Tidak
ada satupun pelaku yang melakukan kemaksiatan di satu kurun waktu tertentu,
kapanpun dan di tempat manapun, baik yang tersembunyi ataupun terbuka, di dasar
laut atau di permukaannya, di langit, di bumi atau di manapun, kecuali pasti di
lihat, di awasi dan berada dalam kekuasaan serta ancaman hukum Allah Azza wa
Jalla.
Demikian
juga, tidak ada satupun pelaku yang menegakkan kebenaran serta ketaatan kepada
Allah, di satu kurun waktu tertentu, kapanpun serta di tempat manapun; di
darat, laut, langit, bumi atau di manapun, kecuali pasti di lihat, di sertai,
di bela dan dijanjikan balasan yang baik oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Azh-Zhaahir adalah Maha
Nyata, Maha Real. Allah adalah Tuhan yang benar-benar nyata. Sifat nyata (real) pada diri Allah tentu bukan secara fisik, tetapi
secara spiritual. Arti nyata (real) pada kata sifat azh-Zhahir yang disandarkan
pada Allah, tidak sama dengan “empiris” (empirical) yang hanya diukur dengan
panca indra semata. Jika kita mengatakan bahwa pikiran itu ada dalam otak, maka
otak yang berupa susunan syaraf itu adalah “empiris”. Sedang pikiran yang
bersemayam dalam otak adalah “real”. Oleh karena itu, jika ingin merasakan
bahwa Allah benar-benar real, kita harus memaksimalkan aspek real yang ada
dalam fisik kita, seperti pikiran dan hati nurani. Sifat azh-Zhahir pada Allah
disebut dalam Q.S. al-Hadid (57): 3 yang bersandingan dengan sifat al-Awwal,
al-Akhir, dan al-Bathin yang diakhiri dengan sifat al-Alim (Maha Mengetahui
segala sesuatu). Dengan menggunakan akal pikiran dan hati nurani, kita akan
bisa mengenal dan merasakan bahwa Allah itu benar-benar nyata, baik wujud-Nya,
penciptaan-Nya, maupun hikmah dan pengaturan-Nya.
Diriwayatkan dari Abi Hurairah
Rasulullah SAW bersabda:"Engkau adalah
Az-Zahir, tidak ada sesuatupun di atas-Mu, Engkau adalah Al-Batin, tidak ada
sesuatupun yang berada di balik-Mu." (HR. Muslim)
Az-Zhaahir dalam hadits ini ditafsirkan dengan makna
tinggi, maka Allah Ta'ala Maha Tinggi di atas segala sesuatu. Sebagian orang
menafsirkan zahir dengan makna tampak. Maksudnya adalah Dia tampak bagi akal
berdasarkan bukti-bukti akan keberadaan-Nya dan keesan-Nya. Maka Dia Zahir berdasarkan dalil-dalil yang
menunjukkannya, serta perbuatan-perbuatan-Nya yang menunjukkan ilmu
tentang-Nya. Dia adalah zahir, dapat diketahui berdasarkan akal dan dalil. Dia
adalah batin, tidak tampak sebagaimana tampaknya segala sesuatu di dunia. Allah
Ta'ala adalah Az-Zahir berdasarkan hikmah dan penciptaan-Nya serta seluruh
nikmat-Nya yang telah dia berikan. Dia adalah Al-Bathin, tertutup hakikat-Nya,
baik dzat, cara dan sifat-sifat-Nya.
Azh Zhahir, Allah Yang Nyata, segala ciptaan-Nya nyata
adanya sehingga dengan jalan itu kita akan mengenal-Nya. Mengenal Allah lewat
memahami asma ul husna, yaitu nama-nama Allah yang baik seperti Allah sebagai
Rabb, Allah sebagai Penguasa Raya dan Allah sebagai Ilah yang wajib disembah. Mengenal Allah adalah suatu
azas yang berdiri atasnya seluruh kehidupan ruhani. Dari sinilah kita mengenal
para Nabi dan Rasul, mengenal tugas dan sifatnya serta hajat manusia kepada
risalahnya, mengenal mu’jizat, karomah dan kitab-kitab samawi, mengenal
malaikat, jin, ruh dan hari akhir.
Dengn mengenal Allah Seseorang pasti akan tahu tujuan hidupnya, tujuan mengapa
ia diciptakan dan untuk apa ia berada di atas dunia ini. Oleh sebab itu ia
tidak akan terpedaya oleh harta benda dunia. Sebaliknya seseorang yang tidak
mengenal Allah, tentu ia akan terpedaya dan terpukau oleh indahnya dunia
Agar
kita bisa mengenal Allah dengan sifat Azh-Zhahirnya dapat dilakukan melalui akal, akal adalah jalinan fikir dan rasa, kalau
kita mencari kebenaran Allah dengan fikir saja maka banyak hal yang tidak kita
ketemukan karena fikir hanya berorientasi kepada materi, dan sebaliknya bila
kita mencari kebenaran Allah dedngan rasa saja maka tidak sedikit orang yang
akhirnya terjerumus kepada wihdatul wujud, artinya Tuhan itu bisa menyatu pada pribadinya.
Keberadaan atau kenyataan adanya Allah dapat
diketahui melalui ayat-ayat-Nya baik dalam bentuk ayat Qur’aniyah maupun
ayat-ayat kauniyah. Bahwa Alam yang luas ini tidak mungkin ada kalau tidak ada
yang menciptakannya, bahwa alam ini yercipta dengan serba keteraturan yang
menurut pemikiran akal tidak mungkin bisa seperti itu kalau tidak diciptakan
oleh pencipta yang sangat ahli, bahwa kehidupan
di dunia ini terjadi dari berbagai jenis dan bentuknya, jenis hewan dan
tumbuh-tumbuhan saja luar biasa banyaknya, bahkan jumlah manusia dari sekian
abad tidak ada yang sama dari bentuk wajah dan sifat dan perangainya artinya
masing-masing makhluk itu punya kepribadian sendiri-sendiri, yang tidak mungkin terjadi kalau tidak diciptakan oleh
pencipta yang sangat ahli, makanya dalam surat 67; Al Mulk ayat 3 Allah berfirman yang
artinya:”Yang
telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. kamu sekali-kali tidak melihat
pada ciptaan Tuhan yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah
berulang-ulang, Adakah kamu Lihat sesuatu yang tidak seimbang?”.
Allah
adalah Azh-Zhaahir, Yang Maha Nyata,
nyata kekuasaan-Nya,
nyata keberadaan-Nya,
tak satupun ilmu yang mampu membantahnya, tak satupun manusia
yang punya akal yang bisa menentangnya.
Semakin tinggi pengetahuan manusia maka semakin banyak manusia yang akan menerima keberadaan-Nya, Maha Tinggi yang tidak ada sesuatupun bisa
menandingi-Nya. Maha Nyata sehingga tidak ada
sesuatupun yang tersembunyi dari-Nya

Tidak ada komentar:
Posting Komentar