Minggu, 20 Agustus 2017

PERMATA INDAH ASMAAUL HUSNAA (92) ADH-DHAARR (YANG MAHA PEMBERI BAHAYA)

 ADH-DHAARR 

(ANG MAHA PEMBERI BAHAYA)


Kata adh-Dhaarr sebagai bentuk subyek tidak ditemukan dalam al-Quran, yang ada adalah bentuk derivatifnya, berupa kata benda dan kata kerja. Dalam Q.S. Yunus (10): 49 disebutkan bahwa tidak ada seorang pun, termasuk seorang nabi dan utusan-Nya yang mampu memberi bahaya atau manfaat kecuali atas izin Allah swt. Sifat adh-Dharr yang ditujukan pada Allah juga berarti bahwa tidak ada sesuatu apapun atau siapa pun yang bisa memberi bahaya pada Allah, seperti disebutkan dalam Q.S. 3; Ali Imran ayat 144. Yang artinya:” Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun; dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.”

Allah dengan sifat-Nya Adh Dhaar, Yang Memudharatkan menggambarkan bahwa segala hal-hal yang mudharat yang dialami oleh makhluk berupa ujian kehidupan dan azab yang dirasakan maka itu semua dari Allah; ”Katakanlah: "Aku tidak berkuasa menarik kemanfa`atan bagi diriku dan tidak (pula) menolak kemudharatan kecuali yang dikehendaki Allah. Dan sekiranya aku mengetahui yang ghaib, tentulah aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa kemudharatan. Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan, dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman". (QS. 7; al-A’raaf ayat 188).

Allah yang mendatangkan kebaikan dan keburukan, juga manfaat dan mudharat. Kesemuanya ini mesti ditujukkan kepada Allah Azza wa Jalla. Apakah Dia bertindak mealui Malaikat, manusia atau benda-benda mati atau lainnya. Jangan selalu menduga bahwa racun itu mematikan atau makanan itu mendatangkan kepuasan atau kenikmatan. Dan juga jangan mengira bahwa raja, manusia, setan, bintang-bintang atau apapun yang memberikan kebaikan atau keburukan, dan manfaat atau mudharat. Semua itu merupakan sebab-sebab yang bersifat tunduk, yang dari sebab-sebab seperti inilah tidak terjadi apa-apa, kecuali digunakan untuk mewujudkan segala sesuatu. Allah berfirman dalam surat 10; Yunus ayat 107 yang artinya:”Jika Allah menimpakan sesuatu kemudharatan kepadamu, maka tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia. Dan jika Allah menghendaki kebaikan bagi kamu, maka tak ada yang dapat menolak kurnia-Nya. Dia memberikan kebaikan itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

Allah yang mendatangkan susah dan senang, yang menyehatkan dan member penyakit, yang menghidupkan dan mematikan, yang memberikan manfaat dan yang mendatangkan mudharat.
Tidak ada satu perkara pun yang bergeser dan menyimpang dari apa yang telah ditetapkan Allah. Bahkan seorang nabi, ketika datang hal yang mudharat kepada dirinya berupa ujian dan cobaan hidup, mereka tidak akan mampu untuk menolaknya karena semua itu dari Allah, sebagaimana yang diungkapkan oleh nabi Ibrahim dalam firman Allah tentang eksistensi Allah sebagai Tuhan yang berhak dan kuasa untuk memberikan manfaat dan mudharat kepada siapapun; “(YaituTuhan) yang telah menciptakan Aku, Maka Dialah yang menunjuki Aku,  dan Tuhanku, yang Dia member Makan dan minum kepadaKu, dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan Aku, dan yang akan mematikan Aku, kemudian akan menghidupkan aku (kembali), dan yang Amat kuinginkan akan mengampuni kesalahanku pada hari kiamat". (Ibrahim berdoa): "YaTuhanku, berikanlah kepadaku Hikmah dan masukkanlah aku ke dalam golongan orang-orang yang saleh,”(QS. 26; Asy-Syuara ayat 78-83).

Adh-Dhaar artinya maha pemberi derita, Allah akan memberikan penderitaan kepada hamba-Nya yang tidak beriman dan tidak mencintai-Nya, derita itu bias terjadi di dunia atau di akhirat kelak sebagai balasan dari sikap buruk kita. Tetapi bias juga Allah menimpakan penderitaan dan kesulitan kepada kira sebagai ujian bagi keimanan kita. Sikap seorang mukmin dikala mendapat hal mudharat dari Allah ialah sabar dan ikhlas menerimanya walaupun pedih, sakit dan mengeluarkan air mata serta darah sekalipun agar mudharat itu bermanfaat bagi dirinya sehingga mendapat balasan pahala dari Allah, dalam sebuah sabdanya Rasulullah bersabda,”Barang siapa yang tersandung kakinya kemudian dia sabar dan ikhlas maka akan diampuni dosa-dosanya yang lalu”, itu   hanya tersandung, bagaimana kalau kita mendapat mudharat yang lebih besar dari itu, tentu lebih besar lagi balasan dari Allah, dengan syarat sabar dan ikhlas.

Dari Abu Musa Al Asy'ari ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda : "Apabila anak manusia meninggal maka Allah berfirman kepada MalaikatNya : "Kamu matikan anak hambaKu ?". Mereka menjawab, "Ya". Dia berfirman : "Kamu matikan buah hatinya ?" Mereka menjawab : "Ya". Dia berfirman : "Apakah yang diucapkan oleh hambaKu?" Mereka menjawab : "Memuji dan mengembalikannya kepadaMu (membaca istirja')". Allah berfirman : "Bangunlah rumah untuk hambaKu di sorga, dan berilah nama Baitul Hamdi (rumah pujian)".(Hadits ditakhrij oleh Tirmidzi).

Ya Dhaar, Engkau Yang mendatangkan Mudharat kepada hamba-Mu, berilah kami mudharat yang kami sanggup untuk menerimanya dengan keimanan dan kesabaran, janganlah mudharat yang datang memberikan peluang bagi syaitan untuk menggoda dan menyesatkan kami dari jalan-Mu. Kami memang tidak mampu merubah takdir yang sudah termaktub dalam genggaman-Mu, tapi berilahkan kepada hamba ini jalan hidup, takdir yang baik, takdir yang menyelamatkan kami dari kehancuran, selamatkanlah hamba ini ya Allah dari segala yang mencelakakan, semuanya hamba serahkan kepada-Mu, Wallahu a’lam 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar