AL-MAANI’
(YANG MAHA MENGHALANGI)
Allah adalah Tuhan yang
mencegah segala pergerakan, sikap, dan tindakan yang bisa merusak. Allah mampu
mencegah kemungkinan terjadinya benturan antara satu ciptaan dengan ciptaan-Nya
yang lain, baik yang ada di langit maupun di bumi. Namun segala sesuatu yang
sudah ditetapkan oleh-Nya, maka tidak ada satu makhluk pun yang dapat mencegah
atau menggagalkan ketetapan-Nya itu. Di dalam al-Quran, kata al-Mani’ atau
Mani’ sebagai subyek yang ditujukan langsung pada Allah, tidak ditemukan. Yang
ada adalah bentuk kata kerja mana’a yang artinya “mencegah”, seperti dalam Q.S.
al-Isra (17): 94 dan al-Kahfi (18): 55 yang kedua ayat ini membicarakan tentang
tidak ada satu pun (dari makhluk Allah) yang mempu mencegah keimanan seseorang
ketika telah datang hidayah/petunjuk padanya. Kata al-Mani bisa juga diartikan
bahwa Allah Maha mampu mencegah hamba-Nya dari perbuatan aniaya dan ingkar
dengan cara memperoleh petunjuk dari-Nya. Allah juga Maha Mencegah dari
menyiksa hamba-hamba-Nya sesuai dengan yang dikehendaki-Nya.
Apapun yang ditentukan oleh Allah dalam kehidupan ini
pasti terjadi, Dia berkehendak menurut kemauan-Nya, demikian pula halnya apapun
yang tidak diingini-Nya pasti tidak terlaksana, Dia mampu mencegah segala
sesuatu dengan ketentuan dan kekuasaan-Nya. Allah punya sifat Al Maani’ arti
secara harfiah adalah menghalangi atau mencegah sebagaimana makna dalam surat 9
at-Taubah ayat 54 yang artinya; ”Dan
tidak ada yang menghalangi mereka untuk diterima dari mereka nafkah-nafkahnya
melainkan karena mereka kafir kepada Allah dan RasulNya dan mereka tidak
mengerjakan sembahyang, melainkan dengan malas dan tidak (pula) menafkahkan
(harta) mereka, melainkan dengan rasa enggan.”
Ketika dakwah islam di Mekkah
tidak memungkinkan lagi dilanjutkan berlama-lama maka direncanakan untuk hijrah
ke Madinah, detik-detik perjalanan hijrah itu ada upaya dari kafir Quraisy
untuk membunuh nabi Muhammad, dalam suasana genting itu Allah menyelamatkan
rasul-Nya dan menggagalkan rencana jahat kafir Quraisy.
Pemuda-pemuda yang sudah disiapkan
Quraisy untuk membunuhnya malam itu sudah mengepung rumahnya, karena
dikuatirkan ia akan lari. Pada malam akan hijrah itu pula Muhammad membisikkan
kepada Ali b. Abi Talib supaya memakai mantelnya yang hijau dari Hadzramaut dan
supaya berbaring di tempat tidurnya. Dimintanya supaya sepeninggalnya nanti ia
tinggal dulu di Mekah menyelesaikan barang-barang amanat orang yang dititipkan
kepadanya. Dalam pada itu pemuda-pemuda yang sudah disiapkan Quraisy, dari
sebuah celah mengintip ke tempat tidur Nabi.Mereka melihat ada sesosok tubuh di
tempat tidur itu dan merekapun puas bahwa dia belum lari.Tetapi, menjelang
larut malam waktu itu, dengan tidak setahu mereka Muhammad sudah keluar menuju
ke rumah Abu Bakar.Kedua orang itu kemudian keluar dari jendela pintu belakang,
dan terus bertolak ke arah selatan menuju gua Tsur.Bahwa tujuan kedua orang itu
melalui jalan sebelah kanan adalah di luar dugaan.
Walau sudah lolos dari kepungan
di rumah itu, akhirnya merekapun dicari kemanapun perginya.Kemudian
pemuda-pemuda Quraisy - yang dari setiap kelompok di ambil seorang itu -
datang.Mereka membawa pedang dan tongkat sambil mundar-mandir mencari ke
segenap penjuru.Tidak jauh dari gua Tsur itu mereka bertemu dengan seorang
gembala, yang lalu ditanya.“Mungkin saja mereka dalam gua itu, tapi saya tidak
melihat ada orang yang menuju ke sana.”
Ketika mendengar jawaban gembala itu Abu Bakar keringatan. Kuatir ia, mereka akan menyerbu ke dalam gua. Dia menahan napas tidak bergerak, dan hanya menyerahkan nasibnya kepada Tuhan.Lalu orang-orang Quraisy datang menaiki gua itu, tapi kemudian ada yang turun lagi. “Kenapa kau tidak menjenguk ke dalam gua?” tanya kawan-kawannya. “Ada sarang laba-laba di tempat itu, yang memang sudah ada sejak sebelum Muhammad lahir,” jawabnya.“Saya melihat ada dua ekor burung dara hutan di lubang gua itu.Jadi saya mengetahui tak ada orang di sana.”
Muhammad makin sungguh-sungguh berdoa dan Abu Bakr juga makin ketakutan.Ia merapatkan diri kepada kawannya itu dan Muhammad berbisik di telinganya: “Jangan bersedih hati. Tuhan bersama kita.”
Allah juga mencegah kemungkaran
yang dilakukan oleh Fir’aun ketika akan membunuh semua anak laki-laki di Mesir
karena dikhawatirkan akan mengganggu kekuasaannya, tapi Allah memberi
kesempatan kepada Musa untuk hidup memperjuangkan agama Allah walaupun harus
berhadapan dengan Fir’aun, demikian pula dengan Ibrahim, Allah mencegah
kemungkaran Namrudz yang akan membakar Ibrahim, api yang seharusnya membakar
menghanguskan, dengan kekuasaan Allah tak mampu menjalankan fungsinya dalam
rangka menyelamatkan nabi-Nya yaitu Ibrahim As.
Bagaimanapun rencana kejahatan
yang dilakukan oleh manusia, tidak akan mendatangkan hasil, Dia berhak untuk
mencegah sehingga gagallah rencana kejahatan itu dan Allah akan memberikan
rencana lain kepada mereka. orang-orang kafir itu membuat rencana jahat untuk
mematahkan kebenaran Islam dan mereka berusaha menegakkan kebathilan, tetapi
mereka itu tidak menyadari bahwa makar (rencana jahat)mereka itu digagalkan
oleh Allah SWT. “Dan Sesungguhnya
mereka telah membuat makar yang besar Padahal di sisi Allah-lah (balasan) makar
mereka itu.dan Sesungguhnya makar mereka itu (amat besar) sehingga gunung-gunung
dapat lenyap karenanya.”(QS. 14; Ibrahim ayat 46)
Allah Maha Pencegah, maha berkuasa untuk menentukan
segala sesuatu dan juga maha berkuasa untuk Mencegah terjadinya sesuatu, kalau
Allah ingin menghancurkan sebuah negeri, walaupun seluruh isi langit dan isi
bumi melindunginya maka tidaklah mampu mereka untuk mencegah kemauan Allah.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar