Ketika terjadi hujan yang lebat dan terus menerus, bendungan
tidak mampu lagi menampung air yang semakin membanjir maka akhirnya bendungan
Ma’arib jebol dan porak poranda
dengan menelan korban yang tidak sedikit dan lahan
pertanian negeri Saba’ hancur
berantakan sebagai balasan atas kekufuran mereka.
dalam surat 34; Saba’ ayat 16 Allah menerangkan yang artinya:”Maka Kami datangkan kepada
mereka banjir yang besar yang menghancurkan segalanya dan Kami ganti
kebun-kebun mereka itu dengan kebun-kebun yang ditumbuhi pohon-pohon berbuah
pahit dan semacam pohon cemara dan sedikit pohon bidara”.
Allah
swt berkuasa mutlak mematikan segala sesuatu yang hidup karena Dia lah yang
menciptakan kehidupan dan kematian sekaligus. Kata al-Mumiit juga berarti bahwa Allah swt berkuasa mematikan
iman para hamba-Nya, juga mematikan hati mereka yang condong pada kekufuran dan
keingkaran. Di dalam al-Quran disebutkan, “Katakanlah: “…tidak ada Tuhan (yang
berhak disembah) selain Dia, Yang menghidupkan dan mematikan, maka berimanlah
kamu kepada Allah dan Rasul Nya…” (Q.S. 7; al-A’raf ayat
158).
Menciptakan
dan menghidupkan ciptaan-Nya mudah bagi Allah, apalagi membuat ciptaan-Nya mati
ataupun hancur sebagaimana sediakala dan hanya kepada-Nyalah segala sesuatu
dikembalikan, karena memang Dia Yang Maha Menghidupkan dan yang Maha Mematikan; ”Dia-lah
yang menghidupkan dan mematikan dan hanya kepada-Nya-lah kamu dikembalikan.”(QS. 10 Yunus ayat 56)
Al-Hayy adalah nama Allah yang paling mulia yang bergandengan
dengan Al-Qayyuum, dia terdapat dalam ayat kursi, dalam surat 2 Al-Baqarah ayat
255 yang artinya:”Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Al-Haayyul-Qayyuum ( Yang Hidup kekal lagi
terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur.
Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa`at
di sisi Allah tanpa izin-Nya. Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka
dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah
melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan
Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha
Besar.
kematian
adalah sesuatu yang pasti akan terjadi, tetapi
hanya Allah yang mengethui dan menetapkannya, tidak seorangpun yang bisa lari
dan menghindar dari kematian, karena Allah telah mempersiapkan petugas yang
kerjanya hanya untuk mencabut nyawa yang bekerja dengan sangat teliti dan tidak
mau merobah ketentuan yang sudah ditetapkan itu baik memajukan ataupun
memundurkannya. yang pasti, lainnya tak ada yang pasti.Namun,
manusia tak pernah siap menghadapi maut dan cenderung lari darinya. Allah berfirman dalam surat 62; al-Jumu’ah ayat 8 yang
artinya:”Katakanlah: "Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya,
maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan
dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu
Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan".
Ada beberapa istilah yang dipergunakan Allah
SWT yang berarti kematian, pertama, kata al-maut menunjuk pada
terlepasnya (berpisah) ruh dari jasad manusia. Kepergian ruh membuat badan tak berdaya dan
kemudian hancur-lebur menjadi tanah. Sebagaimana firman-Nya
dalam surat 20; Thaahaa ayat 55 yang artinya; ” Darinya
(tanah) itulah Kami menciptakan kamu dan kepadanyalah Kami akan mengembalikan
kamu, dan dari sanalah Kami akan mengeluarkan kamu pada waktu yang lain."
Kedua,
kata wafat. Yang
berarti atau mrmbayar secara tunai, orang mati dinamakan wafat
karena ia sesungguhnya sudah sempurna dalam menjalani hidup di dunia ini. Oleh
sebab itu, kita tak perlu berkata, sekiranya tak ada bencana alam si fulan
tidak akan mati. Allah berfirman dalam surat
39; az-Zumaar ayat 42 yang artinya:” Allah mewafatkan jiwa
(orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati di waktu
tidurnya; maka Dia tahanlah jiwa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya
dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditentukan. Sesungguhnya
pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang
berfikir.
Ketiga, kata al-ajal. adalah batas akhir
dari usia (perjalanan hidup manusia) di dunia. Allah berfirman dalam surat 7;
ak-A’raaf ayat 34 yang artinya:” tiap-tiap umat
mempunyai batas waktu; Maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat
mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak dapat (pula) memajukannya”
Keempat,
kata al-ruju' (raji'),
mengandung makna kembali atau pulang.Kematian berarti perjalanan pulang atau
kembali kepada asal, yaitu Allah SWT. Karena itu, kalau ada berita kematian,
kita baiknya membaca istirja', Inna Lillah wa Inna Ilaihi Raji'un sebagaimana dalam firmannya dalam surat 2; Al-Baqarah ayat
156 yang artinya:”(yaitu) orang-orang yang
apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa
ilaihi raaji'uun".
Sangat
mudah bagi Allah untuk mematikan hamba-Nya, banyak cara yang terjadi untuk
mengakhiri kehidupan makhluk di dunia ini seperti diturunkan-Nya musibah dan
bencana, banjir yang menewaskan korban sekian banyak, gempa dengan tsunami yang
memporakporandakan sebuah negarapun bisa terjadi, longsor yang meluluh
lantakkan sebuah perkampungan, gunung meletus dengan lahar panas yang mematikan dan
menghancurkan sarana kehidupan, angin kencang yang menjungkirbalikkan pertanian
dan perikanan, kapal yang terbakar, pesawat yang jatuh, serta
sekian banyaknya alat dan cara yang mengakhiri kehidupan makhluk di dunia
ini, tak satupun makhluk yang bisa lari dari kematian, semuanya akan berakhir
sesuai dengan ajal dan ketentuannya.
Sejarahpun telah mencatat bagaimana
Allah mengakhiri kehidupan kaum Nabi Nuh, Nabi Shaleh dan kaum-kaum yang lain,
sangat mudah sekali dan waktu yang tidak begitu lama menelan korban tidak
sedikit, melalui azab dan musibah sangat efektif sekali bagi Allah mematikan
hamba-Nya sebagaimana firman-Nya dalam Al Qur’an
surat 11; Huud ayat 44 yang artinya:”041. Dan Nuh berkata: "Naiklah kamu
sekalian ke dalamnya dengan menyebut nama Allah di waktu berlayar dan
berlabuhnya." Sesungguhnya Tuhanku benar-benar Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang. 042. Dan bahtera itu berlayar membawa mereka dalam gelombang laksana
gunung. Dan Nuh memanggil anaknya sedang anak itu berada di tempat yang jauh
terpencil: "Hai anakku, naiklah (ke kapal) bersama kami dan janganlah kamu
berada bersama orang-orang yang kafir." 043. Anaknya menjawab: "Aku
akan mencari perlindungan ke gunung yang dapat memeliharaku dari air bah!"
Nuh berkata: "Tidak ada yang melindungi hari ini dari azab Allah selain
Allah (saja) Yang Maha Penyayang". Dan gelombang menjadi penghalang antara
keduanya; maka jadilah anak itu termasuk orang-orang yang ditenggelamkan. 044.
Dan difirmankan: "Hai bumi telanlah airmu, dan hai langit (hujan)
berhentilah," Dan airpun disurutkan, perintahpun diselesaikan dan bahtera
itupun berlabuh di atas bukit Judi, dan dikatakan: "Binasalah orang-orang
yang zalim”.
Allah telah mengakhiri kehidupan ummat di
zaman Nabi Shaleh yang mengingkari kerasulannya,
padahal bukti-bukti kenabian itu sudah jelas ditunjukkan kepada mereka,
ditimpakan kepada mereka azab dengan suara
keras yang mengguntur, demikian cepatnya mereka dihancurkan oleh guntur itu,
sehingga mereka hancur lebur, tanpa bekas, seakan-akan mereka tidak pernah ada. “ dan satu suara keras
yang mengguntur menimpa orang-orang yang zalim itu, lalu mereka mati
bergelimpangan di rumahnya, seolah-olah mereka belum pernah berdiam di tempat
itu. Ingatlah, Sesungguhnya kaum Tsamud mengingkari Tuhan mereka. Ingatlah,
kebinasaanlah bagi kaum Tsamud”
(QS. 11 Huud ayat 67-68)
Begitu
pula Allah mengakhiri hidup manusia melalui berbagai penyakit yang berjangkit
di dunia ini, selain memang penyakit itu merupakan wabah untuk mengakhiri
hidupnya seseorang tapi mungkin saja itu merupakan azab yang akan
mengakhirinya, bagaimana mudahnya Allah menciptakan dan memusnahkan makhluk-Nya
karena memang semuanya berada di atas kekuasaan-Nya, tak satupun makhluk dapat
lari dari ketentuan-Nya.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar