Senin, 14 November 2016

PERMATA INDAH ASMAAUL HUSNAA (68) AL-AHAD ( YANG MAHA ESA )

Allah swt Maha Esa meliputi zat, sifat, dan perbuatan-Nya. Kesatuan esa-Nya menjadikan Allah swt sebagai satu-satunya yang esa sejati dan mutlak; tidak semu dan tidak bergantung sama sekali pada siapa dan apa pun. Sifat satu atau tunggal pada Allah tidak mengandung arti satu yang berbilang atau satu yang semu. Satu pada diri Allah berarti satu sejati, mutlak, dan tidak pernah dimasuki unsur-unsur di luar diri-Nya. Salah satu ayat yang sering dijadikan rujukan adalah ayat, “Katakanlah, “Dia-lah Allah, Yang Maha Esa” (Q.S. al-Ikhlash: 1).
Sejak kehadiran Adam As sebagai manusia pertama di dunia ini, sudah diajarkan kepadanya tentang eksistensi Allah sebagai Tuhan yang disembah, ditaati segala titahnya, Tuhan dengan segala kesempurnaannya memiliki sifat yang tidak sama dengan makhluk-Nya, Allah itu ahad maksudnya adalah Allah saja yang memiliki sifat, pekerjaan dan zat-Nya yang tidak sama dengan makhluk-Nya.

Allah ahad atas sifatnya, hanya Dia saja yang mempunyai kesempurnaan sifat, walaupun makhluknya diberi sifat yang sama penyebutannya dengan sifat Allah maka sifat makhluk tadi tidaklah sama dengan sifat Allah.  Allah ahad atas pekerjaan-Nya adalah hanya Allah saja yang mampu berbuat demikian menurut kehendak-Nya. Walaupun pekerjaan makhluk-Nya sama penyebutannya dengan pekerjaan Allah tapi tidaklah sama kemampuan dan kualitas yang dihasilkan-Nya.

 Allah ahad dari segi zat-Nya, kejadian Allah tidak sama dengan kejadian makhluk demikian pula zat kejadian Allah tidak satupun makhluk berkewajiban untuk mengetahuinya, dengan tegas Allah menyebutkan eksistensi-Nya dalam surat 112; Al Ikhlas ayat 1-4 yang artinya:”
1. Katakanlah: "Dia-lah Allah, yang Maha Esa.
2. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.
3. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan,
4. dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia."

Karena keesaan Allah inilah yang membuat para nabi dan penyeru kebenaran dimusuhi oleh semua penyembah berhala dan penganut kemusyrikan, mereka mengakui bahwa Allah sebagai Tuhan tapi bukan satu-satunya, masih ada Tuhan lain yang ditaati aturannya, diberikan sesajian, disembah dengan segenap pengabdian. Sehingga keesaan Allah dicemari dengan kemusyrikan dan kemunafikan. Penyelewengan sejarah ini sudah terjadi sepanjang perjalanan  manusia di dunia ini, keinginan untuk menyembah kepada Allah sebagai satu-satunya Tuhan dikotori oleh oknum-oknum yang ingin menyesatkan dirinya dan juga menyesatkan manusia lainnya dikemudian hari, penyesatan itu terbentang jelas dilakukan oleh para ahli kitab yang menanamkan doktrin bahwa Tuhan ini bukan satu tapi dua atau tiga sebagaimana yang digambarkan Allah dalam surat 4;  An Nisa' ayat 171 yang artinya:”Wahai ahli kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu, dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar. Sesungguhnya Al Masih, Isa putera Maryam itu, adalah utusan Allah dan (yang diciptakan dengan) kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam, dan (dengan tiupan) roh dari-Nya. Maka berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan janganlah kamu mengatakan: "(Tuhan itu) tiga", berhentilah (dari Ucapan itu). (itu) lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah Tuhan yang Maha Esa, Maha Suci Allah dari mempunyai anak, segala yang di langit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya. Cukuplah Allah menjadi Pemelihara.

Konsekwensi kemusliman seseorang ialah pengakuan dalam hati dengan keimanan yang mantap, pengucapan melalui lisan dan pengamalan dalam kehidupan sehari-hari bahwa Allah itu ahad atau esa, hal ini dibuktikan oleh para nabi dan para rasul pada masa dahulu, sebagaimana ketika Nabi Muhammad ditawari oleh orang kafir Quraisy untuk sama-sama menyembah Allah satu minggu dan minggu berikutnya sama-sama pula menyembah berhala, hal ini ditolak oleh Nabi tidak sesuai dengan konsep ketuhanan yang tauhid yaitu ahad, permintaan kafir Quraisy itu dilarang Allah untuk direalisasikan. Surat 109; Al Kafirun ayat 1-5 yang artinya:”Katakanlah: "Hai orang-orang kafir, Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang Aku sembah. Dan Aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah, Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang Aku sembah".


Dalam al Qur’an, kata Allah dalam banyak varian disebutkan dalam jumlah yang sangat besar. Kata Allah disebutkan sebanyak 2.698 dalam berbagai konteks, peristiwa dan sifat-sifat-Nya. Sebutlah nama Allah, maka hati menjadi tenang. Ingatlah nama Allah, maka semuanya menjadi terang. Dzikirkan selalu kata Allah, dengan izin-Nya, takkan ada penghalang. Sebutlah Allah. Kapan saja. Dimana saja. Ingatlah Allah, dalam diam, dalam gerak, saat sepi, saat ramai. Niscaya Dia akan menjagamu, melapangkan jalanmu dan memudahkan urusanmu, mendekatkan yang jauh dan merapatkan yang jarang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar