Minggu, 20 Agustus 2017

PERMATA INDAH ASMAAUL HUSNAA (98) AL-WAARITS (YANG MAHA MEWARISI)

AL-WAARITS 

(YANG MAHA MEWARISI)


Al-Waarits memiliki arti bahwa Allah lah satu-satunya yang berhak memiliki segala bentuk warisan, termasuk segala hak milik yang ada pada hamba-hamba-Nya. Segala jenis kekayaan, jabatan, kebahagiaan, kesenangan, dan lainnya, yang telah binasa di tangan para pemiliknya, akan tetap diwarisi oleh Allah. Hal ini karena pada hakikatnya, Allah lah yang menciptakan dan memiliki segala warisan yang dimiliki oleh hamba-hamba-Nya dan segala makhluk-Nya yang ada di langit dan di bumi. Dalam Q.S. Maryam (190): 40 disebutkan bahwa Kami lah (Allah) yang mewarisi bumi dan segala isinya, dan bahwa mereka semua akan dikebalikan pada-Nya.

Allah adalah al-Waarits yang menerima kepemilikan dan mewarisi setelah kematian makhluk. Dialah yang mewarisi segala sesuatu sesudah penghuninya musnah. Atau, dialah yang kembali kepada-Nya semua milik dan kerajaan ketika sudah tidak ada lagi kepemilikan bagi siapapun. Sifat Al-Waarits termaktub dalam ayat Al Qur’an:“Dan Sesungguhnya benar-benar Kami-lah yang menghidupkan dan mematikan dan Kami (pulalah) yang mewarisi.” (QS. 15; al-Hijr ayat 23). Allahlah pemilik langit dan bumi dan apa yang ada di dalamnya. Allahlah yang menciptakan Adam sebagai khalifah di bumi, karena Dia hendak menguji siapa diantara anak adam yang paling baik amalanya pada saat mengemban misi sebagai hamba dan kholifatullah fil ardi. Mereka dari generasi ke generasi saling mewarisi apabila dari golongan mereka berakhir, tapi apa yang diwarisi tersebut hanyalah kepemilikan sementara. Semua pinjaman dari Allah kepada makhluk-makhluk-Nya tersebut harus dikembalikan secara utuh kepada-Nya, dan yang tersisa hanyalah Allah sebagai Al-Warits. Firman Allah:“dan kepunyaan Allah-lah segala warisan (yang ada) di langit dan di bumi. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. 3; Ali Imron ayat 180)
 
Allah adalah Pewaris yang sebenarnya, mewariskan sesuatu yang sangat penting bagi kehidupan manusia, warisan itu adalah islam yang tertuang dalam Al Qur’an sebagai pedoman dalam hidup, siapa saja yang mengikutinya pasti akan selamat di dunia hingga akherat, tapi dengan adanya warisan itu muncullah tiga kelompok manusia;”Kemudian kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang Menganiaya diri mereka sendiri dan di antara mereka ada yang pertengahan dan diantara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan[1260] dengan izin Allah. yang demikian itu adalah karunia yang Amat besar.”(QS. 35; Fathir ayat 32)

Para nabi dan rasul yang menerima warisan dari Allah, mereka akan menjaga dan memperjuangkan warisan itu hingga keanak-cucu dan keturunan berikutnya, sebab siapa saja yang tidak mau menerima warisan mulia dari Allah maka celakalah hidupnya. Inilah yang dialami oleh nabi Zakaria, dia khawatir tidak mendapatkan keturunan yang akan melanjutkan warisan kenabian dan warisan risalah sebagai kelanjutan dari kenabian. A;;ah berfirman yang artionya:”Dan Sesungguhnya aku khawatir terhadap mawaliku sepeninggalku, sedang isteriku adalah seorang yang mandul, Maka anugerahilah aku dari sisi Engkau seorang putera,yang akan mewarisi aku dan mewarisi sebahagian keluarga Ya'qub; dan Jadikanlah ia, Ya Tuhanku, seorang yang diridhai". (QS. 19; Maryam ayat 5-6).

Ayat ini mengisahkan Nabi Zakaria yang resah karena umur telah tua, tulangnya telah lemah dan rambutnya telah beruban tapi belum diberi anak sementara isterinya mandul. Menurut Al Baidhawi, kala itu Zakaria telah berumur 60 tahun, bahkan ada yang mengatakan 99 tahun, ia khawatir tidak mempunyai anak, nantinya siapa yang akan jadi warisnya, warisan yang ditinggalkan adalah syariat agama dan ilmu.

Dunia yang diciptakan Allah beserta isinya ini dihuni oleh makhluk, dari berbagai jenisnya, sejak dari tumbuh-tumbuhan, hewan dan manusia, sebenarnya yang layak untuk mewarisi dunia ini hanya manusia, itupun bukan sembarang manusia tapi manusia yang termasuk hamba Allah, hamba Allah yang shalehlah yang layak mempusakai dunia ini;“Dan sungguh Telah kami tulis didalam Zabur sesudah (Kami tulis dalam) Lauh Mahfuzh, bahwasanya bumi Ini diwarisi hamba-hambaKu yang saleh” (QS. 21; Al Anbiya’ ayat 105).

Keputusan ditetapkan oleh Allah karena orang yang shalehlah yang mampu menjaga warisan yang diberikan Allah.Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh- sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa,.(QS, 24; An Nur ayat 55).

Orang-orang jahiliyyah, yang tidak menerima nilai-nilai tauhid merekapun tidak henti-hentinya untuk memelihara dan mempertahankan serta mewariskan segala warisan yang sudah mereka terima sejak dahulu, padahal warisan itu jauh dari kebenaran dan sesat secara ilmiah. Bila disodorkan kepada mereka risalah da’wah islamiyyah yang menjadi warisan Allah, mereka menolak dengan berbagai dalih yang tidak masuk akal, sebab akal mereka sudah dibelenggu oleh warisan nenek moyang. Allah berfirman dalam surat 2; al-Baqarah ayat 170 yang artinya:”Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah," mereka menjawab: "(Tidak), tetapi Kami hanya mengikuti apa yang telah Kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami". "(Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk.”

Kalau kita tidak mampu meninggalkan materi kepada anak kita karena kita juga miskin,maka sekurang-kurangnya kita harus mewariskan keyakinan Islam kepada mereka, agar mereka tidak kehuilangan pegangan hidup, sehingga mereka bisa selamat di dunia dan di akhirat. Hal inilah yang dicontohkan oleh nabi Ibrahim dan Ishak yang mewasiatkan agar tetap menyembah Allah sepeninggal mereka, sebagaimana tertera dalam firman Allah dalam surat 2; al-Baqarah ayat 132-133 yang artinya:”Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya`qub. (Ibrahim berkata): "Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam". Adakah kamu hadir ketika Ya`qub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya: "Apa yang kamu sembah sepeninggalku?" Mereka menjawab: "Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishaq, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya."

Dan Allah juga berjanji kepada orang-orang yang beriman bahwa mereka adalah pewaris surga  Firdaus, yang tidak sembarang orang bisa memasukinya, apabila mereka memenuhi syarat-syarat yang telah ditetapkan oleh Allah dalam surat 23; al-Mukminun ayat 1-11 yang artinya:”
1. Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman,
2. (yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam sembahyangnya,
3. dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna,
4. dan orang-orang yang menunaikan zakat,
5. dan orang-orang yang menjaga kemaluannya,
6. kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki[994]; Maka Sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada terceIa.
7. Barangsiapa mencari yang di balik itu[995] Maka mereka Itulah orang-orang yang melampaui batas.
8. dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya.
9. dan orang-orang yang memelihara sembahyangnya.
10. mereka Itulah orang-orang yang akan mewarisi,

11. (yakni) yang akan mewarisi syurga Firdaus. mereka kekal di dalamnya.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar