Sungguh aneh apabila ada orang yang merasa
dosanya tidak akan diampuni oleh Allah, karena sesungguhnya Allah Maha
Pengampun, dan tidak pernah perduli seberapa banyak dosa yang telah kita
lakukan, asal saja kita mau melakukan taubat nasuha.
Allah swt memberi ampunan tidak
terbatas pada hamba-hamba-Nya, tanpa harus mereka memohon terlebih dahulu. Kata
al-Ghafūr juga berarti menutupu aib atau kesalahan di dunia dan akhirat; juga
Allah swt memberi banyak ampunan. Sifat al-Ghafūr disebutkan sebanyak 91 kali dalam al-Quran.
Sebagian besar sifat al-Ghafūr bergandengan dengan sifat ar-Rahīm yang berarti
Maha Penyayang. Penyandingan sifat ar-Rahīm menunjukkan arti penegasan bahwa
dalam sifat ampunan Allah juga terdapat sifat kasih sayang yang diberikan Allah
pada setiap makhluk-Nya, baik mereka yang masih durhaka maupun yang berusaha
memohon ampunan kepada-Nya. Hal ini juga memberi kesan bahwa
sifat ghafur-Nya lebih merupakan derivasi dari sifat kasih dan sayang-Nya.
Kata “Al-Ghafuur” berasal dari kata dasar gha-fa-ra, sama dengan “Al-Ghaffaar” yang sama-sama merupakan nama sekaligus sifat Allah. Allah berfirman:"Dan sesungguhnya Aku Maha Pengampun bagi orang-orang yang bertaubat, beriman, dan beramal shaleh, kemudian ia tetap mengikuti jalan (petunjuk) yang benar." (QS. Thaaha: 82)
Bahkan kepada mereka yang telah melampaui batas dan tidak serta merta meminta ampunan sekalipun, Dia tetap berlapang untuk mengampuninya. "Katakanlah: Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. 39; Az-Zumar: 53)
Sebagai hamba-Nya kita patut meneladani sifat tersebut dengan senantiasa berlapang dada, memberi maaf kepada mereka yang dengan sengaja maupun tidak sengaja telah melakukan kesalahan kepada kita.
Dalam masalah yang satu ini Abu Bakar Ash-Shidiq patut diteladani. Ia tetap berlapang dada dan memberi maaf kepada orang yang telah memfitnah dan merusak nama baik keluarganya, padahal orang tersebut selama ini ditanggung segala kebutuhan hidupnya, termasuk sandang, papan, dan pangannya.Pada awalnya ia marah, tersinggung, bahkan terlontar suatu sumpah untuk tidak lagi menafkahi orang tersebut, tapi ia segera membatalkannya. Atas sikapnya itu Allah menurunkan firman-Nyadalam surat an-Nuur ayat 22:"Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka (tidak) akan memberi (bantuan) kepada kaum kerabat(nya), orang-orang yang miskin dan orang-orang yang berhijrah pada jalan Allah, dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."

Tidak ada komentar:
Posting Komentar