Allah swt
adalah satu-satu-Nya eksistensi yang berhak menjadi sandaran untuk segala
pertolongan. Allah swt menjadi tujuan sekaligus sandaran dari segala harapan
dan pertolongan. Allah memiliki sifat
ash-Shamad yang artinya Tuhan di mana segala sesuatu bergantung pada-Nya.
Allah
adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu, karena sesuatu itu
tidak ada artinya tanpa bantuan dari Allah, sejak dari kehidupan, rezeki dan
masa depan manusia, semuanya tergantung kepada Allah, manusia sebagai makhluk
hanya mengikuti scenario hidup yang dirancang-Nya, inilah keyakinan tauhid bagi
seorang muslim.
Jika
tauhid difahami secara benar, maka manusia akan terbebas dari penyembahan
selain Allah SWT: manusia akan bebas terhadap rasa takut dari kematian, kekhawatiran atas rezeki, manusia akan terbebas dari
sikap bakhil dan ketakutan terhadap hari-hari yang akan datang. Rasulullah saw juga menyatakan bahawa rezeki di
dunia sudah dijamin dan ditentukan oleh Allah SWT: "Dan tidak ada
suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah- lah yang memberi rezekinya.
" (QS. 11; Hud ayat 6)
Jibril
mewahyukan kepada Rasul saw bahawa suatu jiwa tidak akan memenuhi ajalnya
sehingga rezekinya disempurnakan. Jika demikian halnya, maka tidak ada alasan
bagi manusia untuk khawatir terhadap rasa lapar dan gelisah terhadap hari esok. Semua ini terjadi dalam ruang lingkup mengambil
atau melalui jalan-jalan menuju sebab. Yakni
berusaha untuk mencapai rezeki yang merupakan kewajiban bagi orang Muslim dan percaya terhadap
kedermawan Allah SWT yang juga merupakan suatu kewajipan bagi orang Muslim
untuk mempercayainya. Allah SWT berfirman: "Dan di langit
terdapat (sebab-sebab) rezekimu dan terdapat (pula) apa yang dijanjikan
kepadamu. " (QS.
51; adz-Dzariat ayat 22)
Allah
tempat bergantung, Dialah Ash Shamad, semuanya menyandarkan kebutuhan dan
kepentingan kepada-Nya, rezeki yang disediakan tinggal dicari dan digali saja
lagi, pengetahuan yang dibentangkan seluas lautan tinggal di kaji, kesehatan
yang disediakan harus dijaga untuk kepentingan kehidupan yang lebih baik,
ketergantungan kepada Allah tidak boleh dibebankan kepada yang lain;
1.
Katakanlah: "Dia-lah Allah, yang Maha Esa.
2.
Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.
3.
Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan,
4.
dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia." (QS. 112Al
Ikhlas ayat 1-4)
Ketergantungan
kepada Allah akan memberikan kemudahan kepada manusia sehingga terjaga dan
berada dalam pengawasan-Nya dimanapun berada, dilindungi, diberi pertolongan
dan diselamatkan dari kejahatan siapapun. Dari
Abu Al Abbas Abdullah bin Abbas radhiallahuanhuma, beliau berkata : Suatu saat
saya berada dibelakang nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam, maka beliau bersabda
: Wahai ananda, saya akan mengajarkan kepadamu beberapa perkara: Jagalah Allah,
niscaya dia akan menjagamu, Jagalah Allah niscaya Dia akan selalu berada
dihadapanmu. Jika kamu meminta, mintalah kepada Allah, jika kamu memohon
pertolongan, mohonlah pertolongan kepada Allah. Ketahuilah sesungguhnya jika
sebuah umat berkumpul untuk mendatangkan manfaat kepadamu atas sesuatu, mereka
tidak akan dapat memberikan manfaat sedikitpun kecuali apa yang telah Allah
tetapkan bagimu, dan jika mereka berkumpul untuk mencelakakanmu atas sesuatu ,
niscaya mereka tidak akan mencelakakanmu kecuali kecelakaan yang telah Allah
tetapkan bagimu. Pena telah diangkat dan lembaran telah kering. (Riwayat Turmuzi dan dia berkata : Haditsnya hasan
shahih).
Allah
adalah tempat bergantung bagi makhluk-Nya karena diri manusia bahkan dunia ini
dalam genggaman-Nya, apa yang dilakukan oleh manusia akan dibalas sesuai dengan
kualitasnya, dan Allah tidak membutuhkan tempat bergantung dari yang lain, Dia
mampu berbuat sekehendak-Nya tanpa dipengaruhi oleh siapapun; “Dan Barangsiapa yang
berjihad, Maka Sesungguhnya jihadnya itu adalah untuk dirinya
sendiri.Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu)
dari semesta alam. dan orang-orang yang beriman dan beramal saleh,
benar-benar akan Kami hapuskan dari mereka dosa-dosa mereka dan benar-benar
akan Kami beri mereka Balasan yang lebih baik dari apa yang mereka kerjakan.”(QS. 29; Al
Ankabut ayat 6-7)
Allah
Ash Shamad, tempat bergantung makhluk-Nya, yang menandakan kejernihan iman dan
kebersihan tauhid sehingga harus menjauhkan segala sesuatu yang mengaku-ngaku
sebagai tempat bergantung. Rusaknya iman seseorang karena masih mencari yang
lain untuk turut campur dalam urusan Allah, apa yang kurang dari Allah, semua
disediakan untuk manusia sebagai sarana dan fasilitas untuk meninggikan agama
Allah melalui pengakuan iman dan pengamalan ibadah kepada-Nya.
Bagaimana
kita tidak bergantung kepada Allah, apa jadinya bila besok pagi kita tidak
mampu lagi membuka mata kita karena sakit atau kematian yang menjemput, kemana
kita akan bergantung bila esok hari, fajar tidak lagi muncul sehingga siang
akan dialami selama-lamanya, “Katakanlah:
"Terangkanlah kepadaKu, jika Allah menjadikan untukmu siang itu terus
menerus sampai hari kiamat, siapakah Tuhan selain Allah yang akan mendatangkan
malam kepadamu yang kamu beristirahat padanya? Maka Apakah kamu tidak
memperhatikan?" dan karena rahmat-Nya, Dia jadikan untukmu malam dan
siang, supaya kamu beristirahat pada malam itu dan supaya kamu mencari
sebahagian dari karunia-Nya (pada siang hari) dan agar kamu bersyukur
kepada-Nya.”
(QS. 28; Al Qashash ayat72-73)
Kemurnian tauhid seorang mukmin nampak ketika ucapan
syahadat mengejawantah pada sebuah pengakuan yaitu “Laa Waliy Illallah”
artinya, tidak ada Penolong kecuali Allah. Bila hal ini tidak terukir dalam
kehidupan sehari-hari berarti diragukan kemurnian tauhid seseorang, bahkan dapat
melencengkan syahadatnya yang otomatis keluar dari bingkai mukmin.
Yaa Allah Yaa Shamad,
Engkaulah Tuhan tempat kami menggantungkan segala harapan dalam hidup kami ini,
kami adalah hamba-Mu yang
tidak punya daya dan upaya tanpa bantuan dari-Mu, jauhkanlah kami dari
ketergantungan kepada makhluk lain yang sebenarnya bukanlah kapasitasnya.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar