan-Nya bumi yang berisi berbagai sumber daya alam. Gunung-gunung sebagai pasak dan sungai-sungai sebagai tempat mengalirnya air yang sangat dibutuhkan makhluknya. Segala kebutuhan fisik,  manusia, khususnya sandang pangan dan papan sudah tersedia, tinggal mengolahnya, dan seisi bumi ini dijadikan oleh Allah tunduk untuk diberdayakan oleh manusia, karena Allah menganugrahkan akal kepada manusia untuk bisa mengelolanya. Lalu manusia itu dianugrahkan hati yang bisa digunakan untuk berhubungan dengan-Nya melalui ibadah yang didasari kepada keimanan yang lurus dan benar.


Sebagai Hamba dari Al-Baari’ harus mampu meninggalkan nafsu syahwatnya yang tidak sejalan perintah Allah, menjauhi segala syubhat yang menyimpang dari ajaran-Nya, dan menjauhi setiap bentuk maksiat yang dapat menjauhkan dari kecintaan dan keridhaan Allah SWT.

Minggu, 25 Oktober 2015

PERMATA INDAH ASMAAUL HUSNAA (12) AL-KHAALIQ ( YANG MAHA MENCIPTAKAN )

AL-KHAALIQ 

( YANG MAHA MENCIPTAKAN )


Nama Allah, Al-Khaaliq bermakna Yang Maha Mencipta. Segala yang ada ini sebelumnya tidak ada. Dan Allah yang mengadakan atau menciptakannya.  Bagaimana juga pintarnya manusia, tidak sanggup untuk menciptakan sesuatu yang tidak ada menjadi ada.

Al-Khaaliq secara bahasa berasal dari kata "khalq" atau "khalaqa" yang berarti mengukur atau memperhalus. Kemudian, makna ini berkembang dengan arti menciptakan tanpa contoh sebelumnya. Kata khalaqa dalam berbagai bentuknya memberikan penekanan tentang kehebatan dan kebesaran Allah dalam ciptaan-Nya.


Allah berfirman dalam Q.S. 30; Ar-Rum: 20-25 Yang artinya: “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan kamu dari tanah, kemudian tiba-tiba kamu (menjadi) manusia yang berkembang biak.
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui.
Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah tidurmu di waktu malam dan siang hari dan usahamu mencari sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mendengarkan.
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya, Dia memperlihatkan kepadamu kilat untuk (menimbulkan) ketakutan dan harapan, dan Dia menurunkan air hujan dari langit, lalu menghidupkan bumi dengan air itu sesudah matinya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mempergunakan akalnya.
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah berdirinya langit dan bumi dengan iradat-Nya. Kemudian apabila Dia memanggil kamu sekali panggil dari bumi, seketika itu (juga) kamu keluar (dari kubur)”.

Allah al-Khaaiq adalah Allah pencipta semua makhluk dan segala sesuatu. Malaikat, jin, manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, matahari, bulan, bintang, dan segala yang ada di alam ini diciptakan oleh Allah secara sempurna dan dalam bentuk yang sebaik-baiknya dengan ukuran yang paling tepat. al-Qur'an Surat 32; As-Sajdah ayat 7 menegaskan, "Dia yang memperindah segala sesuatu yang Dia ciptakan dan yang memulai penciptaan manusia dari tanah."

Kesempurnaan ciptaan Allah tidak ada cacatnya, bahkan Allah menantang manusia untuk mencari cacat dari semua ciptaan-Nya, namun pasti manusia tidak akan pernah menemukannya sebagaimana Dia berfirman dalam Q.S. 67; al-Mulk ayat 3-4 yang artinya: “Dia yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis, kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang?. Kemudian pandanglah sekali lagi niscaya penglihatanmu akan kembali kepadamu dengan tidak menemukan sesuatu cacat dan penglihatanmu itupun dalam keadaan payah.

Tidak ada satupun ciptaan Allah itu yang sia-sia atau percuma, semua ada gunanya, hanya keterbatasan pengetahuan manusialah yang kadang-kadang belum bisa mengetahui apa guna atau hikmah yang terkandung dalam ciptaan itu. Maka Allah berfirman dalam Q.S. 3; Ali Imran ayat 191 yang artinya: “191. (Ulul Albab adalah) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.

Dan Allah menantang para penyembah selain Allah, apakah tuhan-tuhan yang mereka sembah itu mampu menandingi Allah dalam penciptaan-Nya, tentu saja tidak bisa. Sebagaimana firman-Nya dalam Q.S. 13; ar-Ra’d yang artinya:   “Katakanlah: "Siapakah Tuhan langit dan bumi?" Jawabnya: "Allah." Katakanlah: "Maka patutkah kamu mengambil pelindung-pelindungmu dari selain Allah, padahal mereka tidak menguasai kemanfaatan dan tidak (pula) kemudharatan bagi diri mereka sendiri?". Katakanlah: "Adakah sama orang buta dan yang dapat melihat, atau samakah gelap gulita dan terang benderang; apakah mereka menjadikan beberapa sekutu bagi Allah yang dapat menciptakan seperti ciptaan-Nya sehingga kedua ciptaan itu serupa menurut pandangan mereka?" Katakanlah: "Allah adalah Pencipta segala sesuatu dan Dia-lah Tuhan Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa".


Semoga kita menjadi hamba yang dianugerahi kemampuan untuk melahirkan kreasi-kreasi atau hal-hal baru dan bermanfaat untuk kemaslahatan atau kesejahteraan seluruh makhluk-Nya sesuai dengan kehendak-Nya. 

Sabtu, 24 Oktober 2015

PERMATA INDAH ASMAAUL HUSNAA (11) AL-MUTAKABBIR ( YANG MAHA MEMILIKI SEGALA KEBESARAN )


AL-MUTAKABBIR 

( YANG MAHA MEMILIKI 
SEGALA KEBESARAN )

Al-Mutakabbir adalah asma Allah yang mengandung makna bahwa Allah yang mempunyai segala kekuasaan, kebesaran dan kesombongan yang tidak tertundukkan, serta mengandung segala makna tanzih (penyucian). Hanya Allah saja yang berhak untuk bersombong diri, sesuai dengan kemahaagungan-Nya. Meskipun demikian, Allah tidak semena-mena dalam berbuat terhadap makhluk-Nya.

Imam Ghazaly berpendapat bahwa al-Mutakabbir adalah yang memandang selainnya hina dan rendah bagai pandangan raja kepada hamba sahayanya bahkan merasa bahwa keagungan dan kebesaran hanya miliknya. Sifat ini tidak mungkin disandang kecuali oleh Allah. Karena hanya Dia Yang Berhak dan Wajar bersikap demikian.

Allah berfirman dalam Q.S. 45; al-Jaatsiyah ayat 36-37 yang artinya: “Maka bagi Allah-lah segala puji, Tuhan langit dan Tuhan bumi, Tuhan semesta alam. Dan bagi-Nyalah keagungan di langit dan di bumi, Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”

Itulah sebabnya Allah amat murka terhadap manusia yang sombong sebab hanya Allah saja yang pantas bersombong diri. Sebab tak pantas ada manusia yang sombong karena hartanya banyak, karena pangkatnya tinggi, karena kekuasaan besar. sesehat apapun, tidak pantas ia sombong sedikitpun karena nantinya bakalan sama juga kahir kehidupannya meninggalkan segalanya. Dia dilahirkan sama-sama telanjang, sama-sama lemah, sama-sama bodoh  dan kemudian akan di kembalikan sama menjadi tanah dan meninggalkan apapun yang telah menjadi penyebab kesombongannya itu semuanya, tanpa terkecuali. Orang miskin mati tidak bawa harta karena tidak ada yang dibawa, orang kaya mati tidak bawa harta karen tidak ada yang bisa dibawa. Maka tidak ada yang pantas untuk di sombongkan dan membuat hati bangga diri. Itulah ayang akan membuat Allah marah dan murka, karena Allah akan murka terhadap hamba yang tidak bisa menempatkan diri dengan tepat.

Seluruh isi Alam tunduk kepada keagungan-Nya. Bertasbih memujinya dan membesarkannya. Bintang-bintang yang bertaburan di langit yang amat luas, bulan dan matahari tunduk dibawah pengaturan-Nya. Gunung yang tinggi, laut yang dalam, bumi yang mengandung kekayaan alam semua berkhidmat kepada-Nya. Beraneka binatang darat dan laut semuanya dalam pengaturan dan genggamannya. Tanah, air, api, angin dan cahaya menebarkan manfaat bagi seluruh makhluk hidup dengan kemaha bijakan-Nya. Maka maha Besar dan maha Suci Allah dari segala kekurangan dan kelemahan.

Allah berfirman dalam Q.S. 39; az-Zumar ayat 67 yang artinya: “Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya padahal bumi seluruhnya dalam genggaman-Nya pada hari kiamat dan langit digulung dengan tangan kanan-Nya. Maha Suci Tuhan dan Maha Tinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan”.

Sematkan di dalam hati al-Mutakabbir dengan mengumandangkan takbir dan tasbih, kecilkan diri di hadapan-Nya, maka Dia akan membesarkan kita, hinakan diri di hadapan-Nya, maka Dia akan memuliakan kita. Lidah yang memuja dengan sepenuh jiwa akan mendapat balasan yang tidak terhitung dari yang Maha Agung.


"Ya Allah, Kami berlindung kepada-Mu dari setiap kejahatan yang sekarang dan yang akan datang, baik kejahatan yang kami ketahui ataupun tidak kami ketahui. Ya Allah, Sesungguhmya kami memohon kepada-Mu sebaik-baik yang telah diminta kepada-Mu oleh hamba dan nabi-Mu. Dan kami berlindung kepada-Mu dari segala kejahatan, yang telah dimohonkan terhindarnya kepada-Mu oleh hamba dan nabi-Mu." 

Rabu, 21 Oktober 2015

PERMATA INDAH ASMAAUL HUSNAA (10) AL-JABBAAR ( YANG MAHA MAMAKSA )

AL-JABBAAR

( YANG MAHA MAMAKSA )


Al-Jabbar artinya adalah Yang menerapkan kehendak-Nya dengan pemaksaan terhadap segala sesuatu, dan kehendak wujud-wujud lain tidak dapat mengatasinya. Ia maha Kuasa memaksa makhluknya menurut kehendak-Nya, dan tidak ada yang dapat memaksanya atau menandingi-Nya. Tidak ada yang muthlak bisa mengikuti kemauannya sendiri kecuali Allah SWT.

Allah maha Kusa menciptakan langit dan bumi sesuai dengan kehendak-Nya tanpa ada yang bisa menyelisihinya, bahkan menandingi-Nya. Dia ciptakan langit yang sangat luas berisi milyaran planet dan bintang dan semuanya patuh mengikuti aturan yang telah ditetapkan untuk semuanya. Dia ciptakan manusia dan makhluk hidup lainnya, binatang, tumbuh-tumbuhan dan benda-benda mati yang beraneka ragam bentuk dan sifatnya sesuai dengan yang Dia kehendaki.

Seperti manusia misalnya, sebagai makhluk yang paling mulia, tercipta sesuai dengan kehendak-Nya harus mengikuti proses dari setetas air mani yang memancar, bertemu sengan sel telur di dalam rahim seorang ibu, lalu berproses menjadi segumpal darah, menjadi segumpal danging, menjadi tulang belulang, lalu dibalut lagi oleh daging, disempurnakan bentuknya lengkap dengan seluruh organ tubuhnya, ditiupkan roh maka hiduplah dia, dikeluarkan dari rahim, lahir kedunia sebagai bayi yang lemah dan tidak mengetahui apa-apa, bertumbuh dan berkembang jadi anak-anak, ramja, dewasa tua, lalu mati. Semua itu terjadi dengan kehendak dan kekuasaan Allah. Tidak ada campur tangan selain Dia yang Menghidupkan, memberi rezki, melapangkan dan menyempitkan, dan Mematikan.

Sebagai orang tua dari si anak tidak berhak ikut campur untuk menentukan apakah anak itu laki-laki atau wanita, kaya dan miskinnya, siapa jodohnya, berapa umurnya, dan dimana matinya. Semuanya adalah hak penuh Allah tanpa harus bermusyawarah dengan kita. Tugas kita hanya menjalani hidup dengan sebaik-baiknya dengan mengikuti aturan-aturan yang telah ditentukan-Nya pula. Kalau kita patuh dan taat maka selamatlah kehidupan kita, tetapi kalau kita ingkar dan berpaling maka akan celakalah kita di dunia dan di akhirat.

Walaupun Dia mempunyai kekuatan yang memaksa, tetapi pada hakikatnya makna jabbar adalah memperbaiki keadaan hamba, mengatur kemaslahatan mereka dengan melepaskannya dari kesulitan dan menghilangkan kesusahan. Dialah yang memperbaiki kelemahan hamba-hamba-Nya dan memperbaiki kalbu yang merasa redam di hadapan-Nya, yang fakir ia berikan kecukupan, yang hina Ia muliakan, yang susah Ia hilangkan kesusahannya, yang kesulitan ia berikan kemudahan, dan betapa banyaknya orang yang kena musibah yang yang diberi-Nya taufiq untuk kokoh dan sabar. Dia maha Memaksa segala sesuatu untuk tunduk kepada kebesaran, keagungan dan keperkasaan-Nya. Dia memaksa hambanya kepada apa yang Dia kehendaki sesuai dengan tuntutan Hikmah dan kehendak-Nya.

Allah berfirman dalam Q.S. 6; al-An’aam ayat 61-63 yang Artinya: Dan Dialah yang mempunyai kekuasaan tertinggi yang tadak terbatas di atas semua hamba-Nya, dan diutus-Nya kepadamu malaikat-malaikat penjaga, sehingga apabila datang kematian kepada salah seorang di antara kamu, ia diwafatkan oleh malaikat-malaikat Kami, dan malaikat-malaikat Kami itu tidak melalaikan kewajibannya. Kemudian mereka (hamba Allah) dikembalikan kepada Allah, Penguasa mereka yang sebenarnya. Ketahuilah, bahwa segala hukum (pada hari itu) kepunyaan-Nya. Dan Dialah Pembuat perhitungan yang paling cepat. Katakanlah: "Siapakah yang dapat menyelamatkan kamu dari bencana di darat dan di laut, yang kamu berdo`a kepada-Nya dengan berendah diri dan dengan suara yang lembut (dengan mengatakan): "Sesungguhnya jika Dia menyelamatkan kami dari (bencana) ini, tentulah kami menjadi orang-orang yang bersyukur."

Dan Allah berfirman dalam Q.S. 6; al-An’aam ayat 17-18 yang Artinya: “Jika Allah menimpakan suatu kemudharatan kepadamu, maka tidak ada yang menghilangkannya melainkan Dia sendiri. Dan jika Dia mendatangkan kebaikan kepadamu, maka Dia Maha Kuasa atas tiap-tiap sesuatu. Dan Dialah yang berkuasa  mutlak atas sekalian hamba-hamba-Nya. Dan Dialah Yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui.


Subhanallah. Allahu Jabbar, walaupun kekuasaan-Nya mutlak, ketentuannya tak ada yang bisa menantang, tetapi penuh dengan kebijaksanaan, semuanya bernuansa keindahan dan keselamatan, tidak ada satupun kebijakan-Nya yang membahayakan makhluknya, malah semuanya berjalan begitu seimbang, sempurna dan penuh pesona. Kecuali kalau sang makhluk yang bernama manusia yang sok kuasa memilih jalan penuh bahaya. Maka dia akan dengan mudah terjerumus ke dalam jurang kehancuran.

Selasa, 20 Oktober 2015

PERMATA INDAH ASMAA-UL HUSNAA (2) ALLAH, TIADA TUHAN SELAIN DIA

PERMATA INDAH ASMAA-UL HUSNAA ( Bagian 2 / dua )


ALLAH, TIADA TUHAN SELAIN DIA




Allah adalah lafazh yang Maha Mulia yang merupakan nama dari Zat yang Maha Suci yang wajib adanya. Dimana nama itu tidak berhak dipakai oleh selain Dia. Allah adalah nama yang paling agung di antara 99 nama-Nya karena nama ini menunjukkan esensi yang mempersatukan sifat ilahiyah, sedangkan nama-nama yang lainnya hanya menunjukkan satu sifat saja. Dan nama ini disebut dalam Al-Quran sebanyak 2698 kali.


Allah adalah satu-satunya Tuhan yang berhak untuk disembah oleh seluruh makhluk tanpa terkecuali, dan satu-satunya yang boleh dijadikan tempat menggantungkan harapan dan keinginankarerna Dia dengan tegas telah menyatakan bahwa Dia akan senantiasa siap untuk mengabulkan segala permohonan tanpa melalui perantaraan. Oleh karena itu merupakan kewajiban setiap manusia untuk Mengenal Allah dengan cara yang benar sesuai dengan tuntunan yang telah Dia turunkan melalui nabi dan rasul-Nya.


Mengenal Allah dan mengakuinya sebagai satu-satunya Tuhan yang berhak disembah adalah pilar utama dalam keyakinan hidup sebagai syarat untuk mendapatkan kebaikan dan memperoleh ketenangan jiwa karena hanya dengan mengingat Allahlah jiwa baru bisa menjadi tenang. Hanya dengan iman kepada Allah yang diiringi dengan amal yang saleh seseorang bisa hidup berbahagia. Mengenal Allah adalah merupakan fitrah manusia yang dibawa sejak lahir, karena sebelum roh ditiupkan kedalam jasad Allah telah lebih dahulu meminta pengakuan tentang keberadaannya sebagai Tuhan kepada roh tersebut, maka menjadi kewajibanlah bagi setiap manusia untuk menjalani kehidupan di dunia dengan keyakinan itu, karena setelah dunia ini berakhir, nanti diakhirat kita semua akan mempertanggung jawabkan keyakinan kepada Allah Yang maha Suci lagi Maha Agung dan Maha Kuasa serta Pemilik segala sesuatu, yang karena itu Kita harus berserah diri kepadanya, dan hanya bergantung kepadanya pula. Karena hanya Dia yang mampu melindungi kita, membimbing dan menolong kita, serta mengeluarkan kita dari kegelapan menuju cahaya yang terang benderang. Rasulullah SAW didalam hadis Abi Hurairah yang diriwayatkan oleh Bukhary bersabda:”Orang yang paling berbahagia mendapat Syafaatku pada hari kiamat nanti adalah orang yang mengucapkan Laa ilaaha illallah dengan ikhlas sepenuh hatinya atau jiwanya.”

Mari kita coba mencermati dengan hati yang menerima firman Allah yang sangat indah dalam surat 2; al-Baqarah ayat 255-257 yang artinya:” Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa`at di sisi Allah tanpa izin-Nya. Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar. Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Allah Pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). Dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya ialah syaitan, yang mengeluarkan mereka dari cahaya kepada kegelapan (kekafiran). Mereka itu adalah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.

