AL-WAARITS
(YANG MAHA MEWARISI)
Al-Waarits memiliki arti bahwa Allah
lah satu-satunya yang berhak memiliki segala bentuk warisan, termasuk segala
hak milik yang ada pada hamba-hamba-Nya. Segala jenis kekayaan, jabatan,
kebahagiaan, kesenangan, dan lainnya, yang telah binasa di tangan para
pemiliknya, akan tetap diwarisi oleh Allah. Hal ini karena pada hakikatnya,
Allah lah yang menciptakan dan memiliki segala warisan yang dimiliki oleh
hamba-hamba-Nya dan segala makhluk-Nya yang ada di langit dan di bumi. Dalam
Q.S. Maryam (190): 40 disebutkan bahwa Kami lah (Allah) yang mewarisi bumi dan
segala isinya, dan bahwa mereka semua akan dikebalikan pada-Nya.
Allah adalah al-Waarits yang
menerima kepemilikan dan mewarisi setelah kematian makhluk. Dialah yang mewarisi segala sesuatu sesudah penghuninya musnah. Atau,
dialah yang kembali kepada-Nya semua milik dan kerajaan ketika sudah tidak ada
lagi kepemilikan bagi siapapun. Sifat Al-Waarits
termaktub dalam ayat Al Qur’an:“Dan
Sesungguhnya benar-benar Kami-lah yang menghidupkan dan mematikan dan Kami
(pulalah) yang mewarisi.” (QS. 15; al-Hijr ayat 23). Allahlah pemilik langit dan bumi dan apa yang
ada di dalamnya. Allahlah yang menciptakan Adam sebagai khalifah di bumi,
karena Dia hendak menguji siapa diantara anak adam yang paling baik amalanya
pada saat mengemban misi sebagai hamba dan kholifatullah fil ardi. Mereka dari
generasi ke generasi saling mewarisi apabila dari golongan mereka berakhir,
tapi apa yang diwarisi tersebut hanyalah kepemilikan sementara. Semua pinjaman
dari Allah kepada makhluk-makhluk-Nya tersebut harus dikembalikan secara utuh
kepada-Nya, dan yang tersisa hanyalah Allah sebagai Al-Warits. Firman Allah:“dan kepunyaan Allah-lah segala warisan (yang
ada) di langit dan di bumi. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
(QS. 3; Ali Imron ayat 180)
Allah adalah Pewaris yang sebenarnya, mewariskan sesuatu
yang sangat penting bagi kehidupan manusia, warisan itu adalah islam yang
tertuang dalam Al Qur’an sebagai pedoman dalam hidup, siapa saja yang
mengikutinya pasti akan selamat di dunia hingga akherat, tapi dengan adanya
warisan itu muncullah tiga kelompok manusia;”Kemudian kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di
antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang Menganiaya diri mereka
sendiri dan di antara mereka ada yang pertengahan dan diantara mereka ada
(pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan[1260] dengan izin Allah. yang
demikian itu adalah karunia yang Amat besar.”(QS. 35; Fathir ayat 32)
Para nabi dan rasul yang menerima warisan dari Allah,
mereka akan menjaga dan memperjuangkan warisan itu hingga keanak-cucu dan
keturunan berikutnya, sebab siapa saja yang tidak mau menerima warisan mulia
dari Allah maka celakalah hidupnya. Inilah yang dialami oleh nabi Zakaria, dia
khawatir tidak mendapatkan keturunan yang akan melanjutkan warisan kenabian dan
warisan risalah sebagai kelanjutan dari kenabian. A;;ah berfirman yang artionya:”Dan Sesungguhnya aku khawatir terhadap
mawaliku sepeninggalku, sedang isteriku adalah seorang yang mandul, Maka
anugerahilah aku dari sisi Engkau seorang putera,yang akan mewarisi aku dan
mewarisi sebahagian keluarga Ya'qub; dan Jadikanlah ia, Ya Tuhanku, seorang
yang diridhai". (QS. 19; Maryam ayat 5-6).
Ayat ini mengisahkan Nabi Zakaria yang resah karena umur
telah tua, tulangnya telah lemah dan rambutnya telah beruban tapi belum diberi
anak sementara isterinya mandul. Menurut Al Baidhawi, kala itu Zakaria telah
berumur 60 tahun, bahkan ada yang mengatakan 99 tahun, ia khawatir tidak
mempunyai anak, nantinya siapa yang akan jadi warisnya, warisan yang
ditinggalkan adalah syariat agama dan ilmu.
Dunia yang diciptakan Allah beserta isinya ini dihuni oleh
makhluk, dari berbagai jenisnya, sejak dari tumbuh-tumbuhan, hewan dan manusia,
sebenarnya yang layak untuk mewarisi dunia ini hanya manusia, itupun bukan
sembarang manusia tapi manusia yang termasuk hamba Allah, hamba Allah yang
shalehlah yang layak mempusakai dunia ini;“Dan sungguh Telah kami tulis didalam Zabur sesudah (Kami tulis dalam)
Lauh Mahfuzh, bahwasanya bumi Ini diwarisi hamba-hambaKu yang saleh” (QS. 21;
Al Anbiya’ ayat 105).
Keputusan ditetapkan oleh Allah karena orang yang
shalehlah yang mampu menjaga warisan yang diberikan Allah.”Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang
yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia
sungguh- sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia
telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa,.”(QS, 24;
An Nur ayat 55).
Orang-orang jahiliyyah, yang tidak menerima nilai-nilai
tauhid merekapun tidak henti-hentinya untuk memelihara dan mempertahankan serta
mewariskan segala warisan yang sudah mereka terima sejak dahulu, padahal
warisan itu jauh dari kebenaran dan sesat secara ilmiah. Bila disodorkan kepada
mereka risalah da’wah islamiyyah yang menjadi warisan Allah, mereka menolak
dengan berbagai dalih yang tidak masuk akal, sebab akal mereka sudah dibelenggu
oleh warisan nenek moyang. Allah berfirman dalam surat 2; al-Baqarah ayat 170
yang artinya:”Dan apabila dikatakan
kepada mereka: "Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah," mereka
menjawab: "(Tidak), tetapi Kami hanya mengikuti apa yang telah Kami dapati
dari (perbuatan) nenek moyang kami". "(Apakah mereka akan mengikuti
juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan
tidak mendapat petunjuk.”
Kalau kita tidak mampu meninggalkan materi kepada anak
kita karena kita juga miskin,maka sekurang-kurangnya kita harus mewariskan
keyakinan Islam kepada mereka, agar mereka tidak kehuilangan pegangan hidup,
sehingga mereka bisa selamat di dunia dan di akhirat. Hal inilah yang
dicontohkan oleh nabi Ibrahim dan Ishak yang mewasiatkan agar tetap menyembah
Allah sepeninggal mereka, sebagaimana tertera dalam firman Allah dalam surat 2;
al-Baqarah ayat 132-133 yang artinya:”Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu
kepada anak-anaknya, demikian pula Ya`qub. (Ibrahim berkata): "Hai
anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah
kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam". Adakah kamu hadir ketika
Ya`qub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya:
"Apa yang kamu sembah sepeninggalku?" Mereka menjawab: "Kami
akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishaq,
(yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya."
Dan Allah juga berjanji kepada orang-orang yang beriman bahwa
mereka adalah pewaris surga Firdaus,
yang tidak sembarang orang bisa memasukinya, apabila mereka memenuhi
syarat-syarat yang telah ditetapkan oleh Allah dalam surat 23; al-Mukminun ayat
1-11 yang artinya:”
1. Sesungguhnya beruntunglah
orang-orang yang beriman,
2. (yaitu) orang-orang yang
khusyu' dalam sembahyangnya,
3. dan orang-orang yang
menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna,
4. dan orang-orang yang
menunaikan zakat,
5. dan orang-orang yang
menjaga kemaluannya,
6. kecuali terhadap
isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki[994]; Maka Sesungguhnya
mereka dalam hal ini tiada terceIa.
7. Barangsiapa mencari yang di
balik itu[995] Maka mereka Itulah orang-orang yang melampaui batas.
8. dan orang-orang yang
memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya.
9. dan orang-orang yang
memelihara sembahyangnya.
10. mereka Itulah orang-orang
yang akan mewarisi,
11. (yakni) yang akan mewarisi
syurga Firdaus. mereka kekal di dalamnya.”

Tidak ada komentar:
Posting Komentar