Jumat, 26 Agustus 2016

PERMATA INDAH ASMAAUL HUSNAA ( 45 ) AL-MUJIIB ( YANG MAHA MENGABULKAN DO’A )

Hanya dengan ungkapan :”Allaa ilaaha illaa inta Subhaanaka Innii kuntu minazhzhaalimiin” yang artinya “bahwa tidak ada Tuhan selain Engkau Maha Suci Engkau, Sesungguhnya aku termasuk orang yang aniaya” Allah menyelamatkan nabi Yunus dari perut Ikan, dan menyelamatkannya serta mengantarkannya ke tepi pantai, dan iapun bisa beryemu kembali dengan kaumnya.

Dan hanya dengan ungkapan “Rabbi inii massaniyadhdhurru wa anta arhamurraahimiin” yang artinya “Ya tuhanku, sesungguhnya aku ditimpa oleh kemudharatan, sedangkan Engkau adalah Tuhan yang paling pengasih dari sekalian yang pengasih”, Allah langsung mengangkat penyakit nabi Ayyub AS dan mengembalikan keluarga dan hartanya yang jauh lebih baik dan lebih banyak dari sebelum di ambil oleh Allah sebagai ujian untuk nya.

Allah swt menyambut setiap doa (permohonan) hamba-hamba-Nya dengan dikabulkan, memberi si peminta tanpa batas, dan bahkan memberi tanpa didahului oleh permohonan. Penerimaan doa atau permohonan hamba-hamba-Nya tidak dibatasi dan disyaratkan dengan segala sesuatu yang bisa merugikan mereka. Al-Mujiib juga berarti bahwa Allah menganjurkan hamba-hamba-Nya agar senantiasa berdoa pada-Nya, seperti dalam firman-Nya, “Dan bila hamba-hamba-Ku bertanya padamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwa Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa bila dia memohon pada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah) Ku dan hendaklah mereka beriman pada-Ku agar mereka mendapat petunjuk” (Q.S. 2; al-Baqarah: 186).

Allah punya hak untuk mengabulkan do’a hamba-Nya, di tangan-Nyalah hak prerogatif itu, tidak satupun makhluk yang kuasa mengabulkan do’a seseorang, karena memang Allahlah tempat meminta, tempat memohon dan yang akan mengabulkannya. Dan Dia tidak mungkin ditandingi oleh siapapun dalam pengabulan do’a. Allah bersifat Al Mujiib, Yang Mengabulkan Do’a.

Do’a menurut bahasa adalah minta pertolongan, memanggil, memuji, memohon, sedangkan dari segi istilah yaitu permohonan hamba kepada Allah sebagai Khaliq, sekali gus sebagai ibadah. “Berdo’alah kepada-Ku niscaya Aku kabulkan do’amu, orang yang menyombongkan diri hingga tak hendak beribadah kepada-Ku sungguh mereka itu akan masuk neraka dalam keadaan hina dina(Q.S. 40; Al Mukmin ayat 60).

Manusia diperintahkan berdo’a karena kemampuannya terbatas, tidak semua rencana manusia dapat berhasil dengan sukses, dan harus mengharapkan bantuan Allah, karena Dialah yang maha Menentukan segala sesuatu. Dan segala yang dikehendakinya atau disetujuimya pasti akan terlaksana karena kalau di telah menginginka sesuatu , maka untuk terjadinya sesuatu itu bukup bagi-Nya dengan mengatakan Kun, maka terjadilah apa yang dikehendaki-Nya itu.

Sebagai hamba Allah yang baik jangan sampai lupa kepada Allah setelah do’a dikabulkan dan setelah lepas dari kesulitan dan penderitaan, karena  ada tabi’at manusia yang mudah sekali lupa diri setelah ia lepas dari kesulitan, Allah berfirman dalam menggambarkan tabiat manusia tersebut dalam surat 10; Yunus ayat 12 yang artinya:”Dan apabila manusia ditimpa bahaya dia berdo’a kepada Kami dalam keadaan berbaring, duduk atau berdiri, tetapi setelah Kami hilangkan bahaya itu dari padanya, dia kembali melalui jalannya yang sesat, seolah-olah dia tidak pernah berdo’a kepada Kami untuk menghilangkan bahaya yang telah menimpanya. Begitulah orang-orang yang melampaui batas memandang baik apa yang selalu mereka kerjakan”.

Allah senantiasa siap untuk mengabulkan do’a hamba-Nya, siang bahkan malam, apalagi pada saat-saat waktu yang tepat untuk berdo’a. Dari Abu Hurairah ra. Dari Rasulullah saw. bersabda : "Allah setiap malam turun ke langit dunia sampai lewat sepertiga malam yang pertama. Dia berfirman : "Akulah Raja. Akulah Raja. Barangsiapa yang berdo'a kepadaKu, maka Aku memperkenankannya, barangsiapa yang minta kepadaKu maka Aku memberinya. Barangsiapa yang mohon ampun kepadaKu maka Aku mengampuninya". Dan senantiasa demikian sampai fajar bersinar". (Hadits ditakhrij oleh Muslim).

Do’a mutlak diperlukan oleh manusia, karena manusia tidak tahu apa yang akan terjadi pada dirinya sekarang dan yang akan datang,  padahal manusia selalu menginginkan keberhasilan dalam mencapai apa yang diinginkannya, dan ingin terhindar dari hal-hal yang tidak baik atau merugikan dirinya, oleh karena itulah  ia memerlukan adanya kekuatan diluar dirinya untuk menyelesaikannya, dan hanya kepada Allah hal itu bisa diadukan, karena hanya Dia yang sanggup dan pantas melakukannya; “Atau siapakah yang memperkenankan (do`a) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdo`a kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan dan yang menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah di bumi? Apakah di samping Allah ada tuhan (yang lain)? Amat sedikitlah kamu mengingati-Nya”. (Q.S. 27; an-Naml ayat 62)

Nabi Zakaria AS karena sangat terharu melihat betapa pemurahnya Allah melimpahkan rezki kepada anak asuhnya Maryam yang amat taat dalam beribadah, dimana setiap dia masuk ke mihrab tempat Maryam bermunajat kepada Allah dia mendapati sudah ada makanan di sisi Maryam sebagai karunia yang langsung datang dari Allah. Karena sangat terharunya,  dengan spontan, walaupun dia sudah berusia lanjut (120 tahun), dan istrinyapun mandul. Dia meminta kepada Allah agar dikaruniai pula anak yang shaleh. Dan doanya itupun langsung dikabulkan oleh Allah dengan mengutus malaikat untuk menyampaikan berita gembira bahwa dia akan beroleh anak yang bernama Yahya, sebagaimana firman Allah dalam surat 3; Ali Imran ayat 38-41 yang artinya:”Di sanalah Zakaria mendo`a kepada Tuhannya seraya berkata: "Ya Tuhanku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar do`a". Kemudian Malaikat (Jibril) memanggil Zakaria, sedang ia tengah berdiri melakukan shalat di mihrab (katanya): "Sesungguhnya Allah menggembirakan kamu dengan kelahiran (seorang puteramu) Yahya, yang membenarkan kalimat (yang datang) dari Allah, menjadi ikutan, menahan diri (dari hawa nafsu) dan seorang Nabi termasuk keturunan orang-orang saleh." Zakaria berkata: "Ya Tuhanku, bagaimana aku bisa mendapat anak sedang aku telah sangat tua dan isterikupun seorang yang mandul?" Berfirman Allah: "Demikianlah, Allah berbuat apa yang dikehendaki-Nya". Berkata Zakaria: "Berilah aku suatu tanda (bahwa isteriku telah mengandung)". Allah berfirman: "Tandanya bagimu, kamu tidak dapat berkata-kata dengan manusia selama tiga hari, kecuali dengan isyarat. Dan sebutlah (nama) Tuhanmu sebanyak-banyaknya serta bertasbihlah di waktu petang dan pagi hari".




Dalam mengejar pangkat dan mendekati para pembesar banyak sekali orang berebut-rebut dan tamak, yang satu ingin melebihi yang lain, sehingga muncullah dengki lantaran memperturutkan hawa nafsu, semuanya menginginkan pangkat bertambah dan uang yang lebih banyak, sehingga seseorang tidak segan untuk menjatuhkan orang lain. Maka gelaplah akal lantaran nafsu, hilanglah hikmah lantaran hasad, kasih dan sayangpun jadi musnah, rasa benci malah memenuhi hati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar