Selasa, 13 Oktober 2015

PERMATA INDAH ASMAA-UL HUSNAA (4) AL-MALIK DAN MAALIKUL MULK

PERMATA INDAH ASMAA-UL HUSNAA ( Bagian 4 / empat )
AL-MALIK ( YANG MAHA RAJA) DAN
MAALIKUL MULK (YANG MENGUASAI SEGALA KERAJAAN)
الـسـلا م عـلـيـكـم ورحـمـة الله وبركا تـه
Katakanlah: "Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. Engkau masukkan malam ke dalam siang dan Engkau masukkan siang ke dalam malam. Engkau keluarkan yang hidup dari yang mati, dan Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup. Dan Engkau beri rezki siapa yang Engkau kehendaki tanpa hisab (batas)." (Q.S. 3; Ali Imran ayat 26-27)
Makna Al-Malik adalah Maha raja yang Memiliki segala-galanya, yang memerintahkan dan yang melarang, yang memberi dan menahan, yang bisa memberikan kemudharatan dan yang memberikan manfaat, yang memeberikan pahala (kepada hamba-hambanya yang bertakwa), dan yang memberikan adzab atau ancaman (kepada mereka yang ingkar), Dia yang memulai dan meniadakan, Menghidupkan dan mematikan, semua kebaikan berada dalam genggaman-Nya. Al-Malik adalah Yang Memiliki segala-galanya. Bukan sekedar memiliki seperti seorang manusia memiliki sebuah hand pon yang dimilikinya dengan cara membelinya. Tetapi Allah, Al Malik memiliki dengan pengertian milik 100% bukan karena dibeli atau mendapatkan hadiah, tetapi diciptakan-Nya, dikehendalikan-Nya, diatur-Nyra segala yang ada pada alama semesta ini.
Maalikul mulk adalah Zat yang merajai segala Raja dan Orang yang berkuasa di bumi ini. Dia yang menguasai segala kekuasaan yang ada dibumi ini bahkan diseluruh alam semesta, Pemilik Kedaulatan Yang Kekal, semua jabatan, kekuasaan, kewenangan, kedudukan dan kemuliaan ada dibawah kekuasaan-Nya. Tidak ada yang lebih berkuasa daripada-Nya. segala perkara yang berlaku di alam semesta, langit, bumi dan sekitarnya semuanya sesuai dengan kehendak dan dan kekuasaan-Nya. Milik-Nya seluruh alam, yang di atas (langit) dan yang dibawah (bumi), semua adalah hamba dan sangat berhajat kepada-Nya. Semua raja yang ada di dunia harus redha dalam menerima seluruh kebijakan-Nya, sebagai modal utama dalam menjalankan amanah raja yang dipikulnya untuk menjaga wibawa kepemimpinannya, dan memudahkan dalam menjalani karirnya, serta berakhir dengan kemuliaan. Sejarah telah membuktikan bahwa kebanyakan raja raja dunia berakhir dengan kegagalan karena tidak sudi menjalankan kerajaannya sesuai dengan aturan Allah yang maha Raja diraja, Maha Raja yang sebenarnya (Maalikul haq) seperti yang disinyalir oleh Surat 20; Thaha ayat 114 Yang artinya:”Maha Tinggi Allah, Raja yang sebenarnya”dan surat 23; al-Mukminuun ayat 116 yang artinya:”Maka Maha Tinggi Allah, Raja Yang Sebenarnya; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Tuhan (Yang mempunyai) `Arsy yang mulia.”
Dialah Raja seluruh manusia (Maalikin naas) yang mampu melindungi manusia dari bisikan syetan khannas, yang selalu membisikkan kejahatan kedalam hati manusia (Q.S.114; An-Naas ayat 2-5)
Dialah Raja satu-satunya yang menguasai hari pembalasan (Maaliki yaumiddiin), nanti di Padang Mahsyar Dialah Allah penguasa Tunggal, tidak ada yang berkuasa selain Dia, dihari itu Dia akan memberi kemuliaan dan penghormatan kepada siapa yang dikehendaki, Dan Dia pula yang menghinakan siapa yang Dia kehendaki.
Rasulullah SAW bersabda:”Allah yang Maha Mulia lagi Agung menggenggam bumi pada hari kiamat dan melipat semua langit dengan tangan kana-Nya, kemudian berseru”Aku adalah al-Malik (Raja), maka di manakah mereka yang mengaku Raja?” (H.R. Bukhari)
Jika didunia ini kita banyak menjumpai orang yang berkuasa, memiliki kewenangan dan jabatan yang tinggi, memiliki kewenangan dan kekusaan mengatur segala sesuatu, maka Allah lebih kuat dan lebih berkuasa dari semua itu. Sebagai yang paling berkuasa diseluruh jagat semesta raya, maka Dialah yang kuasa pula mencabut dan memberi kekuasaan pada siapa yang dikehendakiNya. Tak seorangpun yang bisa menjadi raja ditengah-tengah manusia kecuali kecuali sesuai dengan ketentuan-Nya.
kita haruslah menyadari bahwa kekuasaan dan kedudukan duniawi hanyalah sebuah permainan, Ia bersifat sementara. Kekuasaan hakiki semata milik Allah. Jika manusia tergila-gila dengan kedudukan dan jabatan, apalagi untuk mencapainya dengan cara yang tidak terpuji, maka orang semacam ini benar-benar tertipu.
Manusia memang dibekali Allah sifat fitrah ‘malik’ ini, yaitu cenderung menguasai. Sifat fitrah tersebut berupa keinginan yang senantiasa baik dan terpuji. Sebuah keinginan yang dapat menguntungkan diri sendiri tanpa merugikan orang lain. Agar sifat malik (raja/menguasai) itu tetap sejalan dengan fitrah dan bermanfaat bagi kita, maka al-Malik haruslah diwujudkan dalam amalan; sikap dan perilaku. Dalam keseharian, jika kita mampu menguasai diri (menjadi raja untuk diri sendiri), insya Allah akan selamat.
Seorang penguasa jika tidak dapat menguasai dirinya, justru kekuasaannya akan jatuh. Seorang pimpinan jika tidak dapat menguasai diri dalam menyikapi permasalahan terhadap anak buahnya, maka kebijaksanaannya tidak akan dapat diwujudkan karena tidak mendapat dukungan.
Semoga kita menjadi orang yang dapat menguasai diri, dengan menjadikan hati sebagai rajanya, selera,amarah dan kasih sayang sebagai tentaranya, serta panca indra dan anggota tubuh sebagai rakyatnya maka selamatlah kita dalam menjalani hidup ini. Maka buanglah rasa malas. sebab kebiasaan itu tidak akan mendukung keberhasilan hidup. Ia justru mempercepat kita menuju jurang kemiskinan. Hendaknya kita bekerja keras dengan disertai sifat sabar, tawakal dan berharap hanya kepada Allah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar