Jumat, 26 Agustus 2016

PERMATA INDAH ASMAAUL HUSNAA ( 44 ) AR-RAQIIB ( YANG MAHA MEMGAWASI )

Nabi Muhammad SAW dan Abu Bakar ketika kaduanya barada di dalam Gua Tsur, Abu Bakar sudah barada dalam ketakutan karena musuh sudah barada di sekitar gua dan hampir saja menemukan mereka, tetapi dengan tengangnya Nabi berkata kepada Abu Bakar:” Jangan cemas! Sesunggungnya Allah bersama kita”.

Atau seperti firman Allah kepada Musa Dan Harun ketika keduanya merasa khawatir untuk melaksanakan tugas menyadarkan Fir’aun:”Berkatalah mereka berdua (Musa dan Harun):"Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami khawatir bahwa ia segera menyiksa kami atau akan bertambah melampaui batas". Allah berfirman: "Janganlah kamu berdua khawatir, sesungguhnya Aku beserta kamu berdua, Aku mendengar dan melihat".(Q.S. 20; Thaahaa ayat 45-46

Allah swt memiliki kesempurnaan dalam pengawasan, pengamatan, dan kesaksian setiap saat pada setiap hamba-hamba-Nya. Makna ar-Raqiib tidak bertujuan investigatif, tetapi memberi motivasi untuk berbuat kebaikan dan kebajikan. Kata ar-Raqiib memberitakan tentang kekuasaan Allah dalam memberikan pengawasan kepada setiap gerak-gerik seluruh makhluk-Nya, Dan bisa juga diartikan bahwa dengan pengawasan yang terus-menerus dari Allah atas hamba-hamba-Nya.

 Allah selalu menyertai dan bersama makhluk-Nya dalam situasi dan kondisi bagaimanapun juga, keyakinan ini akan menjauhkan seorang mukmin dari praktek kotor dan perbuatan maksiat dalam kehidupannya sehari-hari, dan membangkitkan sifat ihsan, meningkatkan kualitas kerja dan kedisiplinan karena keyakinan kepada Allah yang maha Tinggi selalu melihat dan memantaunya.

Suatu malam Umarpun pergi keliling kampung, dia mendengar percakapan seorang putri dengan ibunya,”Nak kita campur saja susu ini, biar kita mendapat keuntungan yang banyak”, sang putri menjawab,”Jangan ibu, nanti Khalifah tahu bagaimana?” sang ibu menyanggah,”Mana ada Khalifah yang berkeliaran tengah malam ini, enaklah dia istirahat di istananya”, sang gadis lansung menyela pembicaraan ibunya,”Wahai ibu, mungkin saja khalifah Umar tidak tahu apa yang kita lakukan tapi bagaimana Allah, bukankah Dia juga tahu apa yang kita lakukan?” mendengar itu Umar tidak kuasa, lansung dia pulang, pagi harinya dia utus seseorang untuk menjemput tuan putri lalu dinikahkan dengan anaknya yang bernama Aslam, dari pernikahan inilah maka lahir generasi terbaik pada abadnya yaitu Umar bin Abdul Azis yang kelak jadi khalifah juga.  


Ar Raqiib, mengandung makna bahwa sebagai makhluk selalu berada dalam pantauan dan pengawasan, setiap amal yang dilakukan manusia berada dalam penglihatan dan hitungan Allah walaupun dilakukan pada tempat yang sunyi lagi gelap, karena bagi Allah tidak satu tempatpun yang luput dari-Nya, hingga cetusan hati manusiapun berada dalam genggaman-Nya.Allah berfirman dalam surt 50; Qaaf ayat 16-18 yang artinya:”Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya dari pada urat lehernya, (yaitu) ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri. Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas (raqiib) yang selalu hadir.

Pengawasan Allah kepada hamba-Nya bukan sebatas melihat dan memantau saja tapi juga menolong dan menjaganya. Terlebih-lebih terhadap hamba-hamba-Nya yang memegang teguh agamanya, menjaga perintah-perintah dan larangan-larangan-Nya, maka Allah akan menolong dengan berbagai hal dalam kehidupan, sehingga tercukupi rezekinya, lapang usahanya dan tenang fikirannya. Allah juga akan menjaga hamba-Nya dari hal-hal yang dapat mencelakakannya, menganugerahinya ketenangan dan kemantapan jiwa karena  dia selalu berada di dalam penyertaan khusus Allah.

Bila seorang hamba telah mengetahui bahwa tidak akan ada yang dapat menimpanya baik berupa kebaikan, keburukan, hal yang bermanfa’at atau pun membahayakannya kecuali apa yang telah ditakdirkan oleh Allah, serta mengetahui bahwa seluruh upaya yang dilakukan semua makhluk akan sia sia bila bertentangan dengan hal yang ditakdirkan-Nya, maka upaya terbaik yang harus dilakukan adalah menyerahkan urusan sepenuhnya kepada-Nya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar