Hanya dengan ungkapan :”Allaa ilaaha illaa
inta Subhaanaka Innii kuntu minazhzhaalimiin” yang artinya “bahwa tidak ada
Tuhan selain Engkau Maha Suci Engkau, Sesungguhnya aku termasuk orang yang
aniaya” Allah menyelamatkan nabi Yunus dari perut Ikan, dan menyelamatkannya
serta mengantarkannya ke tepi pantai, dan iapun bisa beryemu kembali dengan
kaumnya.
Dan hanya dengan ungkapan “Rabbi inii
massaniyadhdhurru wa anta arhamurraahimiin” yang artinya “Ya tuhanku,
sesungguhnya aku ditimpa oleh kemudharatan, sedangkan Engkau adalah Tuhan yang
paling pengasih dari sekalian yang pengasih”, Allah langsung mengangkat penyakit
nabi Ayyub AS dan mengembalikan keluarga dan hartanya yang jauh lebih baik dan
lebih banyak dari sebelum di ambil oleh Allah sebagai ujian untuk nya.
Allah swt menyambut setiap doa
(permohonan) hamba-hamba-Nya dengan dikabulkan, memberi si peminta tanpa batas,
dan bahkan memberi tanpa didahului oleh permohonan. Penerimaan doa atau
permohonan hamba-hamba-Nya tidak dibatasi dan disyaratkan dengan segala sesuatu
yang bisa merugikan mereka. Al-Mujiib juga berarti bahwa Allah menganjurkan
hamba-hamba-Nya agar senantiasa berdoa pada-Nya, seperti dalam firman-Nya, “Dan
bila hamba-hamba-Ku bertanya padamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwa Aku
adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa bila dia memohon
pada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah) Ku dan hendaklah
mereka beriman pada-Ku agar mereka mendapat petunjuk” (Q.S. 2; al-Baqarah: 186).
Allah
punya hak untuk mengabulkan do’a hamba-Nya, di tangan-Nyalah hak prerogatif
itu, tidak satupun makhluk yang kuasa mengabulkan do’a seseorang, karena memang
Allahlah tempat meminta, tempat memohon dan yang akan mengabulkannya. Dan Dia tidak
mungkin ditandingi oleh siapapun dalam pengabulan do’a. Allah bersifat Al
Mujiib, Yang Mengabulkan Do’a.
Do’a menurut bahasa adalah
minta pertolongan, memanggil, memuji, memohon, sedangkan dari segi istilah
yaitu permohonan hamba kepada Allah sebagai Khaliq, sekali gus
sebagai ibadah. “Berdo’alah
kepada-Ku niscaya Aku kabulkan do’amu, orang yang menyombongkan diri hingga tak
hendak beribadah kepada-Ku sungguh mereka itu akan masuk neraka dalam keadaan
hina dina”
(Q.S.
40; Al Mukmin ayat 60).
Manusia diperintahkan
berdo’a karena kemampuannya
terbatas, tidak semua rencana manusia dapat berhasil dengan sukses, dan harus mengharapkan bantuan
Allah, karena Dialah yang maha Menentukan segala sesuatu. Dan segala yang dikehendakinya atau
disetujuimya pasti akan terlaksana karena kalau di telah menginginka sesuatu ,
maka untuk terjadinya sesuatu itu bukup bagi-Nya dengan mengatakan Kun, maka
terjadilah apa yang dikehendaki-Nya itu.
Sebagai hamba
Allah yang baik jangan sampai lupa kepada Allah setelah do’a dikabulkan dan
setelah lepas dari kesulitan dan penderitaan, karena ada tabi’at manusia yang mudah sekali lupa
diri setelah ia lepas dari kesulitan, Allah berfirman dalam menggambarkan tabiat manusia tersebut dalam
surat 10; Yunus ayat 12 yang artinya:”Dan apabila manusia ditimpa
bahaya dia berdo’a kepada Kami dalam keadaan berbaring, duduk atau berdiri,
tetapi setelah Kami hilangkan bahaya itu dari padanya, dia kembali melalui
jalannya yang sesat, seolah-olah dia tidak pernah berdo’a kepada Kami untuk
menghilangkan bahaya yang telah menimpanya. Begitulah orang-orang yang
melampaui batas memandang baik apa yang selalu mereka kerjakan”.
Allah senantiasa siap untuk
mengabulkan do’a hamba-Nya, siang bahkan malam, apalagi pada saat-saat waktu yang tepat
untuk berdo’a. Dari Abu Hurairah ra. Dari Rasulullah saw. bersabda : "Allah
setiap malam turun ke langit dunia sampai lewat sepertiga malam yang pertama.
Dia berfirman : "Akulah Raja. Akulah Raja. Barangsiapa yang berdo'a
kepadaKu, maka Aku memperkenankannya, barangsiapa yang minta kepadaKu maka Aku
memberinya. Barangsiapa yang mohon ampun kepadaKu maka Aku mengampuninya".
Dan senantiasa demikian sampai fajar bersinar". (Hadits ditakhrij oleh Muslim).
Do’a mutlak
diperlukan oleh manusia, karena manusia tidak tahu apa yang akan terjadi pada
dirinya sekarang dan yang akan datang, padahal
manusia selalu menginginkan keberhasilan dalam mencapai apa yang diinginkannya,
dan
ingin terhindar dari hal-hal yang tidak baik atau merugikan dirinya, oleh karena
itulah ia memerlukan adanya kekuatan diluar
dirinya untuk menyelesaikannya, dan hanya kepada Allah hal itu bisa diadukan, karena hanya Dia yang sanggup dan
pantas melakukannya; “Atau siapakah yang memperkenankan (do`a) orang yang dalam
kesulitan apabila ia berdo`a kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan dan
yang menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah di bumi? Apakah di samping
Allah ada tuhan (yang lain)? Amat sedikitlah kamu mengingati-Nya”. (Q.S. 27;
an-Naml ayat 62)
Nabi Zakaria AS
karena sangat terharu melihat betapa pemurahnya Allah melimpahkan rezki kepada
anak asuhnya Maryam yang amat taat dalam beribadah, dimana setiap dia masuk ke
mihrab tempat Maryam bermunajat kepada Allah dia mendapati sudah ada makanan di
sisi Maryam sebagai karunia yang langsung datang dari Allah. Karena sangat
terharunya, dengan spontan, walaupun dia
sudah berusia lanjut (120 tahun), dan istrinyapun mandul. Dia meminta kepada
Allah agar dikaruniai pula anak yang shaleh. Dan doanya itupun langsung
dikabulkan oleh Allah dengan mengutus malaikat untuk menyampaikan berita
gembira bahwa dia akan beroleh anak yang bernama Yahya, sebagaimana firman
Allah dalam surat 3; Ali Imran ayat 38-41 yang artinya:”Di sanalah Zakaria
mendo`a kepada Tuhannya seraya berkata: "Ya Tuhanku, berilah aku dari sisi
Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar do`a". Kemudian
Malaikat (Jibril) memanggil Zakaria, sedang ia tengah berdiri melakukan shalat
di mihrab (katanya): "Sesungguhnya Allah menggembirakan kamu dengan
kelahiran (seorang puteramu) Yahya, yang membenarkan kalimat (yang datang) dari
Allah, menjadi ikutan, menahan diri (dari hawa nafsu) dan seorang Nabi termasuk
keturunan orang-orang saleh." Zakaria berkata: "Ya Tuhanku, bagaimana
aku bisa mendapat anak sedang aku telah sangat tua dan isterikupun seorang yang
mandul?" Berfirman Allah: "Demikianlah, Allah berbuat apa yang
dikehendaki-Nya". Berkata Zakaria: "Berilah aku suatu tanda (bahwa
isteriku telah mengandung)". Allah berfirman: "Tandanya bagimu, kamu
tidak dapat berkata-kata dengan manusia selama tiga hari, kecuali dengan
isyarat. Dan sebutlah (nama) Tuhanmu sebanyak-banyaknya serta bertasbihlah di
waktu petang dan pagi hari".
Dalam mengejar
pangkat dan mendekati para pembesar banyak sekali orang berebut-rebut dan
tamak, yang satu ingin melebihi yang lain, sehingga muncullah dengki lantaran
memperturutkan hawa nafsu, semuanya menginginkan pangkat bertambah dan uang
yang lebih banyak, sehingga seseorang tidak segan untuk menjatuhkan orang lain.
Maka gelaplah akal lantaran nafsu, hilanglah hikmah lantaran hasad, kasih dan
sayangpun jadi musnah, rasa benci malah memenuhi hati.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar