Tidak ada satu tempatpun di dunia ini luput
dari pengawasan Allah dan tidak ada satu perbuatanpun yang bisa kita
sembunyikan dari Allah, serta tidak ada suatu kebaikan atau kejahatanpun yang
tidak akan mendapat balasan dari Allah.
Allah swt berkuasa mutlak menghitung
segala amal perbuatan hamba-hamba-Nya, baik ketika di dunia maupun di akhirat.
Kata al-Hasiib juga
berarti bahwa Allah swt lah satu-satu-Nya yang bisa mencukupi apa dan siapa
saja yang mengandalkan-Nya. Penghitungan amal yang dilakukan Allah tidak
membutuhkan alat hitung dan instrumen
lain seperti yang dibutuhkan makhluk-Nya. Perhitungan Allah bersifat
independent, abadi, dan berkesinambungan. Kata al-Hasiib juga bisa dikaitkan
dengan pertolongan yang hanya dicukupkan pada Allah semata, seperti dalam
firman-Nya, “…Cukuplah Allah Penolong kami dan Allah sebaik-baik Pelindung”
(Q.S. 3; Ali
Imran ayat 173).
Dalam hadits Qudsi Allah melalui Rasul-Nya menunjukkan perhitungan yang
diberikan kepada ummatnya yang beriman, ”Jika seorang hamba-Ku merencanakan untuk melakukan suatu kejahatan,
tetapi tidak dilaksanakannya, tulislah baginya satu kebaikan, jika
dilaksanakannya maka tulislah satu kejahatan, bila ia taubat, hapuslah
daripadanya kesalahan itu. Dan bila seorang hamba-Ku merencanakan untuk
melakukan kebaikan lalu tidak dilaksanakannya, maka tulislah baginya satu kebaikan,
tetapi jika dilaksanakannya tulislah baginya sepuluh ganda hingga tujuh ratus
ganda kebaikan”.
perhitungan yang seperti itu tentu tidak sama dengan
perhitungan yang dibuat oleh manusia, Allah berikan kepada hamba-Nya
sebagai rahmat bagi mereka yang akan melakukan perbuatan baik atau perbuatan
buruk, semuanya mendapatkan balasan dan perhitungan yang jelas karena Allah mempunyai sifat
Al Hasib, Yang Maha Membuat Perhitungan.
tanpa
bimbingan Islam bayak sekali manusia yang salah membuat perhitungan dan
perkiraan tantang dirinya, tentang Tuhan, tentang dunia dan tentang akhirat.
Banyak manusia yang mengirabahwa dia akan
dibiarkan begitu saja hidup di dunia ranpa perlu mempertanggung jawabkan
perbuatan yang dia lakukan dihadapan Allah di akhirat nanti karena mereka
mengira bahwa manusia yang telah meninggal dunia dan telah menjadi tulang
belulang tidak mungkin akan dihidupkan kembali, seperti firman Allah dalam
surat 36; Yaasiin ayat 77-79 yang artinya:”Dan apakah manusia tidak
memperhatikan bahwa Kami menciptakannya dari setitik air (mani), maka tiba-tiba
ia menjadi penantang yang nyata! Dan dia membuat perumpamaan bagi Kami; dan dia
lupa kepada kejadiannya; ia berkata: "Siapakah yang dapat menghidupkan
tulang belulang, yang telah hancur luluh?"
Katakanlah: "Ia akan dihidupkan oleh
Tuhan yang menciptakannya kali yang pertama. Dan Dia Maha Mengetahui tentang
segala makhluk,”
Banyak pula orang yang salah perhitungan
tentang kehidup0an di dunia, mereka menduga bahwa dunia ini adalah tujuan
hidupnya, sehingga ketika asyik-asyiknya dia menikmati kehidupan duni,
ketentuan Allah berlaku terhadap dirinya, tanpa pernah dibayangkannya maka tiba
tiba dia meninggal dunia, Padahal para utusan Allah telah menjelaskan bahwa
dunia ini adalah tempat singgah sementara dan sebagai tempat untuk mencari
bekal yang akan di bawa ketempat tinggal abadi di akhirat nantinya. Dalam surat
57; al-Hadiid ayat 20 Allah berfirman yang artinya:” Ketahuilah, bahwa
sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan,
perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-bangga tentang
banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para
petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning
kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan
dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah
kesenangan yang menipu”.
Dan betapa banyaknya ummat manusia yang
keliru dalam menentukan Tuhan yang disembahnya, selain dari pada Allah. Sampai
saat ini hanya agama Islamlah yang menganut tauhid yang murni adapun agama
selain Islam sudah terjebak di dalam kemusyrikan dan kekafiran. Ada yang
menyatakan Allah itu mempunyai anak, ada yang masih menyembah patung, ada yang
masih menyembah matahari, ada yang menyembah benda atau tampat keramat dan lain
sebagainya, walaupun mereka mengaku sebagai orang yang pintar dan modern ternyata otak mereka telah keliru
dalam menentukan Tuhan yang harus dijadiannya sebagai sembahannya, bahkan itu
menjadi warisan turun temurun di mana mereka tidak menyadari bahwa tuhan yang
mereka sembah itu tidak bisa mendengar mereka, tidak bisa memberi manfaat atau
mudharat kepada mereka. Na’uuzhu billaahi min zhalik.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar