Allah swt berdiri sendiri,
tidak memiliki bagian-bagian, dan tidak berdua. Keesaan Allah swt tidak sama
(misalnya) dengan satu atau esanya manusia yang di dalamnya masih memiliki
unsur darah, tulang, kulit, saraf, dan lainnya. Kata al-Waahid disebutkan sekitar 22 kali dalam al-Quran.
Sebagian besar digandengkan dengan kata Ilaah hingga
menjadi Ilaah Waahid
(artinya Tuhan Yang satu), seperti dalam ayat, “Dan Tuhanmu adalah Tuhan Yang
Maha Esa; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang Maha
Pemurah lagi Maha Penyayang” (Q.S. al-Baqarah: 163).
Al Wahid
adalah salah satu dari nama-nama yang baik yang dimiliki Allah yang berarti
Allah itu satu atau tunggal, tidak ada Tuhan yang lain selain Dia. Sejak dahulu manusia berusaha
mencari perlindungan yang dapat dijadikan sebagai Tuhan, ada yang mengambil
berhala sebagai sembahannya, ada yang berupa batu besar, pohon kayu dan laut dijadikan sebagai
Tuhannya, hal ini merupakan fithrah manusia. Manusia bagaimanapun adalah makhluk
lemah yang membutuhkan tempat bersandar dan mencari kekuatan lain yang
dianggapnya mampu memberi bantuan kepadanya sehingga tanpa ilmu mereka jadikan
selain Allah sebagai Tuhannya.
Bila
tanpa bimbingan wahyu dari yang Maha Kuasa sungguh banyaklah manusia yang sesat
jalan hidupnya, sedangkan wahyu dan para Nabi diturunkan untuk membimbing dan
mengajak mereka untuk menyembah Allah masih juga terjadi penyelewengan.
Abul A’la Al Maududi
berpendapat,”Adapun yang patut dianggap sebagai Tuhan ; yang menduduki
singgasana kekuasaan yang mutlak atas seluruh alam semesta, langit, bumi serta
seluruh isinya. Yang demikian ini hanyalah Allah swt. Padanya tergantung
seluruh kebutuhan makhluk. Maka adalah palsu prediket ketuhanan bagi sesuatu
yang tidak mutlak kekuasaannya dan tidak tergantung padanya kebutuhan-kebutuhan seluruh makhluk.
Malah justru bertentangan dengan logika kenyataan.
Al Wahid adalah pengakuan hamba kepada Allah bahwa siap menjadikan Allah sebagai Tuhan yang Esa tanpa ada Tuhan-Tuhan lain sebagai tandingan, inilah yang
dijelaskan oleh
Allah kepada orang-orang ahlikitab agar janganmenjadikan manusia bahkan seorang nabipun sebagai Tuhan apa lagi sebagai anak tuhan karena Allah adalah Esa, tidak ada sekutu baginya; Allah
berfirman dalam surat 4; an-Nisaa’ ayat 171 yang artinya:”Wahai Ahli Kitab,
janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu, dan janganlah kamu mengatakan
terhadap Allah kecuali yang benar. Sesungguhnya Al Masih, `Isa putera Maryam
itu, adalah utusan Allah dan (yang diciptakan dengan) kalimat-Nya yang
disampaikan-Nya kepada Maryam, dan (dengan tiupan) roh dari-Nya. Maka
berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan janganlah kamu mengatakan:
"(Tuhan itu) tiga", berhentilah (dari ucapan itu). (Itu) lebih baik
bagimu. Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa, Maha Suci Allah dari mempunyai
anak, segala yang di langit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya. Cukuplah Allah
sebagai Pemelihara”.
Al Wahid, adalah ketegasan dan kejelasan aqidah yang dianut oleh ummat ini, untuk tidak menserikatkan Allah
dengan yang lain karena apa
yang ada di langit dan
di bumi ini mutlak milik Allah, tidak ada serikat atau campur tangan yang lain di
dalamnya, tuhan-tuhan yang lain itu sangatlah lemahnya, yang tidak dapat memberikan manfaat dan mudharat kepada penyembahnya; Allah
berfirman dalam surat 25; al-Furqaan ayat 2-3 yang artinya: “Yang kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan bumi,
dan dia tidak mempunyai anak, dan tidak ada sekutu baginya dalam
kekuasaan(Nya), dan dia Telah menciptakan segala sesuatu, dan dia menetapkan
ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya. Kemudian mereka mengambil tuhan-tuhan
selain daripada-Nya (untuk disembah), yang tuhan-tuhan itu tidak menciptakan
apapun, bahkan mereka sendiri diciptakan dan tidak Kuasa untuk (menolak)
sesuatu kemudharatan dari dirinya dan tidak (pula untuk mengambil) suatu
kemanfaatanpun dan (juga) tidak Kuasa mematikan, menghidupkan dan tidak (pula)
membangkitkan” . Dalam sebuah Hadits Qudsi Allah memperingatkan manusia, bila tidak mau
menyembah-Nya dengan ajaran tauhid, maka carilah Tuhan lain yang dianggap
sebagai tandingan Allah, dengan syarat keluar dari bumi Allah ini dan cari bumi
lain, padahal tidak ada bumi lain yang layak dihuni selain bumi ini, walaupun
kelak ada bumi baru lain yang cocok untuk ditempati manusia maka bolehlah pindah
kesana, tapi itupun milik Allah karena seluruh apa yang ada di jagad raya ini
adalah kepunyaan Allah.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar