Senin, 22 Agustus 2016

PERMATA INDAH ASMAAUL HUSNAA ( 23 ) AL-KHAAFIDH ( YANG MAHA MERENDAHKAN DERAJAT )

Apalah artinya harta, jabatan dan kemewahan , kalau dengan semua itu kita akhirnya direndahkan oleh Allah pada hari perhitungan. Pada saat itu semua menyesali pangkat dan jabatannya, semua meratapi harta dan kemewahannya. Sebuah penyesalan yang tiada arti sama sekali.

Allah swt berkuasa merendahkan derajat sebagian makhluk-Nya pada level paling rendah. Kata al-Khāfidh juga berarti Allah swt merendahkan orang-orang yang menolak kebenaran. Kata al-Khaafidh sebagai kata sifat tidak ditemukan dalam al-Quran. Yang adalah adalah berkaitan dengan perintah untuk rendah hati pada kaum beriman atau pada kedua orang tua. Sedangkan kata al-khaafidhah sebagai kata sifat atau kata keterangan ditemukan dalam Q.S. 56; al-Wāqi’ah ayat 3 yang menjelaskan tentang Hari Kiamat yang merendahkan (al-khaafidhah) satu golongan (yaitu orang-orang yang ingkar dan berbuat kekejian) dan meninggikan (ar-raafi’ah) golongan lain (yaitu orang-orang yang beriman dan berbuat kebajikan).

Ada manusia yang saat di dunia memiliki tempat dan kedudukan yang tinggi di depan manusia, tapi oleh Allah pada hari kiamat justru direndahkannya. Sebaliknya, ada yang dalam kehidupan dunianya direndahkan oleh manusia, sementara Allah pada hari itu justru meninggikan derajatnya.

Allah telah menjelaskan kepada manusia tentang hukum-hukum yang berkaitan dengan kejatuhan, kebangkitan, dan ketinggian.   ”Sungguh telah Kami ciptakan manusia dalam kesempurnaan ciptaan, kemudian Kami kembalikan ia ke tempat yang serendah-rendahnya”. (QS. At-Tiin: 5)

Allah dengan tegas menyatakan bahwa manusia adalah makhluk yang paling mulia dari semua ciptaan-Nya, untuk menjaga kemuliaannya Allah mengutus para Rasul sebagai teladan, dan menurunkan Kitab suci sebagai pedoman hidup. Bagi orang-orang yang merasa tidak butuh kepada Rasul dan kitab suci, walaupun dia bergelimang harta, atau punya banyak jabatan dan kedudukan. Maka tanpa Rasul dan kitab suci tidak akan ada kemuliaan yang akan diraihnya kecuali kebahagiaan yang semu dan sesaat.
Allah memperingatkan kita di dalam Al-Qur’an surat 7; al-A’raaf ayat 175-176 yang artinya:” Dan bacakanlah kepada mereka berita orang yang telah Kami berikan kepadanya ayat-ayat Kami (pengetahuan tentang isi Al Kitab), kemudian dia melepaskan diri daripada ayat-ayat itu lalu dia diikuti oleh syaitan (sampai dia tergoda), maka jadilah dia termasuk orang-orang yang sesat.
176. Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan (derajat) nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya (juga). Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir.”

Ayat di atas menegaskan bahwa Allah siap mengangkat derajat manusia melalui kitab suci-Nya, tetapi apa daya sering manusia meninggalkan dan menggelincirkan dirinya dengan meninggalkan isi kitab itu. Ketika kitab itu ditinggalkannya maka syetanpun mengikuti langkahnya dan dengan mudahnya membawa kepada kesesatan. Selanjutnya orang tersebut akan manjadi orang yang gila dunia dan memperturutkan hawa nafsunya. Dalam kondisi syetan, dunia dan hawa nafsu telah menguasai seseorang maka langsung saja turun derajatnya ke derjat terendah, bahkan dalam ayat ini Allah merumpamakannya sama seperti biatang/anjing, sang penjilat yang demi memenuhi kebutuhannya mau menjilat kepada siapa saja.

Jika manusia mengoptimalkan fungsi Kebenaran yang datang dari Allah untuk mengangkat derajatnya ke tingkat ”ahsanu taqwiim, maka tinggilah derajat kemanusiaannya. Sebaliknya, jika manusia mengikuti daya tarik dunia seperti halnya binatang yang hidupnya hanya diperuntukkan bagi pemenuhan makan, minum, dan hubungan seksual semata, maka ia akan jatuh ke tingkat yang serendah-rendahnya.

Hadiah ketinggian derajat akan didapatkan oleh mereka yang berprestasi dengan iman dan amal salehnya , sedang hukuman diberikan kepada mereka yang melanggar aturan agama dan mendustakannya. dan di akhirat nanti semua orang akan mendapat pahala dan siksa yang tepat sesuai dengan apa yang telah dia lakukan..


Allah menghinakan siapa saja yang layak mendapatkan kehinaan akibat perbuatannya sendiri. Maka sudah sepantasnyalah manusia menjaga kemuliaannya dengan menjauhi sebab-sebab yang akan membuat dia dihinakan oleh Allah baik di dunia maupun di akhirat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar