AN-NAAFI’
(YANG MAHA PEMBERI MANFA’AT)
Seperti kata adh-Dharr,
kata an-Nafi’ sebagai bentuk subyek yang disandarkan pada Allah juga tidak
ditemukan dalam al-Quran. Yang ada adalah bentuk derivatifnya, berupa kata
benda dan kata kerja. Dalam Q.S. Yunus (10): 49 disebutkan bahwa tidak ada
seorang pun, termasuk seorang nabi dan utusan-Nya yang mampu memberi bahaya
atau manfaat kecuali atas izin Allah swt. Sifat an-Nafi’ yang ditujukan pada Allah
juga berarti bahwa tidak ada sesuatu apapun atau siapa pun yang bisa memberi
manfaat pada Allah, kecuali atas izin-Nya. Sifat an-Nafi’ juga bisa merujuk
pada makna bahwa Allah lah yang memberi segala macam kesembuhan dari berbagai
penyakit yang menimpa umat manusia.
Semua kejadian yang dialami manusia selama
perjalanan hidupnya, yang mendatangkan manfaat seperti untung, senang, bahagia,
kesuksesan dan keselamatan, maka semua itu dari Allah, tidak ada pihak lain
yang mampu memposisikan itu kepada makhluk hidup di dunia ini. Manusia tidak
mampu untuk menarik kemanfaatan bagi dirinya dan tidak mampu pula menolak
mudharat atas dirinya, semuanya itu dari Allah semata; ”Katakanlah:
"Aku tidak berkuasa menarik kemanfaatan bagi diriku dan tidak (pula)
menolak kemudharatan kecuali yang dikehendaki Allah. dan Sekiranya aku
mengetahui yang ghaib, tentulah aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan
aku tidak akan ditimpa kemudharatan. aku tidak lain hanyalah pemberi
peringatan, dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman".(QS.
7; Al A’raf ayat 188).
Begitu banyaknya potensi dunia ini disediakan untuk
manusia agar dapat dimanfaatkan, sebagai sarana untuk hidup dan melanjutkan
kehidupan ini, berupa tanah yang subur sehingga dapat digunakan untuk sawah dan
ladang sebagai sumber pencaharian bagi manusia, air hujan yang tercurah dari
langit untuk menyirami tumbuh-tumbuhan dan minuman ternak, udara
yang sejuk membuat nyaman dan aman, bahan tambang yang ada di dalam tanah
berupa biji besi, emas, timah dan minyak serta kandungan kekayaan
lainnya, semuanya disediakan untuk manusia.
Manusia sebagai makhluk yang paling mulia dijadikan Allah
sebagai pengelola isi bumi yang dijadikan tunduk kepadanya seisi alam ini, agar
manusia itu bisa memakmurkannya dengan kemampuan yang dilebihkan oleh Allah .
Allah berfirman dalam surat 14; Ibrahim ayat 32-34 yang artinya:”Allah-lah yang
telah menciptakan langit dan bumi dan menurunkan air hujan dari langit,
kemudian Dia mengeluarkan dengan air hujan itu berbagai buah-buahan menjadi
rezki untukmu, dan Dia telah menundukkan bahtera bagimu supaya bahtera itu
berlayar di lautan dengan kehendak-Nya, dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu
sungai-sungai. Dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu matahari dan bulan yang
terus menerus beredar (dalam orbitnya); dan telah menundukkan bagimu malam dan
siang. Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dari segala apa yang
kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung ni`mat Allah, tidaklah dapat
kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat
mengingkari (ni`mat Allah).”
Allah memberikan jasad yang kuat dan akal yang cerdas agar
manusia berbuat dan beramal untuk kemaslahatan dirinya dan masyarakat serta bumi
secara keseluruhan sesuai dengan kemampuan masing-masing. Allah berfirman dalam
surat 7; Al A’raf ayat 42 yang artinya: ”Dan orang-orang yang beriman dan
mengerjakan amal-amal yang saleh, kami tidak memikulkan kewajiban kepada diri
seseorang melainkan sekedar kesanggupannya, mereka Itulah penghuni-penghuni
surga; mereka kekal di dalamnya.”
Allah menjamin rezeki manusia dan menjadikannya mudah
untuk didapat di atas bumi ini. serta membekali manusia alat dan
sarana untuk mendapatkannya,dijelaskan dalam firman Allah surat An 16; Nahl
ayat 78 yang artinya: ”Dan Allah
mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun,
dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.”
An Nafii, Yang Memberikan Manfaat, Dialah yang berkuasa untuk memberikan manfaat kepada
makhluk-Nya sehingga mendapatkan keuntungan dan kebahagiaan lalu manusia itu mendistribusikan
kemanfaatan itu kepada orang lain sebagai ujud persaudaraan dan kemanusiaan. Karena itu
manusia sebagai makhluk yang memiliki kesadaran (berfikir) akan keberadaan
Allah, maka manusia harus menunjukkan sikap positif terhadap semua manfaat
diberikan Allah kepadanya. Kesadaran terhadap semua manfaat itu akan
melahirkan sikap syukur dan taat terhadap semua ketentuan-Nya.
Demikian juga sebaliknya jika manusia tidak menyadari akan manfaat yang telah
dianugerahkan Allah swt. kepadanya, maka akan melahirkan sikap kufur dan
dzalim.
Allah berfirman dalam surat 35;
Faathir ayat 2-3 yang artinya:”Apa saja yang Allah anugerahkan kepada manusia
berupa rahmat, maka tidak ada seorangpun yang dapat menahannya; dan apa saja
yang ditahan oleh Allah maka tidak seorangpun yang sanggup untuk melepaskannya
sesudah itu. Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Hai manusia,
ingatlah akan ni`mat Allah kepadamu. Adakah pencipta selain Allah yang dapat
memberikan rezki kepada kamu dari langit dan bumi? Tidak ada Tuhan (yang berhak
disembah) selain Dia; maka mengapakah kamu berpaling (dari ketauhidan)?’
Ya Nafii, Yang Maha
Memberi Manfaat, Begitu banyaknya potensi dunia ini yang dapat dimanfaatkan
sebagai sarana untuk hidup dan melanjutkan kehidupan yang Engkau anugerahkan
dengan Cuma-Cuma, Jadikanlah kami menjadi orang yang mensykurinya, bukan
menjadi orang yang mengkufurinya.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar