Minggu, 20 Agustus 2017

PERMATA INDAH ASMAAUL HUSNAA (93) AN-NAAFI’ (YANG MAHA PEMBERI MANFA’AT)

AN-NAAFI’ 

(YANG MAHA PEMBERI MANFA’AT)


Seperti kata adh-Dharr, kata an-Nafi’ sebagai bentuk subyek yang disandarkan pada Allah juga tidak ditemukan dalam al-Quran. Yang ada adalah bentuk derivatifnya, berupa kata benda dan kata kerja. Dalam Q.S. Yunus (10): 49 disebutkan bahwa tidak ada seorang pun, termasuk seorang nabi dan utusan-Nya yang mampu memberi bahaya atau manfaat kecuali atas izin Allah swt. Sifat an-Nafi’ yang ditujukan pada Allah juga berarti bahwa tidak ada sesuatu apapun atau siapa pun yang bisa memberi manfaat pada Allah, kecuali atas izin-Nya. Sifat an-Nafi’ juga bisa merujuk pada makna bahwa Allah lah yang memberi segala macam kesembuhan dari berbagai penyakit yang menimpa umat manusia.

Semua kejadian yang  dialami manusia selama perjalanan hidupnya, yang mendatangkan manfaat seperti untung, senang, bahagia, kesuksesan dan keselamatan, maka semua itu dari Allah, tidak ada pihak lain yang mampu memposisikan itu kepada makhluk hidup di dunia ini. Manusia tidak mampu untuk menarik kemanfaatan bagi dirinya dan tidak mampu pula menolak mudharat atas dirinya, semuanya itu dari Allah semata; ”Katakanlah: "Aku tidak berkuasa menarik kemanfaatan bagi diriku dan tidak (pula) menolak kemudharatan kecuali yang dikehendaki Allah. dan Sekiranya aku mengetahui yang ghaib, tentulah aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa kemudharatan. aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan, dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman".(QS. 7; Al A’raf ayat 188).

Begitu banyaknya potensi dunia ini disediakan untuk manusia agar dapat dimanfaatkan, sebagai sarana untuk hidup dan melanjutkan kehidupan ini, berupa tanah yang subur sehingga dapat digunakan untuk sawah dan ladang sebagai sumber pencaharian bagi manusia, air hujan yang tercurah dari langit untuk menyirami tumbuh-tumbuhan dan minuman ternak,  udara yang sejuk membuat nyaman dan aman, bahan tambang yang ada di dalam tanah berupa biji besi, emas, timah dan  minyak serta kandungan kekayaan lainnya, semuanya disediakan untuk manusia.

Manusia sebagai makhluk yang paling mulia dijadikan Allah sebagai pengelola isi bumi yang dijadikan tunduk kepadanya seisi alam ini, agar manusia itu bisa memakmurkannya dengan kemampuan yang dilebihkan oleh Allah . Allah berfirman dalam surat 14; Ibrahim ayat 32-34 yang artinya:”Allah-lah yang telah menciptakan langit dan bumi dan menurunkan air hujan dari langit, kemudian Dia mengeluarkan dengan air hujan itu berbagai buah-buahan menjadi rezki untukmu, dan Dia telah menundukkan bahtera bagimu supaya bahtera itu berlayar di lautan dengan kehendak-Nya, dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu sungai-sungai. Dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu matahari dan bulan yang terus menerus beredar (dalam orbitnya); dan telah menundukkan bagimu malam dan siang. Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dari segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung ni`mat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (ni`mat Allah).”

Allah memberikan jasad yang kuat dan akal yang cerdas agar manusia berbuat dan beramal untuk kemaslahatan dirinya dan masyarakat serta bumi secara keseluruhan sesuai dengan kemampuan masing-masing. Allah berfirman dalam surat 7; Al A’raf  ayat 42 yang artinya:  ”Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal yang saleh, kami tidak memikulkan kewajiban kepada diri seseorang melainkan sekedar kesanggupannya, mereka Itulah penghuni-penghuni surga; mereka kekal di dalamnya.”

Allah menjamin rezeki manusia dan menjadikannya mudah untuk didapat di atas  bumi ini. serta membekali manusia alat dan sarana untuk mendapatkannya,dijelaskan dalam firman Allah surat An 16; Nahl ayat 78 yang artinya: ”Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.”

            
An Nafii, Yang Memberikan Manfaat, Dialah yang  berkuasa untuk memberikan manfaat kepada makhluk-Nya sehingga mendapatkan keuntungan dan kebahagiaan lalu manusia itu mendistribusikan kemanfaatan itu kepada orang lain sebagai ujud persaudaraan dan kemanusiaan. Karena itu manusia sebagai makhluk yang memiliki kesadaran (berfikir) akan keberadaan Allah, maka manusia harus menunjukkan sikap positif terhadap semua manfaat diberikan Allah kepadanya. Kesadaran terhadap semua manfaat itu akan melahirkan sikap syukur dan taat terhadap semua ketentuan-Nya. Demikian juga sebaliknya jika manusia tidak menyadari akan manfaat yang telah dianugerahkan Allah swt. kepadanya, maka akan melahirkan sikap kufur dan dzalim.

Allah berfirman dalam surat 35; Faathir ayat 2-3 yang artinya:”Apa saja yang Allah anugerahkan kepada manusia berupa rahmat, maka tidak ada seorangpun yang dapat menahannya; dan apa saja yang ditahan oleh Allah maka tidak seorangpun yang sanggup untuk melepaskannya sesudah itu. Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Hai manusia, ingatlah akan ni`mat Allah kepadamu. Adakah pencipta selain Allah yang dapat memberikan rezki kepada kamu dari langit dan bumi? Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia; maka mengapakah kamu berpaling (dari ketauhidan)?’



Ya Nafii,  Yang Maha Memberi Manfaat, Begitu banyaknya potensi dunia ini yang dapat dimanfaatkan sebagai sarana untuk hidup dan melanjutkan kehidupan yang Engkau anugerahkan dengan Cuma-Cuma, Jadikanlah kami menjadi orang yang mensykurinya, bukan menjadi orang yang mengkufurinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar