Sabtu, 19 November 2016

PERMATA INDAH ASMAAUL HUSNAA (83) AL-‘AFUWW ( YANG MAHA PEMAAF)

Allah Maha Pemaaf bagi orang-orang yang bersalah atau berbuat dosa. Pemberian maaf ALlah tidak hanya pada orang-orang yang sengaja meminta maaf, tetapi juga pada mereka yang tidak meminta maaf. Pemberian maaf Allah sangat lah besar dan luas, karena tidak perlu menunggu atau berharap pada hamba-hamba-Nya agar mereka meminta maaf. Di dalam al-Quran, kata al-Afuww disebutkan dalam beberapa ayat, antara lain Q.S. an-Nisa'(4): 149. Dalam ayat itu disebutkan tentang besarnya sifat pemaaf yang dimiliki Allah yang disandingkan dengan kata al-Qadir. Dalam beberapa ayat lain, kata Afuww lebih sering disandingkan dengan kata Ghafur yang artinya Maha Pengampun, sebagai isyarat bahwa sifat pemaaf Allah juga berkaitan dengan sifat pengampun, seperti: Q.S. an-Nisa' (4): 99; al-Hajj (22): 60; dan  surat 58;al-Mujadalah ayat 2

Allah Al Afuww, Yang Maha Pemaaf; dengan kasih sayang-Nya memberikan maaf dan ampunan kepada hamba-Nya yang melakukan kesalahan, sebagai modal bagi hamba untuk memperbaiki diri dan memulai hidup baru setelah gelimang dosa ditinggalkan. Bilamana manusia melakukan perbuatan dosa maka posisi mulianya akan hancur, kesalahan itu tidaklah semestinya dilakukan terus menerus, sehingga dia mau menyadari kesalahannya tersebut dan dengan kerendahan hati kembali kepada Allah, Allah yang maha pemaaf akan menerimanya dan mensucikannya kembali.
Kesalahan dan dosa bagi manusia adalah suatu kelaziman. Tidak ada manusia yang ma'shum, setebal apa pun tingkat keimanannya, seluas apa pun ilmunya dan sedalam apa pun ketakwaannya kepada Allah, selama dia adalah manusia, dia pasti suatu kali akan melakukan kesalahan dan dosa. "Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui." (QS.3; Ali Imran ayat 135).

Di sisi lain, manakala Allah menciptakan Bani Adam dengan kesalahan dan dosanya, Dia pun membuka peluang perbaikan selebar-lebarnya. Dia memanggil dan mengajak hamba-hambaNya agar memanfaatkan peluang tersebut sebaik-baiknya. Dan peluang ini senantiasa terbuka siang-malam sepanjang umur manusia atau umur dunia ini. Peluang tersebut adalah taubat untuk meraih ampunan Allah Ta’ala. FiRman Allah Ta’ala,"Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi)." (QS. 39; Az-Zumar ayat 54).

Dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wasallam, Allah Ta’ala berfirman
dalam hadis qudsy,"Wahai hamba-hambaKu, sesungguhnya kalian melakukan kesalahan siang-malam dan Aku mengampuni seluruh dosa, Oleh karena itu mohonlah ampun kepadaKu, niscaya Aku mengampuni kalian."(HR. Muslim dari Abu Dzar).

Memaafkan juga diajarkan kepada hamba-Nya melalui kisah para nabi dan rasul yang membuktikan bahwa memaafkan itu indah dan mendatangkan kebaikan, tidak melampiaskan balas dendam atau sakit hatinya terhadap orang lain, bahkan  memaafkan karena Allah semata-mata. Orang yang berhati emas seperti ini tinggi kedudukannya disisi Allah swt. Nabi  Muhammad Saw, dalam perang Uhud mendapat luka pada muka dan juga patah giginya, berkatalah salah seorang sahabatnya, ”Tolonglah tuan doakan agar mereka celaka”, Nabi menjawab, ”Aku sekali-kali tidak diutus untuk melaknat seseorang, tetapi aku diutus untuk mengajak kepada kebaikan dan sebagai rahmat”, lalu beliau menengadahkan tangannya kepada Allah dan berdo’a, ”Ya Allah ampunilah kaumku, karena mereka tidak mengetahui”.
           

Allah berfirman dalam surat 3; Ali Imran ayat 159;Maka disebabkan rahmat Allah dan karena Allahlah kamu berlaku  lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap kasar lagi keras, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itulah maafkan mereka, mohonlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya’.


Allah maha memaafkan orang-orang yang berbuat dosa, dengan tidak menyegerakan siksaan bagi mereka, serta mengampuni dosa-dosa mereka. Maka Allah menghapuskan dosa dan bekas-bekasnya dari diri mereka. Inilah sifat Allah yang tetap dan terus ada pada zat-Nya (yang maha mulia), dan inilah perlakuan-Nya kepada hamba-hamba-Nya di setiap waktu, (yaitu) dengan pemaafan dan pengampunan


Sifat al-‘afw (memaafkan) dua macam:
Yang pertama: pemaafan-Nya yang (bersifat) umum bagi semua orang yang berbuat maksiat, dari kalangan orang-orang kafir maupun yang selain mereka. (Yaitu) dengan tidak menimpakan siksaan yang telah ada sebab-sebabnya, yang seharusnya menjadikan mereka terhalangi dari kenikmatan (duniawi yang mereka rasakan), padahal mereka menentang-Nya dengan mencela-Nya (menisbatkan sifat-sifat yang tidak layak bagi-Nya), menyekutukan-Nya dan melakukan berbagai macam penyimpangan lainnya. (Bersamaan dengan itu) Allah (tetap) memaafkan (menangguhkan siksaa-Nya), memberi rezki dan menganugerahkan berbagai macam nikmat (duniawi) lahir dan batin kepada mereka.
Yang kedua: Pemaafan dan pengampunan-Nya yang (bersifat) khusus bagi orang-orang yang bertaubat, yang meminta ampun, yang berdoa dan menghambakan diri (kepada-Nya), demikian pula bagi orang-orang yang mengharapkan (rahmat-Nya) dengan musibah-musibah yang menimpa mereka. Maka semua orang yang bertaubat kepada-Nya dengan tobat yang nashuha, maka Allah akan mengampuni dosa apapun yang dilakukannya, (baik itu) kekafiran, kefasikan maupun maksiat (lainnya). Semua dosa tersebut termasuk dalam (keumuman) firman Allah Ta’ala, “Katakanlah: Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah, sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (QS. 39; Az-Zumar:53)

Semoga kita termasuk orang yang selalu melakukan istighfar(meminta ampun kepada Allah) secara kontinyu, meminta pemaafan, selalu bertobat, mengharapkan pengampunan dan tidak berputus asa (dari rahmat-Nya), karena Allah Ta’ala Maha Pema’af lagi Maha Pengampun, sangat mudah bagi-Nya untuk mengampuni dosa (hamba-hamba-Nya) bagaimanapun besarnya dosa dan maksiat tersebut. Maka seorang hamba senantiasa berada dalam kebaikan yang agung selama dia selalu meminta pemaafan dan mengharapkan pengampunan dari Allah.

PERMATA INDAH ASMAAUL HUSNAA (82) AL-MUNTAQIM ( YANG MAHA PEMBERI BALASAN)

Seolah olah Allah membiarkan saja segala kejahatan dan penganiayaan yang dilakukan oleh manusia, sehingga mereka semakin menjadi-jadi. Padahal sebenarnya semua itu akan mendapat balasan yang tepat, karena Allah adalah Al-Muntaqim, Maha Pemberi balasan, ;”(ingatlah) hari (ketika) Kami menghantam mereka dengan hantaman yang keras. Sesungguhnya Kami adalah pemberi balasan. (QS. 44; Adh Dhukhan ayat 16).

Allah adalah satu-satu-Nya Tuhan yang berhak memberi siksa bagi hamba-hamba-Nya yang berbuat aniaya dan durhaka. Dia-lah Tuhan yang memiliki kekuasaan mutlak dalam memberi hukuman dan siksaan. Kata al-Muntaqim tidak ditemukan dalam al-Quran, yang ada adalah bentuk plural (jamak) dari muntaqim, yaitu muntaqimun, seperti dalam Q.S. as-Sajdah (32): 22 yang menyatakan bahwa Allah (beserta para malaikat-Nya) akan menyiksa orang-orang yang berbuat aniaya dan berpaling dari ayat-ayat-Nya. Kata al-Muntaqim juga disandarkan pada kata milik menjadi Dzuntiqam yang berarti Pemilik siksa, seperti dalam Q.S. Ali Imran (3): 4 yang menjelaskan siksa Allah sangat pedih bagi hamba-hamba-Nya yang ingkar. Dalam surah ini, kata Dzuntiqam disandingkan dengan kata al-Aziz yang berarti Maha Perkasa.
Dalam surat 32;as-/sajdah ayat 22 Allah berfirman yang artinya:” Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang telah diperingatkan dengan ayat-ayat Tuhannya, kemudian ia berpaling daripadanya? Sesungguhnya Kami akan memberikan pembalasan kepada orang-orang yang berdosa.
                                    
Pada hakikatnya setiap bencana yang datang berupa gunung meletus, gempa bumi, banjir, longsor, wabah penyakit merupakan balasan dari Allah atas kemungkaran yang terjadi di daerah tersebut, Orang mungkin akan menertawakan bila ada anggapan, ada kaitan antara bencana dan kemaksiatan.
Imam Ibnul Qoyyim dalam kitab Al-Jawab Al-Kafy mengungkapkan, "Dan terkadang Allah menggetarkan bumi dengan guncangan yang dahsyat, menimbulkan rasa takut, khusyuk, rasa ingin kembali dan tunduk kepada Allah, serta meninggalkan kemaksiatan dan penyesalan atas kekeliruan manusia."Di kalangan Salaf, jika terjadi gempa bumi mereka berkata, 'Sesungguhnya Tuhan sedang menegur kalian'.''
Berselang pada  masa sahabat, yakni pada era Khalifah Umar bin Abdul Aziz juga, ketika bencana terjadi, Umar bin Abdul Aziz segera mengirim surat kepada seluruh wali negeri, “Amma ba'du, sesungguhnya gempa ini adalah teguran Allah kepada hamba-hamba-Nya, dan saya telah memerintahkan kepada seluruh negeri untuk keluar pada hari tertentu, maka barangsiapa yang memiliki harta hendaklah bersedekah dengannya."
Walaupun manusia mempersiapkan pengacara yang hebat untuk membela dakwaan atas tuduhan yang diperbuatnya, sedikitpun tidak dapat dielakkan, saksi tidak dapat disogok karena yang bertindak sebagai saksi bukan orang lain tapi anggota tubuh, sebagaimana yang difirmankan Allah dalam surat An Nur 24;24-25;“Pada hari ketika lidah, tangan dan kaki mereka menjadi saksi atas mereka terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan. Dihari itu, Allah akan memberi mereka balasan yang setimpal menurut semestinya, dan tahulah mereka bahwa Allahlah yang Benar, lagi yang menjelaskan segala sesuatu menurut hakekat yang sebenarnya”.

Sebenarnya Allah telah memberikan peringatan dengan menurunkan kitab suci melalui para Rasulnya, akan tetapi karena suadah tenggelam dalam kejahatan, terbiasa memperturutkan hawa nafsu. Dan tertipu oleh bisikan dan rayuan syetan, maka banyak manusia yang mengingkari dan mendustakan ayat-ayat Allah, Mereka ini diancam oleh Allah melalui firman-Nya dalam surat 3;Ali Imran ayat 4 yang artinya:”Sesungguhnya orang-orang yang kafir terhadap ayat-ayat Allah akan memperoleh siksa yang berat; dan Allah Maha Perkasa lagi mempunyai balasan (siksa).  

Orang orang yang kafir dan musyrik selalu berusaha mendustakan dan menghalang-halangi Agama Allah dengan berbagai macam tipu daya, tetapi Allah berhasil menggalkan dan mengalahkan tipu daya mereka itu dan menyiapkan hukuman yang bert untuk mereka diakhirat nanti, Allah berfirman dalam Surat 14; Ibrahiim ayat 46-47 yang artinya:”Dan sesungguhnya mereka telah membuat makar yang besar padahal di sisi Allah-lah (balasan) makar mereka itu. Dan sesungguhnya makar mereka itu (amat besar) sehingga gunung-gunung dapat lenyap karenanya.  Karena itu janganlah sekali-kali kamu mengira Allah akan menyalahi janji-Nya kepada rasul-rasul-Nya; sesungguhnya Allah Maha Perkasa, lagi mempunyai pembalasan”
.         

Ya Allah, Al Muntaqim, Engkau Maha Pemberi Balasan atas segala perbuatan yang kami lakukan, bukakanlah pintu hati kami untuk selalu menyadari kelalaian kami dan mau memohon ampun terhadap kesalahan-kesalahan kami. Kuatkanlah kami dalam memegang teguh keyakinan kami, dan akhirilah hidup kami dengan husnul khatimah. 

PERMATA INDAH ASMAAUL HUSNAA (81) AT-TAWWAAB ( YANG MAHA PENERIMA TAUBAT)

Allah-lah yang selalu menggugah dan menganjurkan umat manusia agar bertaubat. Secara bahasa, ath-thawwaab artinya sangat atau bertekad menerima ampunan. Dengan demikian, sifat ath-Tawwab yang disandarkan pada Allah memiliki arti bahwa Allah memuji hamba-hamba-Nya yang kembali dari perbuatan maksiat dan dosa menuju jalan kebaikan yang lurus. Allah membangunkan hati orang-orang beriman dari kelalaian melalui cinta. Sifat at-Tawwab bisa dibaca dalam Q.S. at-Taubah [9]: 104 yang disandingkan dengan sifat ar-Rahim. Dalam ayat itu berisi penegasan bahwa Allah menerima taubat  dari hamba-hamba-Nya.

At-Tawwab adalah Allah yang  Memberi maaf,  Mengampuni dosa-dosa dan Menerima taubat dari manusia hanya di tangan Allah kekuasaan menerima taubat dari hamba-Nya,  dengan membersihkan diri dan memulai hidup baru secara fithri. Alloah berfirman dalam surat 2; al-Baqarah ayat 54 yang artinya: “Dan (ingatlah), ketika Musa berkata kepada kaumnya: "Haikaumku, Sesungguhnya kamu telah Menganiaya dirimu sendiri karena kamu telah menjadikan anak lembu (sembahanmu), Maka bertaubatlah kepada Tuhan yang menjadikan kamu dan bunuhlah dirimu hal itu adalah lebih baik bagimu pada sisi Tuhan yang menjadikan kamu; Maka Allah akan menerima taubatmu. Sesungguhnya Dialah yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang”.

Taubat yang diterima oleh Allah harus memenuhi lima persyaratan:; Pertama ikhlas jarena Allah, kedua dengan penuh penyesalan, ketiga meninggalkan perbuatan  tersebut, keempat tidak mengulanginya lagi dan kelima dilakukan sebelum pinyunya ditutup atau sebelum ajal datang atau sebelum hari kiamat datang.

           
Dalam sebuah hadits qudsi Allah Ta’ala berfirman yang artinya: "Wahai anak Adam, selama kamu berdo’a dan berharap kepadaKu niscaya Aku mengampuni dosa-dosamu dan Aku tidak peduli. Wahai anak Adam, seandainya dosa-dosamu mencapai awan di langit, kemudian kamu memohon ampun kepadaku, niscaya Aku meng-ampunimu dan Aku tidak peduli. Wahai anak Adam, seandainya kamu datang kepadaKu dengan membawa dosa sepenuh jagat, kemudian kamu bertemu dengan-Ku dalam keadaan tidak menyekutukan-Ku dengan sesuatu pun, niscaya Aku akan memberimu ampunan sepenuh jagat pula." (HR. at-TiRmidzi).

Diantara kebaikan yang dengannya ampunan Allah diraih adalah mati syahid (gugur sebagai syahid di jalan Allah), berangkat ke masjid untuk menunaikan shalat fardhu berjamaah, berbakti kepada kedua orang tua dan menjauhi dosa-dosa besar.

Taubat kepada Allah adalah perbuatan yang paling utama, oleh karena itu Allah selalu menyeru kepada orang-orang mukmin untuk bertaubat dan  selalu membuka pintu-pintu taubat bagi hamba-hamba-Nya; ”Katakanlah,”Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya, dan sesungguhnya Dialah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (QS. 39; Az Zumar ayat 53).

PERMATA INDAH ASMAAUL HUSNAA (79) AL-MUTA’AALI ( YANG MAHA TINGGI)

Allah Mahatinggi yang ketinggian-Nya tidak terbatas oleh ruang dan waktu. Sifat Maha Tinggi bagi Allah juga berarti terbebas dan jauh dari unsur-unsur syirik yang dilakukan orang-orang musyrik. Sifat al-Muta’aali pada Allah juga berarti bahwa Dia Maha Kuasa terhadap segala sesuatu. Di dalam al-Quran, sifat al-Muta’ali disebutkan dalam Q.S. ar-Ra’d (13): 9 yang disandingkan dengan sifat Yang Maha Mengetahui hal-hal ghaib dan hadir (fisik) serta dibarengi dengan sifat al-Kabir.

Allah Maha Tinggi  dalam segala hal , baik kekuasaan, maupun ilmu dan kasih sayang-Nya, tidak ada yang bisa mengalahkan-Nya  dan tidak ada yang mampu menandingi-Nya. Semua musuh-musuh-Nya yang menyombongkan diri karena harta atau pangkat telah dihancurkan-Nya.  Mereka yang diperbudak oleh hawa nafsu telah tenggelam di jurang kehancuran. Mereka yang tertipu oleh kehidupan dunia telah tersesat sejauh-jauhnya.

Allah Itu Al Muta’aali, Maha Tinggi, tidak ada yang mampu menyamai ketinggian-Nya, Dia juga berhak untuk meninggikan hamba yang dikehendaki-Nya  karena keimanan yang dimilikinya, imanlah yang membedakan manusia satu dengan lainnya, tanpa iman maka tidak ada bedanya manusia itu dengan binatang melata, seorang budak bernama Bilal bin Rabah, sangat rendah derajatnya dimata manusia ketika itu, tapi dikala dia sudah masuk Islam maka menjadi mulia dikalangan orang-orang beriman lainnya.

Selain dari itu antara orang yang beriman juga berbeda level atau derajat yang dimiliki, Allah menempatkan lebih tinggi dengan kemuliaan di sisi Allah bagi yang menunjukan kualitas imannya hingga kepada level taqwa; ”Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.”(QS. 49; Al Hujurat ayat 13).

Allah telah berjanji untuk meninggikan derajat orang-orang yang beriman dan berilmu di antara manusia, seperti yang difirmankan-Nya dalam Surat 58; al-Mujaadilah ayat 11 yang artinya:” Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Karena iman yang benar, ummat Islam menjadi ummat yang  tinggi, mulia dan terbaik dibandingkan ummat-ummat lainnya, "Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. sekiranya ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik" Qs 3; Ali Imran ayat 110).

karena janji Allah untuk mengganti generasi yang telah rusak imannya dengan generasi ciri-cirinya telah disebutkan di dalam al-Qur’an:”Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, Maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintai-Nya, yang bersikap lemah Lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha luas (pemberian-Nya), lagi Maha Mengetahui.(QS. 5; Al Maidah ayat 54).

Allah akan meninggikan hamba-Nya dikala terjalin  hubungan yang kuat sehingga menimbulkan saling mencintai, dengan cinta itulah posisi hamba tinggi dan mulia di hadapan Allah, tapi dikala cinta sudah tidak terjalin lagi antara hamba dengan Allah maka akan tampil orang lain akan memperjuangkan nilai-nilai kebenaran di dunia ini.


Ya Allah Ya Muta’ali, Yang Maha Tinggi dan maha Meninggikan, Berilah kami kemampuan untuk menjaga kemuliaan kami dan bimbinglah kami untuk meraih ketinggian derajat di sisi-Mu.