AL-BAARI’
( YANG MAHA MENGADAKAN )
Nama Allah Al-Baari’ artinya adalah yang menciptakan makhluk tanpa
meniru, lafaz ini lebih dikhususkan pada penciptaan makhluk-makhluk hidup,
lafaz ini jarang sekali dipakai pada penciptaan selain makhluk hidup. Al-Baari’
mengandung makna
Yang merencanakan segala sesuatu sebelum menciptakannya.
Kata
al-Baari' menunjuk pada proses penciptaan lebih lanjut dari kegiatan al-Khaaliq
yang meliputi pengukuran tertentu sehingga tercipta harmoni dan sinergi. Jika
al-Khaaliq merujuk pada penciptaan dari sesuatu yang belum terbentuk, maka
al-Baari' merupakan penciptaan lebih lanjut yang di dalamnya terdapat
kreasi-kreasi baru, meskipun belum sampai pada taraf yang telah sempurna. Dan
Kata al-Mushawwir merupakan proses akhir dari al-Khaaliq dan al-Baari’. Dalam
kata al-Mushawwir terkandung makna penghalusan dan keindahan dalam bentuk dan
rupa yang diciptakan-Nya. Dengan demikian, al-Mushawwir merupakaan penciptaan
lebih lanjut yang di dalamnya telah terjadi kreasi-kreasi yang lebih baik dan
indah daripada yang ada pada al-Khaaliq maupun al-Baari’.
Sedangkan
al-Badii’ adalah Pencipta segala sesuatu yang baru. Maksudnya adalah bahwa
sebelumnya tidak pernah ada suatu penciptaan yang mendahului penciptaan-Nya.
Sebagian ahli tafsir berpendapat bahwa al-Badi’ adalah Pencipta lebih lanjut
dari al-Khaliq. Dengan demikian, jika al-Khaliq berarti penciptaan Allah dalam
bentuk awal, maka al-Badi’ merupakan penciptaan-Nya lebih lanjut dengan
berbagai perhiasan dan pernik-pernik yang bisa memanjakan dan membuat para
hamba-Nya merasa senang, gembira, dan bahagia.
Allah
SWT menciptakan atau mengadakan apa yang Dia inginkan dan rencanakan menuju ke
alam nyata. Dan tidak semua orang yang merencanakan sesuatu bisa mewujudkannya
selain Allah SWT.
Al-Baari’ adalah yang
menciptakan segala sesuatu sesuai dengan fungsi penciptaannya. Dia menciptakan
manusia untuk menguji mereka, yang menetapkan sesuatu sesuai dengan ketetapan-Nya,
yang menyelamatkan makhlukNya, yang membedakan satu jenis dengan jenis lainnya,
dan membentuk setiap makhluk sesuai dengan penciptaannya. Dia yang menciptatakan langit dan bumi berasal dari satu kesatuan yang bersatu padu dalam bentuk gas, kemudian karena adanya kepadatan masa yang tinggi maka terjadilah ledakan yang maha dahsyat. Hal ini menyebabkan massa yang ada teruraimenjadi bagian-balian yang paling elementer yakni proton dan elektron, bagian-bagian inilah yang selanjutnyasangat berperan dalam pembentukan zat-zat kimia yang lain. Allah berfirman dalam Q.S. 21; al-Anbiya' ayat 30 yang artinya: "Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?".
Proses sejarah penciptaan itu terus berjalan dalam enam priode / masa penciptaan langit dan bumi. kemudia kecepatan gerak kelompok-kelompok gas itu berkurang sebagai akibat dari berkurangnya daya tarik menarik diantara masing-masing kelompok. Susunannyapun berangsur-angsur turun, sehingga terjadilah kondensasi (perobahan dari tingkat gas ke tingkat cair), yang didahului oleh bumi. Terjadinya bumi yang sederhana baru kemudian disusul oleh penyempurnaan benda-benda langit. Walaupun keduanya terdapat perbedaan waktu namun pada prinsipnya prosesnya sama sama saja, karena antara keduanya hukum yang mengikat yakni hukum alam yang diciptakan oleh Allah SWT. Alah berfirman dalam Q.S. 65; ath-Thalaaq ayat 12 yang artinya: "Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. Perintah Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan sesungguhnya Allah, ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu."
Kekuasaan Allah maha hebat,
Ilmu dan kemampuan-Nya maha luas dalam merencanakan penciptaan langit dan bumi
beserta isinya. Semuanya tertata rapi dan seimbang. Makhluk makhluk hidup yang
diciptakannya saling tergantung satu sama lain. Diciptakan-Nya matahari sebagai
sumber cahaya dan energi, diturunkannya hujan secara teratur sebagai sumber
kehidupan manusia, binatang ternak dan tumbuh-tumbuhan. Diciptakan-Nya bumi
yang berisi berbagai sumber daya alam. Gunung-gunung sebagai pasak dan
sungai-sungai sebagai tempat mengalirnya air yang sangat dibutuhkan makhluknya.
Segala kebutuhan fisik, manusia,
khususnya sandang pangan dan papan sudah tersedia, tinggal mengolahnya, dan
seisi bumi ini dijadikan oleh Allah tunduk untuk diberdayakan oleh manusia,
karena Allah menganugrahkan akal kepada manusia untuk bisa mengelolanya. Lalu
manusia itu dianugrahkan hati yang bisa digunakan untuk berhubungan dengan-Nya
melalui ibadah yang didasari kepada keimanan yang lurus dan benar.
Sebagai Hamba dari Al-Baari’ harus
mampu meninggalkan nafsu syahwatnya yang tidak sejalan perintah Allah, menjauhi
segala syubhat yang menyimpang dari ajaran-Nya, dan menjauhi setiap bentuk
maksiat yang dapat menjauhkan dari kecintaan dan keridhaan Allah SWT.











