Allah Maha Pemaaf bagi orang-orang yang bersalah
atau berbuat dosa. Pemberian maaf ALlah tidak hanya pada orang-orang yang
sengaja meminta maaf, tetapi juga pada mereka yang tidak meminta maaf.
Pemberian maaf Allah sangat lah besar dan luas, karena tidak perlu menunggu
atau berharap pada hamba-hamba-Nya agar mereka meminta maaf. Di dalam al-Quran,
kata al-Afuww disebutkan dalam beberapa ayat, antara lain Q.S. an-Nisa'(4):
149. Dalam ayat itu disebutkan tentang besarnya sifat pemaaf yang dimiliki
Allah yang disandingkan dengan kata al-Qadir. Dalam beberapa ayat lain, kata
Afuww lebih sering disandingkan dengan kata Ghafur yang artinya Maha Pengampun,
sebagai isyarat bahwa sifat pemaaf Allah juga berkaitan dengan sifat pengampun,
seperti: Q.S. an-Nisa' (4): 99; al-Hajj (22): 60; dan surat 58;al-Mujadalah ayat 2
Allah Al Afuww, Yang Maha Pemaaf; dengan kasih sayang-Nya memberikan maaf dan ampunan kepada hamba-Nya yang
melakukan kesalahan, sebagai modal bagi hamba untuk memperbaiki diri dan
memulai hidup baru setelah gelimang dosa ditinggalkan. Bilamana manusia melakukan perbuatan dosa maka posisi mulianya akan hancur, kesalahan
itu tidaklah semestinya dilakukan terus
menerus, sehingga dia mau menyadari
kesalahannya tersebut dan dengan kerendahan hati kembali kepada Allah, Allah
yang maha pemaaf akan menerimanya dan mensucikannya kembali.
Kesalahan dan dosa bagi manusia adalah suatu kelaziman. Tidak ada manusia yang ma'shum, setebal apa pun
tingkat keimanannya, seluas apa pun ilmunya dan sedalam apa pun
ketakwaannya kepada Allah, selama dia adalah manusia, dia pasti suatu kali akan melakukan kesalahan dan dosa. "Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau
menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap
dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada
Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui." (QS.3; Ali Imran ayat 135).
Di sisi lain, manakala Allah menciptakan Bani Adam dengan kesalahan dan dosanya, Dia pun membuka peluang perbaikan selebar-lebarnya. Dia memanggil dan mengajak hamba-hambaNya agar memanfaatkan peluang tersebut sebaik-baiknya. Dan peluang ini senantiasa terbuka siang-malam sepanjang umur manusia atau umur dunia ini. Peluang tersebut adalah taubat untuk meraih ampunan Allah Ta’ala. FiRman Allah Ta’ala,"Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi)." (QS. 39; Az-Zumar ayat 54).
Dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wasallam, Allah Ta’ala berfirman dalam hadis qudsy,"Wahai hamba-hambaKu, sesungguhnya kalian melakukan kesalahan siang-malam dan Aku mengampuni seluruh dosa, Oleh karena itu mohonlah ampun kepadaKu, niscaya Aku mengampuni kalian."(HR. Muslim dari Abu Dzar).
Memaafkan juga diajarkan kepada hamba-Nya melalui kisah para nabi dan rasul
yang membuktikan bahwa memaafkan itu indah dan mendatangkan kebaikan,
tidak melampiaskan balas dendam atau
sakit hatinya terhadap orang lain, bahkan memaafkan karena Allah semata-mata. Orang yang
berhati emas seperti ini tinggi kedudukannya disisi Allah swt. Nabi Muhammad Saw, dalam perang Uhud mendapat luka
pada muka dan juga patah giginya, berkatalah salah seorang sahabatnya,
”Tolonglah tuan doakan agar mereka celaka”, Nabi menjawab, ”Aku sekali-kali
tidak diutus untuk melaknat seseorang, tetapi aku diutus untuk mengajak kepada
kebaikan dan sebagai rahmat”, lalu beliau menengadahkan tangannya kepada Allah
dan berdo’a, ”Ya Allah ampunilah kaumku, karena mereka tidak mengetahui”.
Allah berfirman dalam surat 3; Ali Imran ayat 159;”Maka disebabkan rahmat Allah dan karena Allahlah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka.
Sekiranya kamu bersikap kasar lagi keras, tentulah mereka menjauhkan diri dari
sekelilingmu. Karena itulah maafkan mereka, mohonlah ampun bagi mereka, dan
bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah
membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya’.
Allah maha memaafkan orang-orang yang berbuat dosa, dengan tidak
menyegerakan siksaan bagi mereka, serta mengampuni dosa-dosa mereka. Maka Allah
menghapuskan dosa dan bekas-bekasnya dari diri mereka. Inilah sifat Allah yang
tetap dan terus ada pada zat-Nya (yang maha mulia), dan inilah perlakuan-Nya
kepada hamba-hamba-Nya di setiap waktu, (yaitu) dengan pemaafan dan pengampunan
Sifat al-‘afw (memaafkan)
dua macam:
Yang pertama: pemaafan-Nya yang
(bersifat) umum bagi semua orang yang berbuat maksiat, dari kalangan
orang-orang kafir maupun yang selain mereka. (Yaitu) dengan tidak menimpakan
siksaan yang telah ada sebab-sebabnya, yang seharusnya menjadikan mereka
terhalangi dari kenikmatan (duniawi yang mereka rasakan), padahal mereka menentang-Nya
dengan mencela-Nya (menisbatkan sifat-sifat yang tidak layak bagi-Nya),
menyekutukan-Nya dan melakukan berbagai macam penyimpangan lainnya. (Bersamaan
dengan itu) Allah (tetap) memaafkan (menangguhkan siksaa-Nya), memberi rezki
dan menganugerahkan berbagai macam nikmat (duniawi) lahir dan batin kepada
mereka.
Yang kedua: Pemaafan dan pengampunan-Nya
yang (bersifat) khusus bagi orang-orang yang bertaubat, yang meminta ampun,
yang berdoa dan menghambakan diri (kepada-Nya), demikian pula bagi orang-orang
yang mengharapkan (rahmat-Nya) dengan musibah-musibah yang menimpa mereka. Maka
semua orang yang bertaubat kepada-Nya dengan tobat yang nashuha, maka Allah akan mengampuni dosa apapun yang
dilakukannya, (baik itu) kekafiran, kefasikan maupun maksiat (lainnya). Semua
dosa tersebut termasuk dalam (keumuman) firman Allah Ta’ala, “Katakanlah: Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap
diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah,
sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (QS. 39; Az-Zumar:53)
Semoga
kita termasuk orang yang selalu melakukan istighfar(meminta ampun
kepada Allah) secara kontinyu, meminta pemaafan, selalu bertobat, mengharapkan
pengampunan dan tidak berputus asa (dari rahmat-Nya), karena Allah Ta’ala Maha
Pema’af lagi Maha Pengampun, sangat mudah bagi-Nya untuk mengampuni dosa
(hamba-hamba-Nya) bagaimanapun besarnya dosa dan maksiat tersebut. Maka seorang
hamba senantiasa berada dalam kebaikan yang agung selama dia selalu meminta
pemaafan dan mengharapkan pengampunan dari Allah.



