ADH-DHAARR
(ANG MAHA PEMBERI BAHAYA)
Kata adh-Dhaarr sebagai
bentuk subyek tidak ditemukan dalam al-Quran, yang ada adalah bentuk
derivatifnya, berupa kata benda dan kata kerja. Dalam Q.S. Yunus (10): 49
disebutkan bahwa tidak ada seorang pun, termasuk seorang nabi dan utusan-Nya
yang mampu memberi bahaya atau manfaat kecuali atas izin Allah swt. Sifat
adh-Dharr yang ditujukan pada Allah juga berarti bahwa tidak ada sesuatu apapun
atau siapa pun yang bisa memberi bahaya pada Allah, seperti disebutkan dalam
Q.S. 3; Ali Imran ayat 144. Yang artinya:” Muhammad
itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya
beberapa orang rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke
belakang (murtad)? Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat
mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun; dan Allah akan memberi balasan
kepada orang-orang yang bersyukur.”
Allah dengan sifat-Nya Adh Dhaar, Yang
Memudharatkan menggambarkan bahwa segala hal-hal yang mudharat yang dialami
oleh makhluk berupa ujian kehidupan dan azab yang dirasakan maka itu semua dari
Allah; ”Katakanlah: "Aku tidak berkuasa menarik kemanfa`atan bagi diriku
dan tidak (pula) menolak kemudharatan kecuali yang dikehendaki Allah. Dan
sekiranya aku mengetahui yang ghaib, tentulah aku membuat kebajikan
sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa kemudharatan. Aku tidak lain
hanyalah pemberi peringatan, dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman".
(QS. 7; al-A’raaf ayat 188).
Allah
yang mendatangkan kebaikan dan keburukan, juga manfaat dan mudharat. Kesemuanya
ini mesti ditujukkan kepada Allah Azza wa Jalla. Apakah Dia bertindak mealui
Malaikat, manusia atau benda-benda mati atau lainnya. Jangan selalu menduga
bahwa racun itu mematikan atau makanan itu mendatangkan kepuasan atau
kenikmatan. Dan juga jangan mengira bahwa raja, manusia, setan, bintang-bintang
atau apapun yang memberikan kebaikan atau keburukan, dan manfaat atau mudharat.
Semua itu merupakan sebab-sebab yang bersifat tunduk, yang dari sebab-sebab
seperti inilah tidak terjadi apa-apa, kecuali digunakan untuk mewujudkan segala
sesuatu. Allah berfirman dalam surat 10; Yunus ayat 107 yang artinya:”Jika
Allah menimpakan sesuatu kemudharatan kepadamu, maka tidak ada yang dapat
menghilangkannya kecuali Dia. Dan jika Allah menghendaki kebaikan bagi kamu,
maka tak ada yang dapat menolak kurnia-Nya. Dia memberikan kebaikan itu kepada
siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan Dia-lah Yang Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Allah yang
mendatangkan susah dan senang, yang menyehatkan dan member penyakit, yang menghidupkan
dan mematikan, yang memberikan manfaat dan yang mendatangkan mudharat.
Tidak ada satu
perkara pun yang bergeser dan menyimpang dari apa yang telah ditetapkan Allah.
Bahkan seorang nabi, ketika datang hal yang
mudharat kepada dirinya berupa ujian dan cobaan hidup, mereka tidak akan mampu untuk
menolaknya karena semua itu dari Allah, sebagaimana yang diungkapkan oleh nabi
Ibrahim dalam firman Allah tentang eksistensi Allah sebagai Tuhan yang berhak dan
kuasa untuk memberikan manfaat dan mudharat kepada siapapun; “(YaituTuhan) yang telah menciptakan Aku,
Maka Dialah yang menunjuki Aku, dan Tuhanku, yang Dia member Makan
dan minum kepadaKu, dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan Aku, dan
yang akan mematikan Aku, kemudian akan menghidupkan aku (kembali), dan yang
Amat kuinginkan akan mengampuni kesalahanku pada hari kiamat". (Ibrahim
berdoa): "YaTuhanku, berikanlah kepadaku Hikmah dan masukkanlah aku ke
dalam golongan orang-orang yang saleh,”(QS. 26; Asy-Syuara ayat 78-83).
Adh-Dhaar artinya
maha pemberi derita, Allah akan memberikan penderitaan kepada hamba-Nya yang
tidak beriman dan tidak mencintai-Nya, derita itu bias terjadi di dunia atau di
akhirat kelak sebagai balasan dari sikap buruk kita. Tetapi bias juga Allah
menimpakan penderitaan dan kesulitan kepada kira sebagai ujian bagi keimanan
kita. Sikap seorang mukmin dikala mendapat hal mudharat dari Allah ialah sabar dan
ikhlas menerimanya walaupun pedih, sakit dan mengeluarkan air mata serta darah sekalipun
agar mudharat itu bermanfaat bagi dirinya sehingga mendapat balasan pahala dari
Allah, dalam sebuah sabdanya Rasulullah bersabda,”Barang siapa yang tersandung kakinya
kemudian dia sabar dan ikhlas maka akan diampuni dosa-dosanya yang lalu”, itu hanya tersandung, bagaimana kalau kita mendapat
mudharat yang lebih besar dari itu, tentu lebih besar lagi balasan dari Allah,
dengan syarat sabar dan ikhlas.
Dari Abu Musa Al Asy'ari ra. bahwasanya
Rasulullah saw. bersabda : "Apabila anak manusia meninggal maka
Allah berfirman kepada MalaikatNya : "Kamu matikan anak hambaKu ?".
Mereka menjawab, "Ya". Dia berfirman : "Kamu matikan buah
hatinya ?" Mereka menjawab : "Ya". Dia berfirman : "Apakah
yang diucapkan oleh hambaKu?" Mereka menjawab : "Memuji dan
mengembalikannya kepadaMu (membaca istirja')". Allah berfirman :
"Bangunlah rumah untuk hambaKu di sorga, dan berilah nama Baitul Hamdi
(rumah pujian)".(Hadits ditakhrij oleh Tirmidzi).
Ya Dhaar, Engkau Yang
mendatangkan Mudharat kepada hamba-Mu, berilah kami mudharat yang kami sanggup untuk
menerimanya dengan keimanan dan kesabaran, janganlah mudharat yang datang
memberikan peluang bagi syaitan untuk menggoda dan menyesatkan kami dari jalan-Mu. Kami memang tidak mampu
merubah takdir yang sudah termaktub dalam genggaman-Mu, tapi berilahkan kepada hamba
ini jalan hidup, takdir yang baik, takdir yang menyelamatkan kami dari kehancuran,
selamatkanlah hamba ini ya Allah dari segala yang mencelakakan, semuanya hamba serahkan
kepada-Mu, Wallahu a’lam

Tidak ada komentar:
Posting Komentar