Minggu, 20 Agustus 2017

PERMATA INDAH ASMAAUL HUSNAA (100) ASH-SHABUUR (YANG MAHA SABAR)

ASH-SHABUUR 

(YANG MAHA SABAR)


Dengan sifat ash-Shabuur Allah tetap akan mengampuni hambanya, tanpa memperdulikan  berapapun banyaknya dosa yang telah dilakukan oleh hamba-Nya, bahkan dengan pertaubatan yang dilakukan oleh seorang hamba yang telah melakukan banyak dosa, Allah malah akan mencurahkan kasih dan sayang-Nya kepada Hamba tersebut.

Sifat ash-Shabuur yang disandang Allah tidak sama dengan yang disandang para hamba dan makhluk-Nya. Kesabaran Allah tidak dipengaruhi oleh sikap dan perilaku hamba-hamba-Nya. Meskipun mereka ingkar dan mendustakan ayat-ayat-Nya, Allah tetap memberi karunia-Nya, berupa penyediaan segala jenis kebutuhan yang diperlukan para hamba-Nya, mulai dari sandang, pangan, dan papan. Allah juga tetap mengatur matahari agar tetap terbit dan memberi kehidupan di muka bumi. Allah juga tetap menciptakan siang dan malam agar kehidupan umat manusia tetap berjalan secara serasi dan seimbang. Kesabaran yang dimiliki Allah bersifat kekal dan abadi. Kata ash-Shabuur yang disandarkan pada Allah tidak ada dalam al-Quran. Yang ada adalah bahwa Allah mencintai atau bersama orang-orang yang memiliki sifat sabar, seperti dalam Q.S. 2; al-Baqarah ayat 153 yang artinya:”Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) shalat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.

Pada suatu ketika langit berbicara kepada Allah, “Ya Allah mengapa tak Kau biarkan aku menurunkan hujan dan petir yang dahsyat agar manusia binasa karena mereka telah ingkar kepada-Mu”. Sementara itu bumipun berkata,”Ya Allah biarkan aku keluarkan gempa yang dahsyat agar semua manusia tenggelam bersama kesombongn dan kekufurannya”. Lalu apa jawaban Allah sebagai ash-Shabuur, yang mha Penyabar,”Biarlah, walaupun mereka tidak menyembah-Ku, mereka lupa pada-Ku, mereka tidak bersyukur atas nikmat yang Aku berikan, Aku tetap membiarkan mereka hidup, Aku tetap beri mereka rezeki, agar mereka tahu tidak ada yang lebih shabar daripada Aku”.
Allah dengan  segala  kekuasaan dan keperkasan-Nya menciptakan, mengatur dan mengendalikan makhluk-Nya, menjaga dan mengawasinya tanpa rasa kantuk dan tidak pula lelah, dan tidak terpengaruh keputusan-Nya kepada sikap penghuni langit dan bumi. Dari Abu Dzar Alghifary Semoga Allah meredhainya, Dari Nabi SAW, Beliau menyampaikan pesan dari Tuhan Penciptanya Yang berbunyi:”
Wahai hamba-Ku! Sesungguhnya Aku mengharamkan kezaliman atas diri-Ku, dan Akupun menetapkannya haram bagi kalian, maka janganlah kalian berbuat Zalim.
Wahai hamba-Ku! Semuanya kamu adalah tersesat kecuali yang Aku beri petunjuk, maka mintalah petunjuk kepada-Ku, niscaya Aku akan mewnunjukimu.
Wahai hamba-Ku! Semuanya kamu adalah kelaparan kecuali yang Aku beri makanan, maka mintalah makanan kepada-Ku, niscaya Aku akan member kamu makanan.
Wahai hamba-Ku! Semuanya kamu adalah telanjang kecuali yang Aku beri pakaian kepadanya, maka mintalah pakaian kepada_ku, niscaya Aku beri kamu pakaian..
Wahai hamba-Ku! Semua kamu melakukan kesalahan pada malam dan siang hari, dan Aku adalah Tuhan yang mengampuni semua dosa, maka minta ampunlah kamu kepada-Ku, niscaya Aku akan mengampuni-Mu.
Wahai hamba-Ku! Sesungguhnya tidak ada kemudharatan yang bisa kamu lakukan terhadap Aku, dan tidak ada kemanfaatan yang bisa kamu berikan kepadaku.
Wahai hamba-Ku! Kalaulah seandainya semua kamu sejak orang pertama kamu sampai orang terakhir dari kamu, baik dari kalangan manusia dan jin, semuanya menjadi orang yang paling taqwa jiwanya, niscaya semua itu tidak akan menambah kebesaran kerajaan-Ku sedikitpun juga.
Wahai hamba-Ku! Kalaulah seandainya semua kamu sejak orang pertama kamu sampai orang terakhir dari kamu, baik dari kalangan manusia dan jin, semuanya menjadi orang yang paling durhaka jiwanya, niscaya semua itu tidak akan mengurangi kebesaran kerajaan-Ku sedikitpun juga.
Wahai hamba-Ku! Kalaulah seandainya semua kamu sejak orang pertama kamu sampai orang terakhir dari kamu, semuanya berada di sebuah bukit, lalu semuanya meminta apapun yang dia mau kepada-Ku, dan semua permintaan itu Aku penuhi. Niscaya semua yang Aku berikan itu tidak mengurangi kekayaan yang Aku miliki melainkan melainkan hanya seumpama sebuah jarum yang dicelupkan ke twengah lautan.
Wahai hamba-Ku! Sesungguhnya semua perbuatan kalian akan diperhitungkan, kemudian akan dibalas dengan yang setimpal. Maka barangsiapa yang mendapatkan banyak kebaikan, hendaklah dia bersyukur. Dan barang siapa yang tidak mendapat kebaikan, maka janganlah dia mencela kecuali dirinya sendiri. (Hadis Riwayat Muslim)

Orang-orang yang sabar selalu bersama Allah, lebih dari manusia lainnya yang tidak memiliki kesabaran. Artinya kesabaran itu secara spiritual mendapatkan keuntungan, lebih dekat kepada Allah dan akan dibantu segala kesulitan yang dihadapi. ”Dan berapa banyaknya Nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut (nya) yang bertakwa. mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Allah menyukai orang-orang yang sabar.” (QS;3 Ali Imran ayat 146).
Sikap sabar adalah sikap hidup yang penuh dengan perhitungan sehingga tindakannya adalah tindakan matang setelah dianalisa, bukan tindakan membabi buta. Dan bukan pula karena rasa takut, jelas sekali perbedaan antara berani dengan nekat dan antara sabar dan pengecut.
Ash-Shabuur adalah Allah yang tidak tergesa-gesa dalam bertindak sebelum waktunya, melainkan memutuskan segala persoalan menurut rencana yang pasti dan mewujudkannya dengan cara-cara yang luar biasa, dan tidak menunda-nundanya seperti seorang pemalas, tidak memajukan pekerjaannya seperti orang yang tergesa-gesa tetapi menempatkan setiap sesuatu pada waktunya yang tepat, pada saat diperlukannya dan sesuai dengan kebutuhannya. Semua itu tanpa adanya kuasa yang bertentangandengan kehendak-Nya.

Allah SWT banyak memerintahkan kesabaran kepada manusia, sebagaimana ayat-ayat yang banyak terkandung didalam Kitab Suci Al-Qur'an;“Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (diperbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu beruntung” (QS. 3 Ali Imran ayat 200).


Seorang mukmin dituntut untuk menerapkan sabar ini dalam seluruh asfek kehidupannya, secara prinsip kesabaran itu diletakkan pada empat hal; saat menerima musibah, saat berhadapan dengan maksiat, dalam menjalankan ketaatan kepada Allah, dan dalam menjalankan da’wah Islam. Maka orang yang bersabar akan senantiasa teguh dan selalu menambah kekuatan jasmani dan rohaninya untuk menghadapi cobaan hidup, menjauhi maksiat, meningkatkan amal ketaatan, menambah tekun amal ibadah dan amal shalih mereka, serta pantang mundur dalam memperjuangkan kejayaan Islam.

PERMATA INDAH ASMAAUL HUSNAA (99) AR-RASYIID (YANG MAHA MEMBIMBING / MAHA CERMAT PERBUATAN-NYA)

AR-RASYIID 

(YANG MAHA MEMBIMBING / MAHA CERMAT 
PERBUATAN-NYA)


Dalam al-Qur’an, kata rasyiid ditemukan sebanyak tiga kali, semuanya ada di surah Hud dan berkaitan dengan manusia. Yang pertama ada pada Q.S. Hud (11): 78 yang berkaitan dengan pertanyaan nabi Luth as pada kaumnya soal laki-laki yang cerdas atau berpikir sehat agar mencintai lawan jenisnya, bukan pada sesama laki-laki. Yang kedua ada pada Q.S. Hud (11): 87 yang berisi sanjungan mengejek (satire) pada nabi Syuaib as sebagai ar-rasyiid. Yang ketiga ada pada Q.S. Hud (11): 97 yang menyindir perintah raja Fir’aun sebagai tidak rasyid, tidak memiliki kecermatan dan kecerdasan. Kata atau sifat ar-Rasyiid juga berarti bahwa segala urusan ditangani dan dikelola secara tepat dan sempurna tanpa bantuan dari apapun dan siapa pun. Pengelolaan itu bersifat sempurna dan hanya dimiliki oleh Allah swt.

Ar-Rasyiid, Yang Maha Pembimbing. Diberi-Nya makhluk perlengkapan hidup berupa akal fikiran untuk menggali potensi yang ada pada diri sendiri, potensi yang ada pada alam sebagai sarana bagi kehidupannya, Allah membimbing hamba-Nya ke jalan yang benar melalui hidayah-Nya, yang merupakan karunia besar dari Allah. Allah berfirman dalam surat 49; al-Hujuraat ayat 7-8 yang artinya:”Dan ketahuilah olehmu bahwa di kalangan kamu ada Rasulullah. Kalau ia menuruti (kemauan) kamu dalam beberapa urusan benar-benarlah kamu akan mendapat kesusahan tetapi Allah menjadikan kamu cinta kepada keimanan dan menjadikan iman itu indah dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan dan kedurhakaan. Mereka itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus, sebagai karunia dan ni`mat dari Allah. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.”

Allah Ar Rasyiid, Yang Maha Pembimbing, begitu indahnya bimbingan yang diberikan untuk mendidik dan mengarahkan manusia khususnya ke jalan yang benar, bimbingan itu memunculkan nabi dan rasul membawa ilmu yang dipelajari oleh ummatnya, dengan ilmu itulah bimbingan Allah akan berlanjut hingga mencapai fase memahami dan mengamalkan.

Allah membimbing hamba-Nya dengan menurunkan perintah-perintah yang harus dilaksanakan dan larangan-larangan yang harus dijauhi lalu memberikan ujian-ujian kehidupan untuk menguatkan keimanan; "Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami Telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi?" (QS. 29; Al Ankabut ayat 2). Lalu Allah menunjukkan contoh dalam surat 2; al-Baqarah ayat 124 yang artinya:”Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya. Allah berfirman: "Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia". Ibrahim berkata: "(Dan saya mohon juga) dari keturunanku". Allah berfirman: "Janji-Ku (ini) tidak mengenai orang-orang yang zalim".

Allah adalah ar-Rasyiid, yang membimbing manusia dalam menempuh jalan yang lurus bedasarkan iman. Iman adalah keyakinan kepada Allah yang akan memnjadi pemandu untuk hidup sehat, rezeki lancar serta kehidupan yang sejahtera dan bahagia. Nabi Ibrahim di dalam do’anya untuk kesejahteraan anak cucunya diceritakan oleh Allah dalam surat 2; al-Baqarah ayat 126 yang artinya:” Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berdo`a: Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini negeri yang aman sentosa, dan berikanlah rezki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman di antara mereka kepada Allah dan hari kemudian. Allah berfirman: "Dan kepada orang yang kafirpun Aku beri kesenangan sementara, kemudian Aku paksa ia menjalani siksa neraka dan itulah seburuk-buruk tempat kembali".

Allah juga membimbing hamba-Nya melalui pelajaran sejarah masa lalu, bagaimana Allah menyelamatkan orang orang yang beriman dan menyiksa orang orang yang ingkar, seperti negeri Saba’ yang subur makmur, tetapi dihancurkan oleh Allah karena mereka berpaling dari kebenaran dan tidak mau bersyukur kepada Allah;’diawali dari keingkaran ummatnya;”Maka Kami datangkan kepada mereka banjir yang besar yang menghancurkan segalanya dan Kami ganti kebun-kebun mereka itu dengan kebun-kebun yang ditumbuhi pohon-pohon berbuah pahit dan semacam pohon cemara dan sedikit pohon bidara. Demikianlah Kami memberi Balasan kepada mereka karena kekafiran mereka. dan Kami tidak menjatuhkan azab (yang demikian itu), melainkan hanya kepada orang-orang yang sangat kafir.”(QS. 34; Saba’ ayat16-17).

Bahkan Allah sudah menurunkan berbagai bentuk siksaan kepada orang orang yang tidak mengakui-Nya sebagai ar-Rasyiid, yaitu orang orang yang mendustakan Rasul dan ayat-ayat-Nya, dan berpaling dari kebenaran, maka Allahpun telah menyiksa mereka, seperti yang difirmankan oleh llah dalam surat 29; al-Ankabuut ayat 40 yang artinya: "Maka masing-masing (mereka itu) kami siksa disebabkan dosanya, Maka di antara mereka ada yang kami timpakan kepadanya hujan batu kerikil dan di antara mereka ada yang ditimpa suara keras yang mengguntur, dan di antara mereka ada yang kami benamkan ke dalam bumi, dan di antara mereka ada yang kami tenggelamkan, dan Allah sekali-kali tidak hendak menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri". 

Allah adalah ar-Rasyiid, Maha Cerdas, Maha Membimbingkepada kebenaran, Maha guru yang mencerdaskan dan mengajari manusia apa apa yang belum diketahui sebelumnya;” Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah,Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam.  Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.”

PERMATA INDAH ASMAAUL HUSNAA (98) AL-WAARITS (YANG MAHA MEWARISI)

AL-WAARITS 

(YANG MAHA MEWARISI)


Al-Waarits memiliki arti bahwa Allah lah satu-satunya yang berhak memiliki segala bentuk warisan, termasuk segala hak milik yang ada pada hamba-hamba-Nya. Segala jenis kekayaan, jabatan, kebahagiaan, kesenangan, dan lainnya, yang telah binasa di tangan para pemiliknya, akan tetap diwarisi oleh Allah. Hal ini karena pada hakikatnya, Allah lah yang menciptakan dan memiliki segala warisan yang dimiliki oleh hamba-hamba-Nya dan segala makhluk-Nya yang ada di langit dan di bumi. Dalam Q.S. Maryam (190): 40 disebutkan bahwa Kami lah (Allah) yang mewarisi bumi dan segala isinya, dan bahwa mereka semua akan dikebalikan pada-Nya.

Allah adalah al-Waarits yang menerima kepemilikan dan mewarisi setelah kematian makhluk. Dialah yang mewarisi segala sesuatu sesudah penghuninya musnah. Atau, dialah yang kembali kepada-Nya semua milik dan kerajaan ketika sudah tidak ada lagi kepemilikan bagi siapapun. Sifat Al-Waarits termaktub dalam ayat Al Qur’an:“Dan Sesungguhnya benar-benar Kami-lah yang menghidupkan dan mematikan dan Kami (pulalah) yang mewarisi.” (QS. 15; al-Hijr ayat 23). Allahlah pemilik langit dan bumi dan apa yang ada di dalamnya. Allahlah yang menciptakan Adam sebagai khalifah di bumi, karena Dia hendak menguji siapa diantara anak adam yang paling baik amalanya pada saat mengemban misi sebagai hamba dan kholifatullah fil ardi. Mereka dari generasi ke generasi saling mewarisi apabila dari golongan mereka berakhir, tapi apa yang diwarisi tersebut hanyalah kepemilikan sementara. Semua pinjaman dari Allah kepada makhluk-makhluk-Nya tersebut harus dikembalikan secara utuh kepada-Nya, dan yang tersisa hanyalah Allah sebagai Al-Warits. Firman Allah:“dan kepunyaan Allah-lah segala warisan (yang ada) di langit dan di bumi. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. 3; Ali Imron ayat 180)
 
Allah adalah Pewaris yang sebenarnya, mewariskan sesuatu yang sangat penting bagi kehidupan manusia, warisan itu adalah islam yang tertuang dalam Al Qur’an sebagai pedoman dalam hidup, siapa saja yang mengikutinya pasti akan selamat di dunia hingga akherat, tapi dengan adanya warisan itu muncullah tiga kelompok manusia;”Kemudian kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang Menganiaya diri mereka sendiri dan di antara mereka ada yang pertengahan dan diantara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan[1260] dengan izin Allah. yang demikian itu adalah karunia yang Amat besar.”(QS. 35; Fathir ayat 32)

Para nabi dan rasul yang menerima warisan dari Allah, mereka akan menjaga dan memperjuangkan warisan itu hingga keanak-cucu dan keturunan berikutnya, sebab siapa saja yang tidak mau menerima warisan mulia dari Allah maka celakalah hidupnya. Inilah yang dialami oleh nabi Zakaria, dia khawatir tidak mendapatkan keturunan yang akan melanjutkan warisan kenabian dan warisan risalah sebagai kelanjutan dari kenabian. A;;ah berfirman yang artionya:”Dan Sesungguhnya aku khawatir terhadap mawaliku sepeninggalku, sedang isteriku adalah seorang yang mandul, Maka anugerahilah aku dari sisi Engkau seorang putera,yang akan mewarisi aku dan mewarisi sebahagian keluarga Ya'qub; dan Jadikanlah ia, Ya Tuhanku, seorang yang diridhai". (QS. 19; Maryam ayat 5-6).

Ayat ini mengisahkan Nabi Zakaria yang resah karena umur telah tua, tulangnya telah lemah dan rambutnya telah beruban tapi belum diberi anak sementara isterinya mandul. Menurut Al Baidhawi, kala itu Zakaria telah berumur 60 tahun, bahkan ada yang mengatakan 99 tahun, ia khawatir tidak mempunyai anak, nantinya siapa yang akan jadi warisnya, warisan yang ditinggalkan adalah syariat agama dan ilmu.

Dunia yang diciptakan Allah beserta isinya ini dihuni oleh makhluk, dari berbagai jenisnya, sejak dari tumbuh-tumbuhan, hewan dan manusia, sebenarnya yang layak untuk mewarisi dunia ini hanya manusia, itupun bukan sembarang manusia tapi manusia yang termasuk hamba Allah, hamba Allah yang shalehlah yang layak mempusakai dunia ini;“Dan sungguh Telah kami tulis didalam Zabur sesudah (Kami tulis dalam) Lauh Mahfuzh, bahwasanya bumi Ini diwarisi hamba-hambaKu yang saleh” (QS. 21; Al Anbiya’ ayat 105).

Keputusan ditetapkan oleh Allah karena orang yang shalehlah yang mampu menjaga warisan yang diberikan Allah.Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh- sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa,.(QS, 24; An Nur ayat 55).

Orang-orang jahiliyyah, yang tidak menerima nilai-nilai tauhid merekapun tidak henti-hentinya untuk memelihara dan mempertahankan serta mewariskan segala warisan yang sudah mereka terima sejak dahulu, padahal warisan itu jauh dari kebenaran dan sesat secara ilmiah. Bila disodorkan kepada mereka risalah da’wah islamiyyah yang menjadi warisan Allah, mereka menolak dengan berbagai dalih yang tidak masuk akal, sebab akal mereka sudah dibelenggu oleh warisan nenek moyang. Allah berfirman dalam surat 2; al-Baqarah ayat 170 yang artinya:”Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah," mereka menjawab: "(Tidak), tetapi Kami hanya mengikuti apa yang telah Kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami". "(Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk.”

Kalau kita tidak mampu meninggalkan materi kepada anak kita karena kita juga miskin,maka sekurang-kurangnya kita harus mewariskan keyakinan Islam kepada mereka, agar mereka tidak kehuilangan pegangan hidup, sehingga mereka bisa selamat di dunia dan di akhirat. Hal inilah yang dicontohkan oleh nabi Ibrahim dan Ishak yang mewasiatkan agar tetap menyembah Allah sepeninggal mereka, sebagaimana tertera dalam firman Allah dalam surat 2; al-Baqarah ayat 132-133 yang artinya:”Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya`qub. (Ibrahim berkata): "Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam". Adakah kamu hadir ketika Ya`qub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya: "Apa yang kamu sembah sepeninggalku?" Mereka menjawab: "Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishaq, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya."

Dan Allah juga berjanji kepada orang-orang yang beriman bahwa mereka adalah pewaris surga  Firdaus, yang tidak sembarang orang bisa memasukinya, apabila mereka memenuhi syarat-syarat yang telah ditetapkan oleh Allah dalam surat 23; al-Mukminun ayat 1-11 yang artinya:”
1. Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman,
2. (yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam sembahyangnya,
3. dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna,
4. dan orang-orang yang menunaikan zakat,
5. dan orang-orang yang menjaga kemaluannya,
6. kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki[994]; Maka Sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada terceIa.
7. Barangsiapa mencari yang di balik itu[995] Maka mereka Itulah orang-orang yang melampaui batas.
8. dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya.
9. dan orang-orang yang memelihara sembahyangnya.
10. mereka Itulah orang-orang yang akan mewarisi,

11. (yakni) yang akan mewarisi syurga Firdaus. mereka kekal di dalamnya.”

PERMATA INDAH ASMAAUL HUSNAA (96) AL-BADII’ (YANG MAHA PENCIPTA PERTAMA)


AL-BADII’ 

(YANG MAHA PENCIPTA PERTAMA)


Semua yang ada di langit dan di bumi adalah hasil Maha Karya dari Sang Pencipta yaitu Allah, ada yang bentuknya mengagumkan mata memandang, ada yang menyebabkan telinga terlena menikmati kesyahduannya, ada yang membuat hidung  kerkesima oleh berbagai aroma, ada yang membuat lidah terbuai oleh aneka cita rasa, dan ada yang keindahannya menyejukkan  hati, membuat perasaan terpana dan terpesona. Penciptaan yang menunjukkan kebesaran Allah yang tidak ada tandingan-Nya, sungguh tidak sia-sia yang Engkau ciptakan ini ya Allah.“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka.”(QS. 3; Ali Imran yt 190-191).
Al –Badii’ berarti Allah adalah Pencipta segala sesuatu yang baru tanpa ada contoh sebelumnya. Maksudnya adalah bahwa sebelumnya tidak pernah ada suatu penciptaan yang mendahului penciptaan-Nya. Dalam Q.S. 2; al-Baqarah ayat 117 disebutkan bahwa Allah adalah Pencipta langit dan bumi yang menunjukkan bahwa tidak ada sesuatu atau siapa pun yang mampu mendahului penciptaan-Nya. Hanya Allah lah satu-satunya dan yang pertama menciptakan langit dan bumi. Sebagian ahli tafsir berpendapat bahwa al-Badii’ adalah Pencipta lebih lanjut dari al-Khaaliq. Dengan demikian, jika al-Khaaliq berarti penciptaan Allah dalam bentuk awal, maka al-Badii’ merupakan penciptaan-Nya lebih lanjut dengan berbagai perhiasan dan pernik-pernik yang bisa memanjakan dan membuat para hamba-Nya merasa senang, gembira, dan bahagia.

Dengan rincian yang jelas Allah menerangkan tentang penciptaan-Nya terhadap manusia yang tidak bias ditiru oleh siapapun, sejak dari tidak ada, ketika dalam kandungan melalui beberpa tahapan proses, sejak dari setets air menjadi segumpal darah, lalu menjadi segumal daging, lalu menjadi tulang belulang dan tulang belulang itu dibalut oleh daging, kemudian Allah menyempurnakan bentuknya dalam keadaan yang sangat seimbang, lalu dilahirkan ke dunia hingga diwafatkan oleh Allah lalu kelak dibangkitkan kembali, Allah berfirman dalam surat 23; al-Mukminuun ayat 12-16 yang artinya:”Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik. Kemudian, sesudah itu, sesungguhnya kamu sekalian benar-benar akan mati. Kemudian, sesungguhnya kamu sekalian akan dibangkitkan (dari kuburmu) di hari kiamat.”

Allah menciptakan manusia hidup di dunia dengan bahasa dan warna kulit yang berbeda, saling jatuh cinta dalam keluarga bahagia, kehidupan yang dilalui demikian sudah berlansung bermilyar-milyar tahun lamanya dengan terjadinya pergantian siang dan malam yang sangat teratur sehingga manusia bisa berusaha di siang hari dan beristirahat pada malam hari. Begitu juga Allah menurunkan hujan untuk menghidupkan bumi. Semuanya Allah ciptakan sebagai tanda-tanda kekuasaannya. Maka Allah berfirman dalam surat 30; Ar Ruum ayat 20-25 yang artinya:”Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan kamu dari tanah, kemudian tiba-tiba kamu (menjadi) manusia yang berkembang biak.
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikan itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui.
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah tidurmu di waktu malam dan siang hari dan usahamu mencari sebagian dari karuniaNya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mendengarkan.
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya, Dia memperlihatkan kepadamu kilat untuk (menimbulkan) ketakutan dan harapan, dan Dia menurunkan hujan dari langit, lalu menghidupkan bumi dengan air itu sesudah matinya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mempergunakan akalnya.
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah berdirinya langit dan bumi dengan iradat-Nya. kemudian apabila Dia memanggil kamu sekali panggil dari bumi, seketika itu (juga) kamu keluar (dari kubur).”            
Allah adalah al-Badii’ Sebagai Pencipta yang paling hebat, terbukti bumi yang ditumbuhi oleh berbagai tanam-tanaman walaupun hidup berdampingan dengan tanah dan pupuk yang sama, dengan aliran air yang satu  tapi memiliki rasa yang berbeda ada yang manis, ada yang asam ada yang pahit dan ada yang hambar dan lain-lain, rasa yang ada pada satu pohon  tidak bisa merambat pada pohon lainnya, begitu juga aneka ragam bentuk dan warna yang sangat harmonis.;“Dan di bumi ini terdapat bagian-bagian yang berdampingan, dan kebun-kebun anggur, tanaman-tanaman dan pohon korma yang bercabang dan yang tidak bercabang, disirami dengan air yang sama. Kami melebihkan sebahagian tanam-tanaman itu atas sebahagian yang lain tentang rasanya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berfikir.”(QS. 13; Ar Ra’d ayat 4).

Hewan juga diciptakan oleh Allah juga bermacam macam jenis dan kegunaannya, tidak terhitung  jumlahnya. Semua itu pada umumnya diciptakan demi kepentingan manusia, asal saja manusia mau belajar dari alam ciptaannya ini, ada mata yang bias digunakan untuk melihat ayat-ayat Allah melalui segala ciptaan-Nya, kita diberi telinga untuk mendengarkan lansung segala kejadian; rintik hujan dan gemuruh guntur, kokok ayam dan desiran angin. Allah juga memberikan hati kepada manusia untuk memahami ayat-ayat-Nya, dan memberikan akal untuk berpikir; “Maka Apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar?karena Sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada.”(QS. 22; Al Hajj ayat 46).

Al-Badii’ adalah Tuhan yang maha pencipta yang tiada bandingannya, pencipta pertama dan tidak ada yang bisa meniru ciptaan-Nya, Ciptaan-Nya begitu indah dan sempurna, Allah  menciptakan segala sesuatu dari yang tidak ada menjadi ada dan menciptakan sesuatu yang belum pernah ada sebelumnya, dengan cara yang sangat mudah Dia bisa menciptakan apa saja;”Allah pencipta langit dan bumi, dan bila dia berkehendak (untuk menciptakan) sesuatu, maka(cukuplah) Dia hanya mengatakan kepadanya:” Jadilah!” lalu jadilah ia. (QS. 2; Al-Baqarah ayat 117)

PERMATA INDAH ASMAAUL HUSNAA (95) AL-HAADIY (YANG MAHA MEMBERI PETUNJUK)

AL-HAADIY 

(YANG MAHA MEMBERI PETUNJUK)



Allah adalah Sumber pemberi petujuk pada umat manusia. Petunjuk Allah ditujukan pada kaum beriman agar mereka mampu menempuh jalan yang benar dalam kehidupan mereka. Dalam Q.S. al-Fruqan (25): 31 yang menjelaskan bahwa musuh nabi dan rasul Allah adalah kaum pendosa dan penganiaya, dan Allah adalah satu-satunya sebagai Pemberi petunjuk (al-Hadi) dan Penolong (Nashir). Al-Hadi juga berarti bahwa Allah adalah Pemberi petunjuk pada jalan yang lurus (berupa agama-Nya) bagi kaum beriman, seperti disebutkan dalam Q.S. 22; al-Hajj ayat 54 yang artinya:”Dan agar orang-orang yang telah diberi ilmu, meyakini bahwasanya Al Qur'an itulah yang hak dari Tuhanmu lalu mereka beriman dan tunduk hati mereka kepadanya, dan sesungguhnya Allah adalah Pemberi petunjuk bagi orang-orang yang beriman kepada jalan yang lurus.”
Kata al-Haadiy  juga berkaitan dengan kekuasaan Allah dalam memberi kesesatan pada seseorang secara mutlak tanpa ada satu orang pun yang mampu memberi petunjuk, seperti disebutkan dalam Q.S. 7;al-A’raf ayat 186 Yang artinya:”Barangsiapa yang Allah sesatkan, maka baginya tak ada orang yang akan memberi petunjuk. Dan Allah membiarkan mereka terombang-ambing dalam kesesatan.”

Hidayah adalah perkara yang paling penting dan kebutuhan yang paling besar dalam kehidupan manusia, karena hidayah adalah sebab utama keselamatan dan kebaikan hidup manusia di dunia dan akhirat. Sehingga barangsiapa yang dimudahkan oleh Allah Ta’ala untuk meraihnya, maka sungguh dia telah meraih keberuntungan yang besar dan tidak akan ada seorangpun yang mampu mencelakakannya. Seorang hamba sangat membutuhkan hidayah di setiap waktu dan tarikan nafasnya, dalam semua (perbuatan)yang dilakukan maupun yang ditinggalkannya. Itulah sebabnya Allah membimbing manusia agar selalu diberi petunjuk kepada Allah kepada jalan yang lurus yang sekurang-kurangnya 17 kali dalam sehari diminta oleh seorang muslim ketika membaca surat al-Fatihah pada setiap raka’at dhalat.

Hidayah ialah penjelasan dan petunjuk jalan yang akan menyampaikan kepada tujuan sehingga meraih keinginan atau mencapai kebutuhan dan sampai kepada tujuan. Menurut para ahli tafsir hidayah yang diberikan Allah kepada manusia itu ada lima bentuk;

Pertama adalah Hidayah Instink / Naluri (keinginan). Hidayah ini adalah sesuatu yang sejak semula ada pada diri manusia sejak dilahirkan ke dunia tanpa dipelajari, sebagai contoh, anak bayi yang baru dilahirkan akan menangis apabila lapar, haus dan digigit serangga. Nalurinya inginkan makanan, minuman untuk menghilangkan rasa lapar dan hausnya.

Kedua adalah hidayah melalui Panca Indra. Sewaktu kecil, manusia dapat mengenali dan membedakan sesuatu perkara dengan menggunakan panca indera seperti mendengar suara ibu dan ayah atau dapat mengenali sesuatu objek.

Ketiga adalah Hidayah Akal Fikiran. Hidayah dalam bentuk akal fikiran manusia dikurniakan oleh Allah Swt supaya dapat memandu manusia berfikir secara rasional untuk menimbang yang baik dan yang buruk melalui fikirannya. “Yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya. Mereka itulah orang-orang yang telah diberi Allah petunjuk dan mereka itulah orang-orang yang mempunyai akal.” (QS. 39; Az-Zumar ayat 18).”

Keempat adalah Hidayah Agama. Hidayah inilah yang menyelamatkan diri kita daripada kesesatan dengan berpegang teguh kepada ajaran Islam dan beriman kepada Allah Swt. Ia dapat mendorong manusia melakukan kebaikan dan meninggalkan larangan Allah Swt sekaligus dapat membedakan antara perkara-perkara yang baik dengan perkara-perkara yang haram.

Kelima adalah Hidayah Taufik. Hidayah taufiq merupakan tahap hidayah yang tertinggi karunia Allah Swt kepada hambanya yang disayang, hidayah itu harus dijaga karena nilainya tiada tara dan tidak dapat ditukar dengan apa pun. Ia menjaga kehidupan manusia di dunia maupun di akhirat kelak.

Allah tidak memberikan hidayah-Nya kepada orang kafir, fasiq dan  zhalim, karena semua watak itu  menjadi penghalang datangnya hidayah. sebagaimana beberapa firman Allah;
"dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir " (QS. 9; At Taubah ayat 37)
"Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik"(QS.5; Al Maidah ayat108)
"Allah tidak menunjuki orang-orang yang zalim” (QS. 3; Ali Imran ayat 86).

Karena hidayah atau petunjuk keimanan itu hak preogatif Allah saja, maka banyak orang yang dekat dengan Rasul tapi tidak dapat hidayah dari Allah seperti; paman Nabi Muhammad yang bernama Abu Thalib, Ayah Nabi Ibrahim, Qarun, saudara sepupu Nabi Musa, Isteri dan anak Nabi Nuh dan Isteri Nabi Luth.


Ya Haadiy, Yang Maha Pemberi Petunjuk, tunjukilah kami dengan hidayah-Mu agar selalu berada di jalan yang lurus, sehingga hidup kami seperti orang-orang yang telah engkau limpahi ni’mat, tidak seperti orang-orang yang telah Engkay murkai dan tidak pula seperti orang-orang yang telah tersesat dari kebenaran.

PERMATA INDAH ASMAAUL HUSNAA (94) AN-NUUR (YANG MAHA CAHAYA)

AN-NUUR  

(YANG MAHA CAHAYA)



Sifat an-Nuur bisa dilihat dalam Q.S. 24; an-Nuur  ayat  35 yang menjelaskan bahwa Allah adalah Cahaya langit dan bumi. Dengan cahaya-Nya, seluruh makhluk bisa hidup dan berkembang. Dengan cahaya-Nya seluruh alam semesta tunduk dan mengakui eksistensi-Nya dalam penciptaan dan pengaturan. An-Nuur bisa juga berarti petunjuk Allah yang ditujukan pada umat manusia agar mereka tidak tersesat dan jauh dari kebenaran. Dalam Q.S. al-Maidah (5): 15 disebutkan bahwa kata Nur disandingkan dengan kata Kitab Mubin (kitab suci yang memberi penjelasan) yang berarti bahwa kata Nur bisa juga diartikan sebagai wahyu Allah berupa al-Quran dan utusan-Nya yang terakhir, yaitu nabi Muhammad saw. Kata an-Nur bisa juga merujuk pada arti adanya petunjuk Allah pada manusia berupa agama Islam, seperti dalam Q.S. 39; az-Zumar ayat 22 yang artinya:”Maka apakah orang-orang yang dibukakan Allah hatinya untuk (menerima) agama Islam lalu ia mendapat cahaya dari Tuhannya (sama dengan orang yang membatu hatinya)? Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka yang telah membatu hatinya untuk mengingat Allah. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata.

 Allah adalah cahaya, Pemilik cahaya dan Pemberi cahaya, Dia adalah Sumber Cahaya, dengan cahaya-Nya itu dunia ini berada dalam terang benderang, langit dan bumi bersinar hingga ke relung hati manusia, Dia adalah kesempurnaan cahaya dari sekian cahaya yang dipancarkan-Nya; ”Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat(nya), yang minyaknya (saja) Hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu.”(QS. 24 An-Nuur ayat 35)

Allah memberi cahaya kepada segala sesuatu yang ada dilangit dan bumi. Pada dasarnya seluruh alam semesta ini berada dalam kegelapan, kemudian Allah memberikan cahayanya pada tempat tempat tertentu. Perhatikan langit dan angkasa raya yang dipenuhi bintang bintang. Semua itu berada dalam keadaan gelap, kemudian Allah jadikan bintang, matahari dan bulan sebagai sumber cahaya yang menerangi sekelingnya.

Dalam salah satu hadist yang diriwayatkan Al Bazzar dan Abdullah ibnu Amr ia pernah mendengar Rasulullah bersabda:” Sesungguhnya Allah menciptakan mahluknya dalam kegelapan, lalu melemparkan kepadanya suatu cahaya dari cahayaNya. Maka barang siapa yang terkena cahaya itu, ia mendapat petunjuk, dan siapa yangb luput darinya maka sesatlah ia”

Cahaya Allah menyebar kepada makhluk-Nya dengan ujud yang bermacam-macam, sejak dari kilat dan petir di angkasa, yang merupakan listrik di atmosfir, kilauannya menggapai hingga petala bumi sebagai isyarat bagi manusia untuk menerima nikmat yang lebih besar lagi yaitu berupa hujan untuk menghidupkan bumi. Allah berfirman dalam surat 13; ar-Ra’d ayat 12-13 yang artinya: "Dialah yang memperlihatkan kilat kepadamu untuk menimbulkan ketakutan dan harapan; Dia mengadakan awan mendung. Dan guruh itu bertasbih dengan memuji Allah (demikian pula para malaikat) karena takut kepada-Nya, dan Allah melepaskan halilintar, lalu mengenai siapa yang Dia kehendaki. Namun mereka berbantah-bantahan (juga) tentang Allah.Dan DialahTuhan yang Maha Keras {siksanya)."

Cahaya Allah juga berupa petunjuk yang diberikan kepada orang-orang beriman yang mau tunduk dan patuh kepada-Nya, simana Allah berjanji memberikan perlindugan kepada merekadan mengeluarkan mereka dari kegelapan hidup. Allah berfirman dalam surat 2; al-Baqarah ayat 257 yang artinya:”Allah pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya ialah syaitan, yang mengeluarkan mereka dari pada cahaya kepada kegelapan (kekafiran). Mereka itu adalah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya" 

Adapun orang-orang kafir tidak mau menerima cahaya tersebut, bahkan mereka selalu berusasa untuk memadamkan cahaya itu, tetapi usaha mereka itu sia-sia saja karena Allah akan menyempurnakan cahaya itu dengan kekuasaan-Nya yang tidak bisa dilawan oleh siapapun juga. Allah berfirman dalam surat 9; at-Taubah  ayat 32 yang artinya:” Mereka berkehendak memadamkan cahaya agama Allah dengan ucapan mereka dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakannya cahaya-Nya walaupun orang-orang kafir tidak menyukai.”

Cahaya Allah adalah cahaya di atas segala cahaya, yang akan deberikan-Nya kepada siapa yag dikehendaki-Nya. Yang akan membawa kepada kebahagiaan dan kedamaian serta kesejukan dunia. Cahaya yang bisa kita dapatkan melalui Agama Islam, melalui Nabi dan Rasul-Nya, dan melalui kitab suci Al-Qur’am, yang telah terbukti membawa rahmat ke pada seluruh alam dan mengeluarkan ummat manusia dari kehidupan yang gelap gulita menuju cahaya yang terang benderang. Oleh karena itu mari kita membuka mata hati kita untuk disinari cahaya iman, lalu kita iringi dengan ketaatan dalam melaksanakan perintah-Nya. Niscaya kita akan tewrhindar dari mara bahaya, dan akan dilimpahi keberkaha dari-Nya serta akan mendapat perlindungan-Nya dari dunia sampai ke akhirat. 

Siapa yang tidak mengharapkan cahaya Allah maka tidak ada yang dapat memberikan cahaya kepadanya, ”Dan orang-orang kafir amal-amal mereka adalah laksana fatamorgana di tanah yang datar, yang disangka air oleh orang-orang yang dahaga, tetapi bila didatanginya air itu Dia tidak mendapatinya sesuatu apapun. dan didapatinya (ketetapan) Allah disisinya, lalu Allah memberikan kepadanya perhitungan amal-amal dengan cukup dan Allah adalah sangat cepat perhitungan-Nya. Atau seperti gelap gulita di lautan yang dalam, yang diliputi oleh ombak, yang di atasnya ombak (pula), di atasnya (lagi) awan; gelap gulita yang tindih-bertindih, apabila Dia mengeluarkan tangannya, Tiadalah Dia dapat melihatnya, (dan) Barangsiapa yang tiada diberi cahaya (petunjuk) oleh Allah Tiadalah Dia mempunyai cahaya sedikitpun.” (QS. 24; an-Nuur ayat 39-40).

Orang beriman adalah orang yang berada dalam naungan cahaya Allah, wajah dan hatinya diliputi cahaya yang dapat dirasakan oleh orang disekitarnya. Kata katanya menentramkan dan menyejukan hati, perilaku dan ahlaknya menyenangkan orang disekitarnya. Dimanapun ia berada selalu mendatangkan kedamaian dan ketenangan. Orang yang peka dan terang hatinya dapat melihat cahaya yang terpancar dari wajah orang Mukmin ini.
Sebaliknya orang yang tidak beriman pada Allah berada dalam kegelapan. Wajah dan hatinya diliputi kegelapan diatas kegelapan. Kata katanya menyakitkan hati, perilaku dan ahlaknya menimbulkan keresahan bagi orang disekitarnya. Hidupnya penuh kebohongan dan tipuan, kesana kemari mengumbar syahwat dan kesenangan fatamorgana. Orang yang mengikutinya sering terjebak kesenangan semu, yang berakhir dengan kesengsaraan dan derita. 



Ya Nuur, Pemilik Cahaya, masukkanlah  pancaran cahaya-Mu ke dalam hati kami sehingga iman kami semakin teguh  dan  bersih, pancarkan cahaya-Mu ke telinga kami sehingga kami mampu untuk mendengarkan kebenaran, berikanlah cahaya pada lisan kami sehingga dapat menuturkan kalimat-kalimat bermakna dalam kehidupan, berilah cahaya kepada akal kami sehingga menghasilkan pemikiran yang baik. Jadikan juga cahaya dari atasku, cahaya dari bawahku, cahaya di sebelah kananku, cahaya di sebelah kiriku, cahaya dari depanku, dan cahaya dari belakangku. Dan ciptakanlah cahaya dalam diriku, 

PERMATA INDAH ASMAAUL HUSNAA (93) AN-NAAFI’ (YANG MAHA PEMBERI MANFA’AT)

AN-NAAFI’ 

(YANG MAHA PEMBERI MANFA’AT)


Seperti kata adh-Dharr, kata an-Nafi’ sebagai bentuk subyek yang disandarkan pada Allah juga tidak ditemukan dalam al-Quran. Yang ada adalah bentuk derivatifnya, berupa kata benda dan kata kerja. Dalam Q.S. Yunus (10): 49 disebutkan bahwa tidak ada seorang pun, termasuk seorang nabi dan utusan-Nya yang mampu memberi bahaya atau manfaat kecuali atas izin Allah swt. Sifat an-Nafi’ yang ditujukan pada Allah juga berarti bahwa tidak ada sesuatu apapun atau siapa pun yang bisa memberi manfaat pada Allah, kecuali atas izin-Nya. Sifat an-Nafi’ juga bisa merujuk pada makna bahwa Allah lah yang memberi segala macam kesembuhan dari berbagai penyakit yang menimpa umat manusia.

Semua kejadian yang  dialami manusia selama perjalanan hidupnya, yang mendatangkan manfaat seperti untung, senang, bahagia, kesuksesan dan keselamatan, maka semua itu dari Allah, tidak ada pihak lain yang mampu memposisikan itu kepada makhluk hidup di dunia ini. Manusia tidak mampu untuk menarik kemanfaatan bagi dirinya dan tidak mampu pula menolak mudharat atas dirinya, semuanya itu dari Allah semata; ”Katakanlah: "Aku tidak berkuasa menarik kemanfaatan bagi diriku dan tidak (pula) menolak kemudharatan kecuali yang dikehendaki Allah. dan Sekiranya aku mengetahui yang ghaib, tentulah aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa kemudharatan. aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan, dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman".(QS. 7; Al A’raf ayat 188).

Begitu banyaknya potensi dunia ini disediakan untuk manusia agar dapat dimanfaatkan, sebagai sarana untuk hidup dan melanjutkan kehidupan ini, berupa tanah yang subur sehingga dapat digunakan untuk sawah dan ladang sebagai sumber pencaharian bagi manusia, air hujan yang tercurah dari langit untuk menyirami tumbuh-tumbuhan dan minuman ternak,  udara yang sejuk membuat nyaman dan aman, bahan tambang yang ada di dalam tanah berupa biji besi, emas, timah dan  minyak serta kandungan kekayaan lainnya, semuanya disediakan untuk manusia.

Manusia sebagai makhluk yang paling mulia dijadikan Allah sebagai pengelola isi bumi yang dijadikan tunduk kepadanya seisi alam ini, agar manusia itu bisa memakmurkannya dengan kemampuan yang dilebihkan oleh Allah . Allah berfirman dalam surat 14; Ibrahim ayat 32-34 yang artinya:”Allah-lah yang telah menciptakan langit dan bumi dan menurunkan air hujan dari langit, kemudian Dia mengeluarkan dengan air hujan itu berbagai buah-buahan menjadi rezki untukmu, dan Dia telah menundukkan bahtera bagimu supaya bahtera itu berlayar di lautan dengan kehendak-Nya, dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu sungai-sungai. Dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu matahari dan bulan yang terus menerus beredar (dalam orbitnya); dan telah menundukkan bagimu malam dan siang. Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dari segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung ni`mat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (ni`mat Allah).”

Allah memberikan jasad yang kuat dan akal yang cerdas agar manusia berbuat dan beramal untuk kemaslahatan dirinya dan masyarakat serta bumi secara keseluruhan sesuai dengan kemampuan masing-masing. Allah berfirman dalam surat 7; Al A’raf  ayat 42 yang artinya:  ”Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal yang saleh, kami tidak memikulkan kewajiban kepada diri seseorang melainkan sekedar kesanggupannya, mereka Itulah penghuni-penghuni surga; mereka kekal di dalamnya.”

Allah menjamin rezeki manusia dan menjadikannya mudah untuk didapat di atas  bumi ini. serta membekali manusia alat dan sarana untuk mendapatkannya,dijelaskan dalam firman Allah surat An 16; Nahl ayat 78 yang artinya: ”Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.”

            
An Nafii, Yang Memberikan Manfaat, Dialah yang  berkuasa untuk memberikan manfaat kepada makhluk-Nya sehingga mendapatkan keuntungan dan kebahagiaan lalu manusia itu mendistribusikan kemanfaatan itu kepada orang lain sebagai ujud persaudaraan dan kemanusiaan. Karena itu manusia sebagai makhluk yang memiliki kesadaran (berfikir) akan keberadaan Allah, maka manusia harus menunjukkan sikap positif terhadap semua manfaat diberikan Allah kepadanya. Kesadaran terhadap semua manfaat itu akan melahirkan sikap syukur dan taat terhadap semua ketentuan-Nya. Demikian juga sebaliknya jika manusia tidak menyadari akan manfaat yang telah dianugerahkan Allah swt. kepadanya, maka akan melahirkan sikap kufur dan dzalim.

Allah berfirman dalam surat 35; Faathir ayat 2-3 yang artinya:”Apa saja yang Allah anugerahkan kepada manusia berupa rahmat, maka tidak ada seorangpun yang dapat menahannya; dan apa saja yang ditahan oleh Allah maka tidak seorangpun yang sanggup untuk melepaskannya sesudah itu. Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Hai manusia, ingatlah akan ni`mat Allah kepadamu. Adakah pencipta selain Allah yang dapat memberikan rezki kepada kamu dari langit dan bumi? Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia; maka mengapakah kamu berpaling (dari ketauhidan)?’



Ya Nafii,  Yang Maha Memberi Manfaat, Begitu banyaknya potensi dunia ini yang dapat dimanfaatkan sebagai sarana untuk hidup dan melanjutkan kehidupan yang Engkau anugerahkan dengan Cuma-Cuma, Jadikanlah kami menjadi orang yang mensykurinya, bukan menjadi orang yang mengkufurinya.