Semoga keyakinan kita kepada Allah tidak goyah karena keindahan dunia, tidak menyimpang karena godaan hawa nafsu, tidak luntur karena pengaruh harta dan keluarga, serta tidak menyimpang karena tipuan dan rayuan syetan.

my family

my family

PERMATA INDAH ASMAAUL HUSNAA (9) AL-‘AZIIZ ( YANG MAHA PERKASA )

AL-‘AZIIZ 


( YANG MAHA PERKASA )



Al-‘Aziiz artinya memiliki segala macam kemuliaan; kemuliaan kekuatan, kemuliaan kemenangan, dan kemuliaan pertahanan. Sehingga tidak seorangpun dari makhluk yang dapat mencelakan-Nya, dan Ia mengalahkan dan menundukkan segala yang ada, sehingga tunduklah kepada-Nya seluruh makhluk karena keperkasaan-Nya. Kekuatan-Nya tidak bisa dibendung dan kedudukan-Nya tidak bisa diraih. Begitu tingginya sehingga tidak bisa disentuh oleh keburukan dan kehinaan.

Ibnu Katsir berkata, “Al-Aziz adalah yang menundukkan segala sesuatu dan  mengalahkannya, Yang menaklukkan segala sesuatu, maka tidak  seorangpun  yang dapat menghina  karena kekuatan, keagungan, keperkasaan dan kebesaran yang dimiliki-Nya.


Imam Al Ghazali memberi tiga syarat bagi penyandang sifat dan nama Al Aziz. Pertama, perannya sangat penting dan hanya sedikit yang bisa menjalankan. Kedua, keberadaannya sangat dibutuhkan. Ketiga, sulit untuk diraih atau disentuh. Tanpa terhimpunnya tiga syarat di atas, tidak wajar jika dinamai Al Aziz. Al Aziz hanya pantas disandang Allah, karena hanya Dia yang bisa menghimpun tiga syarat itu sekaligus. Tak satupun yang bisa menghimpun tiga syarat di atas, tanpa kekurangan. Barangsiapa yang menghendaki Al-izzah (kemuliaan), maka kemuliaan seluruhnya hanya milik Allah. (Q.S. 35; Faathir ayat 10)

Karena kemuliaan (Al Aziz) itu milik Allah, maka Allah-lah yang paling berhak menganugerahkan kemuliaan kepada yang dikehendaki-Nya.  Sebagaimana firman-Nya dalam dalam Q.S. 63; Al Munaafiquun ayat 8 yang artinya: “Mereka berkata: "Sesungguhnya jika kita telah kembali ke Madinah, benar-benar orang yang kuat akan mengusir orang-orang yang lemah daripadanya". Padahal keperkasaan itu hanyalah milik Allah, milik Rasul-Nya dan milik orang-orang mu'min, tetapi orang-orang munafik itu tiada mengetahui.


Melalui hadis Qudsi Allah menjelaskan cara meraih kemuliaan: “Sesungguhnya Tuhan kalian berfirman setiap hari, Akulah Al Aziz (Yang Maha Mulia), barangsiapa yang menghendaki kemuliaan dunia dan akhirat, hendaklah dia taat kepada Al Aziz”.

Mencari kemuliaan dengan cara mengabdi kepada manusia dan dunia (harta, jabatan dan kedudukan), tidak akan menghasilkan apa-apa, selain kehinaan di mata Allah dan manusia. Karena Allah akan menghinakan di dunia dan di akhirat. “Siapa yang mencari kemuliaan melalui suatu kaum, Allah akan menghinakannya melalui mereka”.


Mu’jizat dan Karamah adalah merupakan kemuliaan yang diberikan oleh Allah kepada para Rasul-Nya dan orang-orang yang shaleh. Mu’jizat berarti kejadian yang luar biasa yang terdapat pada Rasul-rasul Allah untuk melemahkan musuh-musuhnya, sehingga mereka percaya bahwa dia adalah seorang Rasul. Mu’jizat itu hanya diberikan oleh Allah kepada para nabi dan Rasulnya untuk menolong menumbangkan kepercayaan orang-orang yang mempertuhankan selain Allah. sebagai contoh kepada Nabi Ibrahim AS Allah memberikan mu’jizat tidak hangus dibakar api. Kepada Nabi Musa AS Allah menjadikan tongkat yang bisa berobah menjadi ular, bisa membelah lautan dan bisa menjadi alat untuk mengeluarkan sumber mata air ketika tongkat itu dipukulkan kepada batu. Kepada Nabi Isa AS Allah memberikan mu’jizat bisa menghidupkan orang yang mati, menyembuhkan orang sakit dan bisa menyembuhkan orang yang buta menjadi bisa melihat. Nabi Yunus AS tidak mati di dalam perut Ikan bahkan ikan itu mengantarkannya ke tepi pantai sehingga dia bisa kembali kepada kaumnya. 

Karamah atau keramat adalah anugrah, kemurahan hati, perlindungan dan pertolongan Allah yang dianugrahkan kepada para wali-Nya dan hamba-Nya yang shaleh, yang berjiwa bersih dan tekun mengerjakan segala amal ibadah, sebagai sesuatu keadaan yang luar biasa di luar pengalaman manusia biasa. Orang-orang sufi meyakini bahwa para wali mempunyai keistimewaan, seperti kemampuan melihat hal-hal yang ghaib atau kemampuan melakukan sesuatu yang tidak dapat dilakukan oleh manusia biasa.

Sebagai contoh Allah melukiskan dalam Q.S. 27;’ an-Naml ayat 39-40, bahwa seorang yang mempunyai ilmu dari kitab dapat memindahkan singgasana ratu Bulkis dari negeri saba” kehadapan Nabi Sulaiman AS, hanya dalam sekejap mata.

Dalam Surat 3; Ali Imran ayat 37 Allah menceritakan bagaimana kagumnya nabi Zakaria AS, setiap kali masuk kemihrab untuk menemui Maryam, Dia mendapati ada makanan yang datang dari sisi Allah, kejadian kejadian ini merupakan anugerah yang luar biasa dari Allah yang disebabkan oleh ketaatan Maryam dalam beribadah dan kesucian hatinya. 

Orang yang mulia (aziiz) di sisi Allah adalah orang melayani kebutuhan hamba-hamba Allah dalam urusan mereka, tingkat kemuliaan ini sangat ditentukan oleh besar kecil peranannya dalam membimbing dan mengarahkan masyarakat ke jalan-Nya.

Beriman kepada  nama  ini  akan  menanamkan  rasa  berani dan kepercayaan kepada Allah SWT, sebab makna yang tersirat dari nama ini  adalah  bahwa  tidak  seorangpun  yang  mampu  mencegah dan menolak perintah Allah SWT, dan apapun yang dikehendaki-Nya pasti akan terjadi sekalipun seluruh manusia tidak menghendakinya dan segala sesuatu yang tidak dikehendaki-Nya tidak akan pernah terjadi sekalipun seluruh manusia mengharapkannya terjadi .
Orang yang mulia di dunia dan akherat adalah orang yang dimuliakan oleh Allah. Maka  barangsiapa  yang  menginginkan  kemuliaan, hendaklah dia memintanya dari Allah SWT Yang memiliki kemuliaan. 

Di antara sebab kemuliaan seseorang dan kedudukannya yang tinggi adalah memaafkan  dan merendahkan diri. Diriwayatkan oleh Muslim dari  hadits  Abu  Hurairah  bahwa  Nabi  Muhammad  SAW  bersabda, “Tidaklah suatu harta itu berkurang karena shedekah, dan tidaklah Allah SWT menambahkan bagi seorang hamba yang bersifat pemaaf kecuali dengan kemuliaan, dan tidaklah seorang hamba merendah diri kecuali  Allah  akan  mengangkatnya”. Maka  barangsiapa  yang memaafkan kesalahan seseorang padahal dia mampu membalas maka dia akan menjadi orang yang besar di dalam hati manusia saat hidup di dunia ini dan di akherat dia akan mendapat pahala yang besar dari Allah.

Apa  yang  menimpa  kaum  muslimin  berupa  kelemahan,  kehinaan,
kerendahan dan tertinggal dari umat yang lain pada zaman sekarang ini adalah sebab langsung dari dosa-dosa dan kemaksiatan mereka, mereka  menjauhi agama Allah  SWT,  seandainya mereka berpegang degan ajaran  agama ini dan mengamalkan apa yang ada padanya maka Allah SWT pasti memuliakan dan menolong mereka atas musuh-musuh mereka, dan umat Islam  pasti  menjadi  pemimpin dunia

Orang yang menghayati sifat Al Aziz senantiasa menjaga dirinya dari ketergantungan kepada siapapun. Ia tidak pernah mau mengulurkan tangan meminta bantuan orang lain, apalagi meminta-minta. Dalam keadaan yang paling sulit sekalipun, ia tetap menahan diri. Mereka ini telah digambarkan dalam Al Qur’an: “Orang-orang yang tidak tahu mengira mereka orang kaya karena memelihara diri mereka dari meminta-minta.” (Q.S. 2; Al Baqarah: 273)


Integritas pribadinya sangat menonjol, karena ia tidak pernah merendahkan diri kepada dunia maupun orang lain disebabkan harta atau kedudukan sosial. “Barangsiapa merendah demi kekayaan, maka dua pertiga agamanya telah hilang”.

Yaa Allah Yaa Aziz, bersihkan hati kami dari rayuan materi sehingga kami tidak memandang mulia selain Engkau. Himpunlah kami bersama orang-orang yang telah Engkau anugerahi kemuliaan, serta curahkanlah kepada kami rahasia kemuliaan-Mu sehingga jiwa kami mengangkasa menuju keharibaan-Mu.

Minggu, 18 Oktober 2015

PERMATA INDAH ASMAAUL HUSNAA (8) AL-MUHAIMIN ( YANG MAHA MEMELIHARA / MENGAWASI)

PERMATA INDAH ASMAAUL HUSNAA ( Bagian 8 / delapan )
AL-MUHAIMIN ( YANG MAHA MEMELIHARA / MENGAWASI)

Kata al-muhaimin berasal dari kata haimana yuhaiminu.  Yang artinya memelihara atau menjaga,  bisa juga diartikan menjadi saksi, atau Zat yang membenarkan atau menyalahkan.

Allah berfirman dalam q.s. 59; al-Hasyr ayat 23 yang  artinya : “Dialah Allah yang tiada Tuhan selain Dia, Raja, yang Maha Suci, yang Maha Sejahtera, yang Mengaruniakan Keamanan, yang Maha Memelihara, yang Maha perkasa, yang Maha Kuasa, yang memiliki segala Keagungan, Maha suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.” Di dalam ayat ini Allah menegaskan bahwa salah satu sifat dan nama Allah yang indah itu adalah Al-Muhaimin; yang maha Memelihara / Mengawasi, Allahlah yang memelihara seluruh makhluk-Nya. Baik keselamatannya maupun kesejahteraannya, Kekuasaan-Nya sangatlah luas dan tidak ada makhluk yang dapat menandingi-Nya. Allah bisa mengetahui peristiwa dimasa lalu, kini dan masa depan. Dan akan memberi tahukannya kembali kepada kita di akhirat nanti,  karena itu manusia harus selalu berbuat baik. Dan menjauhi dosa dan maksiat, Setiap perbuatan diawasi dan disaksikan oleh Allah dan Kelak Allah akan meminta pertanggungjawabannya.

Allah adalah Yang maha Memelihara segala urusan di Dunia Maupun di Langit, mengawasi segala aktivitas mahluknya serta benda-benda yang ada di alam semesta ini walaupun sebesar Dzarrah (atom). Imam Al Ghazali Ra. Menyatakan bahwa kata Al Muhaimin bermakna “Allah yang menangani atau mengawasi urusan Mahluk-Nya dari sisi amal perbuatan, rezeki dan ajal mereka. Penanganan ini adalah dengan pengetahuan, penguasaan dan pemeliharaan-Nya.


Al Muhaimin berarti Allah SWT. memiliki ilmu sempurna yang tidak ada batasnya. Tidak ada sesuatu apapun yang tersembunyi bagi-Nya di langit dan bumi. Dia maha mengetahui apa yang sudah terjadi, yang sedang terjadi dan yang akan terjadi.
Allah SWT. Berfirman dalam Q.S. 6; al-An’am ayat  59: “Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfudz)”.

Allah menyatakan bahwa Al-Qur’an mempunyai fungsi untuk mengawasi kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya seperti Taurat dan Injil. Sebagaimana firman-Nya dalam Q.S. 5; al-Maidah ayat 48 yang artinya : “Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan kitab yang diturunkan yang sebelumnya, dan sebagai pengawas terhadap Kitab-Kitab itu….”


Al-Qur’an menjadi saksi atas kitab-kitab terdahulu. Dan membenarkan bahwa kitab-kitab itu telah diturunkan oleh Allah melalui para nabi-Nya. Tetapi ia memberikan pengawasan terhadap kitab itu dengan menjelaskan bahwa kitab itu tidak lagi sebagai mana ia diturunkan, karena para pemuka agamanya telah melakukan perobahan terhadap isi kitab itu sendiri. Pada waktu diturunkan kitab itu menyatakan tentang keesaan Allah, tetapi pada waktu Al-Qur’an diturunkan Allah itu sudah mempunyai anak. Para ahli kitab itu menyembunyikan sebahagian kebenaran yang ada di dalam kitab itu karena bertentangan dengan keinginan dan hawa nafsu mereka, mereka juga mendustakan isi kitab mereka dan membunuh para Nabi dengan cara yang tidak benar. Pengawasan Al=Qur’an terhadap isi kitab itu yang dinamakan dengan muhaimin.

Al-Muhaimin hampir sama artinya dengan al-Hafiizh dan al-Muqiit, al-muhaimin memelihar dari penyimpangan, al hafiizh memelihara dari kepunahan sedangkan al-Muqiith memelihara makhluk dalam hal penyediaan rezki.

Semoga kita menjadi hamba Allah yang dianugrahi kemampuan melihat  eksistensi,kekuasaan, dan pemeliharaan  Allah didalam segala sesuatu. Mempunyai  jiwa-jiwa yang telah kokoh dalam rasa ketakwaannya, jiwa yang senantiasa mendorong dan menggerakan diri agar  selalu dapat melihat,memelihara,merawat,dan menjaga hak-hak  dan kewajiban secara berimbang, selalu dapat melahirkan perbuatan dan tindakkan jujur dan bertanggung jawab yang berlandaskan keyakinan tauhid yang murni.
PERMATA INDAH ASMAAUL HUSNAA ( Bagian 8 / delapan )
AL-MUHAIMIN ( YANG MAHA MEMELIHARA / MENGAWASI)



Sabtu, 17 Oktober 2015

PERMATA INDAH ASMAAUL HUSNAA (7) AL-MUKMIN ( YANG MAHA MEMELIHARA KEAMANAN)

PERMATA INDAH ASMAAUL HUSNAA ( Bagian 7 / tujuh )
AL-MUKMIN ( YANG MAHA MEMELIHARA KEAMANAN)

Al-Mukmin adalah  asma Allah yang berarti darinya datang keamanan karena Dia memiliki sarana untuk memberikan keamanan dan keselamatan serta menolak bahaya. Dialah yang maha memelihara keamanan seluruh alam, langit, bumi beserta segala isinya planet dan bintang yang ada di dalam tata surya. Dan seluruh makhluk yang ada di dalamnya.
Sebagai Tuhan yang maha pencipta, Maha Perkasa, maha Kuasa dan maha Mengetahui. Dia telah membuat sistim keamanan yang sangat canggih terhadap seluruh alam ciptaannya yang maha luas, sesuai dengan yang Dia Kehendaki. Sebagai contoh bagaimana Allah menjaga ciptaannya yang bernama manusia yang hanya berasal dari setetes nuthfah, bisa menetap di dalam rahim yang sangat kokoh selama sembilan bulan, lalu keluar melalui jalan yang sangat sempit tapi bisa selamat lahir ke dunia, lalu melalui pertumbuhan dan perkembangan yang sangat unik sampai dia dewasa, tua lalu mati, semuanya berjalan dalam proses yang aman dan penuh hikmah. Seluruh makhluk ciptaan Allah, baik yang berakal ataupun tidak, diciptakan dengan sistim cara makan dan cara mengamankan diri yang berbeda-beda satu sama lain. Subhanallah Maha suci Allah sebaik-baik Pencipta.
Kata mukmin, disamping berarti memelihara keamanan juga dipakai sebagai panggilan orang-orang yang beriman, orang yang percaya kepada Allah yang harus punya sifat memberi keamanan kepada sesamanya, makanya Rasulullah SAW menegaskan bahwa “Baru dikatakan seorang itu mu’min apa bila tetangganya aman dari kejahatannya”. Iman adalah cahaya yang menerangi hidup dimana sebagai lawannya adalah kafir yang berarti keingkaran atau kegelapan hati yang mendorong manusia untuk berbuat kekacauan dan kerusakan di muka bumi yang memancing kemurkaan Allah SWT.
Hanya orang orang yang berimanlah yang mampu menjaga keamanan dunia ini, sedangkan orang-orang yang kafir dan musyrik dari waktu ke waktu hanya menjadi sumber mala petaka dan kerusakan di muka bumi ini. Itulah sebabnya Allah selalu berpihak kepada orang-orang yang beriman dan demi keamanan bumi ini Allah telah berulang kali menurunkan siksa dan kehancuran terhadap orang-orang yang ingkar.
Sebagai contoh yang ringan, lihatlah bagaimana Allah Menghancur luluhkan pasukan bergajah di bawah pimpinan Abrahah yang berniat untuk menghancurkan Ka’bah, Rumah Allah yang suci, dengan mengirimkan burung ababil yang melempari mereka dengan batu berapi yang membuat mereka menjadi seperti daun yang dimakan ulat, seperti yang tercantum dalam Q.S. 105; al-Fiil yang artinya: ”Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak terhadap tentara bergajah? Bukankah Dia telah menjadikan tipu daya mereka (untuk menghancurkan Ka`bah) itu sia-sia?, Dan Dia mengirimkan kepada mereka burung yang berbondong-bondong, yang melempari mereka dengan batu (berasal) dari tanah yang terbakar, lalu Dia menjadikan mereka seperti daun-daun yang dimakan (ulat)”. Lalu Allah menyatakan dalam Q.S. 106; Quraisy ayat 3-4 yang artinya: “Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan Pemilik rumah ini (Ka`bah). Yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari ketakutan”. Yang maksudnya bahwa Allahlah sebenarnya yang memberi makan manusia agar mereka tidak kelaparan, dan Allahlah sebenarnya yang membuat mereka aman dari rasa takut dalam perjalanan mereka mengharungi padang pasir baik di musim dingin (menuju Yaman), ataupun di musim panas (menuju Syam).
Allah telah membuktikan bagaimana dia menjaga keamanan orang-orang beriman dari permusuhan yang dilakukan oleh orang-orang yang kafir dan musyrik, sepanjang sejarah ummat manusia. Bagaimana Allah menyelamatkan Nabi Nuh dengan mengajari nabi Nuh membuat kapal untuk menghindari bencana banjir yang disiapkan oleh Allah untuk membinasakan orang orang yang ingkar tanpa tersisa, termasuk anak dan isteri nabi Nuh sendiri yang juga ingkar. Begitu juga Nabi Musa yang diamankan oleh Allah dengan membelah lautan, dan sekali gus tempat itu dijadikan kuburan bagi Fir’aun dan pasukannya yang menentang Allah.
Amat mudah bagi Allah untuk membela orang-orang yang beriman dan menghancurkan orang orang yang kafir karena seisi langit dan bumi bisa menjadi bala tentara Allah yang hanya Allah yang menguasainya sebagai mana firmannya dalam Q.S. 48; al-Fath ayat 7 yang artinya: “Dan kepunyaan Allah-lah tentara langit dan bumi. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”.
Dan Allah pun telah memberikan jaminan keamanan danpertolongan kepada Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya sebagai mana firman-Nya dalam Q.S. 40; al-Mukmin ayat 51 yang artinya: “Sesungguhnya Kami menolong rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia dan pada hari berdirinya saksi-saksi (hari kiamat)”.
Adapun orang-orang yang kafir tidak akan pernah berhenti menghalangi langkah orang-orang yang beriman dan selalu berusaha memadamkan cahaya Allah, Tetapi Allah akan selalu menyempurnakan cahaya-Nya itu yang akan menerangi kehidupan orang-orang yang beriman. Seperti dalam firmannya dalam Q.S; 61 ash-Shaf ayat 8 yang artinya: “Mereka ingin hendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tetap menyempurnakan cahaya-Nya meskipun orang-orang kafir benci.
Sedangkan Agama Islam kalau dipegang teguh dan dijalankan dengan konsekwen akan menjadi agama yang memenangkan pertarungan dalam menghadapi agama apapun karena hanya Islamlah yang diredhai-Nya sebagaimana firman-Nya dlam Q.S. 48; al-Fath ayat 28 yang artinya: “Dia-lah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang hak agar dimenangkan-Nya terhadap semua agama. Dan cukuplah Allah sebagai saksi”.
Maka berbahagialah orang-orang mukmin yang mampu menjaga imannya yang akan membuat dia terhubung dengan Allah yang mempunyai sifat al-Mukmin sebagai penjaga keamanan mereka dan membimbing mereka kepada kesuksesan di dunia dan di akhirat


Ketakutan terbesar manusia nanti, adalah ketika mendapatkan kemalangan abadi dari ancaman siksa  Allah di akhirat, dimana tidak ada keselamatan dan keamanan bagi orang yang tidak punya iman dan amal shaleh. Dan tidak ada yang bisa melindungi dan memberikan keamanan kecuali Allah SWT.

Rabu, 14 Oktober 2015

SELAMAT HARI RAYA IDUL ADHA

Selamat hari raya ‘iedul adha
Mohon maaf lahir dan batin
Semoga hati selalu terbuka
Membuat persahabatan semakin terjalin
Bersama-sama menuju redha-Nya
Dosa dan salah kita jauhin
Andai kata ada salah dan cela
Kita saling menasehatin
Haji dan qurban tandanya taqwa
Berbagi kepada fakir dan miskin

Selasa, 13 Oktober 2015

PERMATA INDAH ASMAA-UL HUSNAA (1) KUNCI SORGA YANG MENINGGIKAN DERAJAT

PERMATA INDAH ASMAA-UL HUSNAA ( Bagian 1 / satu )

KUNCI SORGA YANG MENINGGIKAN DERAJAT DAN MENENANGKAN HATI

Asmaaul husna adalah ibarat permata yang membuat hati manusia berkilauan dengan keindahannya yang mempesona, karena dia adalah nama-nama yang indah dan sekali gus sifat-sifat Allah yang luar biasa, membawa dampak positif kepada orang yang nama-nama itu bersemayam di dalam sanubarinya, dimana Allah menjamin barang siapa yang menguasai dengan menghafal asmaa-ul husna, Allah akan memberikan kunci sorga kepada orang tersebut.

Asmaa-ul husna adalah bentuk zikir terbaik seorang mukmin, dimana Allah menyatakan bahwa orang yang jernih pikirannya akan senantiasa berzikir kepada Allah, baik di waktu berdiri, atau duduk, maupun dalam keadaan berbaring. Dengan zikir jiwa kan menjadi tenang, pikiran akan terbuka dan tubuh akan ringan untuk diajak beribadah kepada Allah.

Asmaa-ul husnaa akan membuat orang begitu dekatnya dengan Allah. Karena Allah telah mengumumkan kepada seisi alam, kalau ingin cepat bertemu dengannya, maka panggillah dia melalui nama-nama-Nya yang termasuk kedalam asmaa-ul husna. Ketika sesorang berdo’a dan memanggil Allah dengan Asmaa-ul husnaa, maka cepat sekali Allah mengabulkannya, selama orang tersebut tidak bergelimang dengan dosa dan maksiat.

Asmaa-ul husna akan mengangkat derajat seorang mukmin ke derajat yang tinggi, karena asmaa-ul husna itu adalah permata dan intan berlian yang nilainya teramat tinggi, dimana asmaa-ul husna itu adalah merupakan simbol keagungan, kebesaran, kemuliaan, ketinggian, kemaha sucian. Secara perlahan merutinkan membacanya akan menjadi inspirasi dan motivasi menuju tangga kesuksesan.

Semoga kita termasuk salah seorang dari orang yang diserahkan kepada kita kunci pintu sorga karena telah menghafal dan menghayati asmaa-ul husnaa. Kepada yang belum hapal mari berlomba-lomba untuk menghafalnya, walaupun satu sehari dalam tiga setengah bulan saja kita sudah pasti menguasainya, kalau lima nama bisa kita hapal satu hari maka ke 99 asmaaa-ul husnaa itu sudah terhapal hanya dalam tempo 20 hari saja. Selamat mencoba dan berlomba-lomba dalam kebaikan dan ketaqwaan. 

PERMATA INDAH ASMAA-UL HUSNAA (2) ALLAH, TIADA TUHAN SELAIN DIA

PERMATA INDAH ASMAA-UL HUSNAA ( Bagian 2 / dua )

ALLAH, TIADA TUHAN SELAIN DIA



PERMATA INDAH ASMAA-UL HUSNAA (3) AR-RAHMAAN DAN AR-RAHIIM


PERMATA INDAH ASMAA-UL HUSNAA ( Bagian 3 / tiga )
AR-RAHMAAN (YANG MAHA PENGASIH) DAN
AR-RAHIIM (YANG MAHA PENYAYANG)
الـسـلا م عـلـيـكـم ورحـمـة الله وبركا تـه
Dialah Allah yang tidak ada Tuhan selain dia, yang Maha Mengetahui yang ghaib dan yang nyata. Dialah Tuhan yang Rahmaan (Maha Pengasih) lagi Rahiim (Maha Penyayang). (Q.S. 59; Al-hasyr ayat 22).
Ar-Rahmaan dan Ar-Rahiim adalah dua kata yang bersasal diri akar kata yang sama yaitu Rahima yang berarti rahmat atau kasih sayang, disebut dengan ar-Rahmaan kerena amat luas meliputi segala sesuatu yang ada dialam ini.dan disebut dengan Ar-Rahiim karena kekalnya kasih sayang itu yang tercurah dengan melimpah ruah pada hari kiamat untuk orang-orang yang beriman dan beramal saleh. Luas dan kekalnya Rahmaan dan rahiim Allah bisa kita telusuri di dalam Al-Qur’an yang menyebutkan kata ar-Rahmaan sebanyak 171 kali dan kata ar-Rahiim sebanyak 228 kali.
Kedua kata ini berhubungan dengan kemuliaan dan keagungan Allah, dimana ketika akan memulai setiap pekerjaan, kita mulai dengan menyebut nama Allah yang diiringi oleh kedua sifat ini dalam kalimat Bismillaahirrahmaanirrahiim, maka setiap pekerjaan kita akan membawa berkah, dan bila kita memulai pekerjaan dengan tidak menyebutnya, maka perkerjaan kita akan terputus dari rahmat Allah.
Ar-Rahmaan adalah sifat kasih sayang Allah yang diberikan kepada semua makhluk-Nya. Sifat Allah yang Maha Pengasih ini dapat kita rasakan di setiap waktu, disetiap helaan nafas dan sepanjang hayat kita. Salah satu contoh kecil dari kasih Allah yang dapat kita rasakan itu adalah nikmat. Seperti nikmat hidup, kita semua di izinkan untuk hidup di bumi Allah, yang telah dilengkapi oleh Allah fasilitas yang menunjang kehidupan kita, seperti di kasih udara, air, api, tumbuhan dan binatang. Semuanya gratis, tanpa diminta dan tidak disyaratkan harus beriman lebih dahulu, karena orang kafirpun berhak menikmatinya tetapi terbatas selama hidup di dunia saja. Allah hanya meminta kesadaran kita untuk mensyukurinya, kalau kita mau, tetapi bagi yang tetap ingkar, maka sebagai balasannya di akhirat nanti dia tidak akan mendapatkan rahiimnya Allah karena untuk mereka azab yang pedih. Kecuali bagi orang yang mau menyadari kesalahannya sebelum maut datang menjemput maka rahiim Allah itu akan masih bisa dinikmatinya di akhirat, makanya Allah selalu mengiringi kata menerima taubat dengan kata rahiim (Tawwaabur-Rahiim), begitu juga kata Maha pengampun dengan kata rahiim (Ghafuurur-Rahiim).
Ar Rahiim adalah sifat kasih sayang Allah yang khusus hanya diberikan kepada mereka yang bertakwa.
Kasih sayang ini berupa nikmat iman dan pahala yang diberikan Allah kepada mereka yang bertakwa atas amal perbuatan mereka. Pahala ini tidak akan pernah diberikan kepada mereka yang tidak bertakwa/ingkar, meskipun mereka melakukan amal perbuatan yang sama dengan orang yang bertakwa.
Sabda Nabi Muhammad SAW "bahwasanya Isa bin Maryam berkata :"Sifat rahman untuk di dunia dan akhirat dan sifat rahim hanya untuk di akhirat aja" berdasarkan hadist di atas, Rahman Allah dapat dirasakan dan didapatkan oleh semua manusia baik yang beriman maupun yang kapir tergantung usaha dan kesungguhan mereka dalam mencapai rahman-Nya. Tetapi sifat rahim Allah hanya untuk orang yang beriman di akhirat tanpa terkecuali.
Sifat ar-Rahman ini diabadikan oleh Allah sebagai nama surat ke 55 dir Al-Qur-an di mana luas nya kasih sayang Allah itu digambarkan dengan bagaimana dengan kasih sayangnya Allah telah menciptakan manusia dalam sebaik-baik kejadian, menurunkan Al-Qur’an sebagai pelajaran hidup menciptakan bumi dan isinya yang begitu indah untuk memenuhi segala kebutuhan manusia, memenuhi kebutuhan seisi langit dan bumi secukup-cukupnya, menyediakan sorga yang serba luar biasa di akhirat untuk orang orang yang beriman. Maka dalam surat itu berulang-ulang sebanyak 31 kali Allah bertanya :”Fabiayyi aalaa-i rabbikumaa tukazzibaan” yang artinya:”Maka Nikmat tuhan yang manakah yang bisa kamu dustakan? (wahai golongan Jin dan manusia!).” lalu surat itu ditutup dengan ayat yang artinya Maha Suci Nama Tuhanmu yang mempunyai Keagungan dan Kemuliaan.”
Sebagai hamba dari Tuhan yang Maha Rahmaan dan Maha Rahiim, maka sepantasnyalah kehidupan manusia diatas dunia ini didasarkan kepada rasa kasih sayang, seperti kasih sayang yang diteteskan oleh Allah kepada seorang ibu yang mengasihi dan menyayangi anaknya dengan sepenuh hati tanpa mengharapkan balasan apa apa, kasih sayang yang tidak pernah luntur seumur hidupnya walaupun sang anak berperilaku yang tidak baik terhadap dirinya.
Hidup berkasih sayang sesama manusia akan melahirkan para demawan yang membuat kehidupan menjadi aman dan penuh kemuliaan, rukun sentosa dan penuh keberkahan. Rasa kasih sayang akan melahirkan masyarakat yang hidup saling tolong menolong, suka membahagiakan orang lain dalam jalinan hubungan yang baik, mengharmoniskan rumah tangga, menenangkan hati dan menentramkan jiwa, serta diberkahi Allah sepanjang waktu. Nabi Muhammad SAW bersabda:”Orang-orang yang penyayang, maka Zat yang Maha Rahmaan akan menyayangi mereka. Sayangilah sesama penghuni bumi, maka yang ada di langit akan menyayangi kalian”
Kasih sayang Allah tidak pernah berhenti kita nikmati sepanjang hayat dikandung badan. Semoga kita termasuk orang yang mau berbagi kasih sayang kepada sesama sehingga kasih sayang Allah akan semakin tercurah dengan melimpah ruah kepada kita, dan mengantarkan kita ke tempat yang penuh dengan kasih sayangnya yang abadi di dalam sorga jannatun na’iim.